Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

Part 2 - A Slander

141K 7.6K 655
                                    

Alesha merapatkan mantel bulu berwarna hitam. Sore itu, angin di kota Florence bertiup cukup kencang. Ranting pohon bergoyang seiring arah angin. Beberapa helai daun yang sudah kering melayang dan mendarat di hamparan rerumputan.

Alesha memberi isyarat kepada gadis kecil yang duduk di kursi taman agar tersenyum lebih lebar, menampakkan lesung pipi di pipi kirinya.

"Perfect! You are so beautiful!" seru Alesha. Ia duduk dengan memberi jarak sekitar tiga meter dari gadis kecil itu. Jemarinya kembali memainkan kuas di atas kanvas, memberikan sapuan cat minyak pada pola wajah, terlihat indah seperti aslinya.

Gadis kecil dengan rambut berkepang dua itu adalah putri tetangga Signor Romano. Dengan senang hati, gadis itu bersedia menjadi objek lukisan bagi Alesha.

Seperti yang dikatakan sang maestro, agar objek di dalam sebuah lukisan bisa terlihat hidup, maka harus persis dalam beberapa aspek sekaligus. Mulai dari bentuk, warna, karakter benda, karakter manusia, ekspresi, dan suasana. Semua itu harus tersusun dalam perbandingan yang tepat dan harmonis.

Untuk mendapatkan semua hal yang dijelaskan tadi, maka pelukis harus bisa berdialog dengan alam. Sebanyak mungkin melukis objek secara langsung dari alam nyata. Bukan dari foto, sebab objek di dalam foto itu terbatas, banyak kekurangan dan kelemahannya.

"Hanya sekadar mengingatkan, gadis kecil itu bermata hijau, bukan hazel."

Gerakan Alesha terhenti, menoleh pada pria yang sudah berdiri di sampingnya. Bibir tipis pria itu melengkung ke atas, membentuk senyuman.

"Surprise! Aku tidak menyangka kau akan datang hari ini, Danu!" Alesha terkekeh.

Danu adalah pria yang membawa Alesha melarikan diri dari Jakarta, dan mengenalkannya pada Signor Romano. Sebagai teman baik Darren, sebenarnya Danu merasa tidak nyaman.

Namun, mengingat rasa sakit yang ditorehkan Darren pada Alesha, maka ia bersikukuh menjauhkan wanita itu dari mantan suaminya. Tidak rela melihat Alesha tersakiti.

"Apa yang membuatmu jauh-jauh datang dari Jakarta ke tempat ini?" Tatapan Alesha kembali ke arah kanvas, memoles bagian alis dari wajah si gadis kecil yang tampaknya mulai terganggu akan kedatangan Danu.

"Aku merindukanmu."

Dua kata yang sangat singkat, tetapi cukup membuat Alesha menghentikan gerakan kuasnya untuk kedua kali. Baiklah, Danu memang telanjur jatuh cinta pada Alesha.

"Danu, bukankah sebelum aku ikut denganmu ke tempat ini, kita sudah berjanji? Sampai kapan pun, kita hanya sebatas ... teman," lirih Alesha.

"Ya, aku tahu. Kau tidak pernah bisa lepas dari si mata hazel itu. Bahkan, mata gadis kecil yang seharusnya hijau pun kau buat menjadi hazel."

Alesha mendesah, mengamati mata si gadis kecil dengan cermat. Benar, warna mata itu hijau. Entah apa yang membuat Alesha mewarnai lukisannya menjadi hazel, warna mata milik Darren. Barangkali Danu benar. Alesha tidak akan pernah bisa lepas dari bayang-bayang mantan suaminya.

"Bisakah kita tidak membahas ini sekarang? Gadis kecil itu sudah menunggu lukisannya cepat selesai!"

Danu bergumam menyetujui. Pria bertubuh jangkung itu memilih untuk berkeliling sekitar taman, menunggu Alesha menyelesaikan tugasnya.

Tidak berapa lama, lukisan selesai. Si gadis bermata hijau bertepuk tangan riang mengagumi hasil karya Alesha. Setelah mengucapkan terima kasih, ia undur diri dan mengatakan pada Alesha agar mengantarkan lukisan ke rumahnya, tidak mempermasalahkan meski mata hijaunya sudah berubah menjadi hazel. Ia justru merasa senang dengan warna mata barunya.

Ex Husband Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang