Chapter 6 - Bagian 1

4.9K 386 52
                                    

Jill duduk di sebuah bangku panjang di halaman fakultasnya. Sesekali tangannya melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

"Kenapa Verine lama sekali?" Tanyanya sendiri.

Pandangannya memutar, mencari keberadaan sahabatnya yang sedari tadi belum datang, hingga beberapa saat kemudian, matanya terpaku pada sosok yang berjalan tepat ke arahnya.

"Itu dia." Gumamnya. Matanya masih setia menatap Shinta, disaat gadis itu sudah mendudukkan dirinya di samping Jill.

"Verine, kau baik-baik saja?" Tanya Jill ketika melihat wajah Shinta pucat pasi.

"Sama..." Shinta berucap tidak nyambung, mengabaikan pertanyaan Jill sepenuhnya. "Pria itu dan pria di dalam mimpiku benar-benar sama?!"

Jill mengernyitkan dahinya.

"Tapi, bagaimana bisa? Astaga! Ini tidak masuk akal!" Shinta menyambung ucapannya, suaranya terdengar serak dan frustasi. Ia menghembuskan napas beratnya lalu menundukkan kepala.

Ada apa dengannya? Jill membatin dengan bingung.

"Anu- Verine? Apa kau sakit?"

Hening. Tidak ada jawaban.

"Verine? Hey, Verine, kau mendengarkanku?!"

Shinta tetap bungkam.

Jill mulai gemas sendiri dengan tingkah laku sahabatnya ini. Ia memutar bolamatanya sejenak, lalu mendekatkan wajahnya ke telinga Shinta.

"VERINE!!!" Teriaknya, tidak nyaring memang, tetapi cukup untuk membuat sang sahabat tersentak kaget. Shinta mengangkat kepalanya dengan cepat, sebelah tangannya terangkat menutupi telinganya. Ia menoleh dengan cepat ke arah Jill.

"Jill, kenapa berteriak?" Cetusnya, lalu menatap Jill dengan bingung, "Dan, sejak kapan kau disini?"

Jill merasakan alisnya berkedut naik-turun. Pertanyaan aneh macam apa yang terlontar, disaat dirinya terlebih dahulu ada disini?

"Aku ada disini lebih dulu! Bagaimana mungkin kau berjalan dan duduk disebelahku, tapi tidak menyadari keberadaanku?!" Jill memanyunkan bibirnya, membuat Shinta mengusap belakang lehernya dengan merasa bersalah.

"Err... Maaf, Jill... Aku sedikit tidak fokus tadi." Ucapnya.

"Apa kau sedang ada masalah, Verine?" Tanya Jill, ia menatap Shinta dengan intens, "Kau tahu, kau bisa menceritakan nya padaku, kita ini sahabat."

Shinta membalas tatapan Jill sebentar, ia nampak terdiam. Shinta sedikitnya memang tahu, jika ia menceritakan masalahnya mungkin akan mengurangi bebannya, tetapi bagaimana ia harus bercerita? Berkata jika mimpinya menjadi kenyataan begitu? Atau, sosok pria yang memanggil nya 'Ratuku'di dalam mimpi, tiba-tiba muncul ke alam nyata? Dan gilanya lagi, pria itu adalah sang mahasiswa baru yang terkenal sangat tampan?

Hell, apa tanggapan Jill nantinya? Disaat Shinta sendiri saja, menganggap dirinya kurang waras karena bertemu si wajah papan itu!

"Kau tidak percaya padaku." Jill berucap sedih. Itu jelas pernyataan. Shinta tersentak dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Tidak, Jill... Bukan begitu."

"Lalu?"

"Aku tidak tahu bagaimana aku harus mengawalinya..." Shinta mendesah, "Kau... pasti menganggapku cukup aneh."

Jill mengangkat sebelah alisnya.

"Bukankah selama kita bersahabat, kau memang sudah aneh sejak dulu?" Ucap Jill, ia mengetuk-ngetuk dagunya sendiri dengan jari telunjuk, "Lagipula sejak kapan kau tidak aneh? Kau belum pernah sekalipun berkencan, itu aneh menurutku. Ah... Tapi, jika ku pikir ulang, karena kau aneh aku jadi kagum..."

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang