Chapter 10 - Bagian 1

1.8K 212 46
                                    

"Dia berubah menjadi vampire." Sebuah pernyataan membuat kedua pria itu saling menatap, sedangkan pria lainnya nampak bergerak dengan was-was.

"Lalu?" Steven menjawab, matanya masih menatap pria bermasker di depannya. Masker hitam itu menutupi setengah wajahnya.

"Bunuh." Itu jelas perintah. Steven mendengus.

"Kau pikir, kau siapa? Aku bahkan tidak mengenalmu." Ia berucap dengan jengkel. Sejak awal, Steven memang tidak pernah menyukai pria aneh itu. Pria itu bahkan tidak pernah melepaskan masker hitam yang menutupi hidung dan mulutnya sejak pertama ia bergabung di kelompok, dan anehnya Clank tidak pernah mempermasalahkan.

Berterimakasihlah pada Clank yang merekutnya dengan asal, hanya karena pria itu pernah menyelamatkannya dari jurang sepuluh tahun lalu, dan melatihnya menjadi hunter berbakat. Demi tuhan, Steven bahkan terkejut saat itu. Bagaimana mungkin mobil yang siangnya ia pakai baik-baik saja, dan malamnya saat Clank menggunakan, remnya malah blong?. Tidak masuk akal! Batinnya.

"Berhentilah bersikap kekanakan, Steven!" Bentak Clank. "Semua masalah ini pun, terjadi karenamu!"

"Apa katamu?" Cetus Steven. Pria paruh baya ini benar-benar menguji kesabarannya, "Kau pikir, dia menjadi vampire itu karena kesalahanku?!"

"Ya! Aku menyuruhmu mengawasinya, tetapi apa yang kau lakukan tadi malam, hah?! Kau malah bersenang-senang dengan para jalang!"

"Kau—"

"Bisakah kalian tenang?" Pria bermasker itu menengahi. Clank nampak mendengus, sedangkan Steven membuang pandangannya ke sembarang arah.

"Sebaiknya tetap rahasiakan semua ini dari klan hunter." Clank akhirnya berucap. "Biarkan saja mereka tetap menganggap dunia ini sudah terbebas dari masalah vampire, lagipula sudah sejak dua puluh tahun yang lalu tidak ada lagi pelatihan untuk mengasah kekuatan mereka. Mereka tidak akan berguna."

Pria paruh baya itu mengaitkan kedua tangannya diatas meja, "Cukup kita saja yang mengurus mereka."

"Bunuh." Untuk kedua kalinya sang pria bermasker itu mengucapkan kalimat yang sama, membuat Steven mendelik jengkel.

Clank menghela napasnya dengan kasar, "Itu jalan satu-satunya. Entah bencana apa yang akan terjadi, jika ia tetap hidup."

"Ck!" Steven mendecak, "Kemarin saat aku ingin membunuhnya, kau melarangku!"

Clank menyandarkan tubuhnya, wajahnya nampak tak terbaca, "Dia vampire seutuhnya sekarang, jadi seharusnya tidak masalah."

Steven bungkam, kedua tangannya mengepal.

"Sudahlah, Steven, hentikan saja pertikaian ini. Kau hanya perlu menyetujui rencanaku dan Pete."

Pete, pria bermasker itu nampak menatap Steven, "Bagaimana?" Tanyanya singkat, membuat Steven mendengus dan menyenderkan tubuhnya dengan kasar.

"Terserah!" Cetusnya.

"Baiklah," Ucap Pete akhirnya. "Langsung saja ke rencana awal, kau akrab dengan saudara gadis itu, bukan?" ia bertanya dengan serius. Steven hanya menggumam tidak jelas.

"Dia juga mempercayaimu untuk membantunya mencari tahu tentang pangeran vampire, benar?"

Sekali lagi. Steven mengulang gumaman malasnya, Steven melihat kedua pria berbeda umur di depannya itu saling melempar pandang, sebelum akhirnya kembali menatapnya.

"Kerjaanmu sangat mudah, Steven. Pengaruhi saja pria itu, dan buat dia menyerahkan adiknya padamu secara sukarela." Sambung Pete, ia menyandarkan tubuhnya dengan puas, walau ekspresi wajahnya tertutup oleh masker. Steven mengangkat alisnya sejenak, lalu memandang Clank yang juga balas menatapnya.

*****

Lagi-lagi. Kyle harus merelakan dirinya kembali ke istana menjijikkan. Ia benci. Namun, ia ingin mengetahui kebenarannya. Telebih, instingnya mengatakan bahwa putrinya ada ditempat ini. Kyle mengumpat dalam hati, menyumpahi siapa saja yang berani menculik putrinya dan membawa gadis itu kemari.

"Silahkan masuk, Tuan." Kyle melirik wanita paruh baya berseragam pelayan. Kali ini ia memutuskan untuk bertamu dengan cara yang wajar, tidak seperti sebelumnya. Kyle berjalan memasuki ruang tengah istana, tatapannya terpaku pada wajah arogan pria di hadapannya.

"Duduklah." Seringaian itu membuat perut Kyle bergejolak, ia ingin muntah.

"Dimana putriku?!" Ia mendesis.

Riddick nampak menyesap pelan anggur di tangannya sejenak, lalu kembali meletakkan gelas itu di atas meja, "Dengan calon suaminya tentu saja." Jawabnya santai.

Kyle berjalan dengan emosi, ia mendudukkan dirinya di sofa di depan Riddick dengan kasar, Kedua tangannya terkepal.

"Calon suami katamu?!" Kyle tertawa mengejek, "Dia itu penculik! Dia menculik putriku!!"

Riddick menajamkan matanya, merasa tersinggung dengan ucapan Kyle, "Jaga ucapanmu, Edmund!"

"KAU—" Kyle menahan dirinya untuk tidak menendang wajah bangsawan sialan ini, "JANGAN SEBUT NAMA ITU LAGI!! KAU TIDAK BERHAK UNTUK—"

"Bukankah kau ingin aku memberitahumu semuanya?" Gumaman itu menghentikan teriakan Kyle. Pria itu bungkam.

"Kau mulai ragu bahwa akulah yang membunuh orangtuamu, bukan?" Seringaian tercetak di wajah Riddick, membuat Kyle memandangnya dengan muak.

Pria itu membuka mulutnya hendak menyahut ketika dering ponsel membuatnya tersentak. Ia mengalihkan pandangannya dengan sebelah tangannya merogoh sakunya. Sejenak, ia menatap ponsel itu. Matanya membaca nama sang istri tercantum manis di sana. Kyle menggerakan jarinya untuk menyentuh gambar hijau, namun sambungan itu berakhir tiba-tiba. Ia mengernyit ketika sinyal ponselnya menghilang. Ia melirik Riddick sekilas, pria itu masih masih memasang wajah pongah.

Kyle merutuk dalam hati, bagaimana mungkin ia lupa jika ia ada di sebuah istana megah yang letaknya jauh di dalam hutan. Demi tuhan, Ponsel puluhan juta pun tidak akan berguna disini! Dan, hell, ini Negeri Vampire, siapa juga yang perlu benda semacam itu untuk berkomunikasi ketika mereka bisa berbicara lewat pikiran? Dengan sedikit kesal Kyle mendengus, ia memejamkan matanya perlahan, dan mencoba untuk fokus.

'Mikha?' Panggilnya dalam hati. Beberapa saat setelah panggilan itu ia kirimkan, suara istrinya menyahut dengan terkejut.

'Kyle, astaga, suaramu di dalam kepalaku! Belajarlah memakai ponsel!' Mikha menjawab dengan tak nyaman, membuat Kyle hampir saja menggelengkan kepalanya.

'Tidak ada sinyal, sayang, ada apa?'

'Kyle, apakah... apakah kau sudah menemukan Shinta? Kau ada dimana sekarang? Demi tuhan, Rama tidak pulang juga semalaman, dia bersikeras untuk mencari adiknya. Kyle, apakah ada perkembangan? Kyle, kau mendengarkanku?!'

'Aku mendengarmu... Tenanglah, sayang...'

'Kyle ku mohon... ku mohon temukan putri kita...' Suara istrinya tercekat.

'Aku sudah berjanji padamu... tunggulah aku.'

'Demi Tuhan, Kyle, cepatlah kembali!' Kyle mendesah sejenak. Ia menyanggupi permintaan Mikha, sebelum akhirnya mengakhiri percakapan mereka. Ia membuka matanya kemudian kembali melirik Riddick dari sudut mata. Pria itu nampak tengah memandang Kyle dengan bangga.

"Kau menguasai kekuatanmu dengan baik, eh... Kau mahir memakainya, bahkan kau berhasil menghidupkan istrimu..." Ucapan bangga layaknya seorang ayah itu terlontar dari Riddick, matanya berbinar penuh kagum untuk sejenak, lalu berubah sendu seketika. "Seandainya saat itu kau sudah dewasa, mungkin kau juga bisa menghidupkan dia dan kedua orangtuamu."

Kyle mengangkat sebelah alisnya, "Dia siapa?!"

Keheningan terjadi ketika Riddick bungkam, pria itu nampak tak berminat untuk sekedar menggubris ucapan Kyle.

Next : Chapter 10 - Bagian 2

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang