Chapter 9 - Bagian 2

1.3K 156 21
                                    

Tubuh Shinta meremang, akal sehatnya lenyap entah kemana. Ia tidak mengerti apa yang sudah terjadi pada dirinya, ia tidak paham mengapa dirinya seliar ini. Namun, leher itu. Ia ingin menjilatnya, mencecapnya, menggigit dan meminum darah yang mengalir dari nadi yang berdetak. Ia kehilangan kewarasannya. Shinta membawa mulutnya mendekat dengan gerakan erotis. Bibir ranumnya dilekatkan pada leher itu, lidahnya terjulur dan bergerak. Ia menjilat permukaan kulit yang halus dengan intim, hingga membuat sang pria yang ia jamah, memejamkan matanya menahan gairah.

"Minumlah, cicipi diriku, puaskan hasratmu akan diriku, Shinta. Buatlah aku merasakan kenikmatan sentuhan hisapanmu. Gigitlah aku, jadikan dirimu milikku sepenuhnya."

Napas Shinta semakin terengah, gigi-gigi putihnya mulai menjalar, menggigiti kulit berisi daging tipis, bisikan Rayzel benar-benar mempengaruhinya. Shinta merasa gatal pada gusi dimana gigi taringnya tumbuh di mulutnya. Ia menggigit dengan kuat lalu menekan dengan cepat. Shinta mengerang ketika merasakan darah keluar memenuhi mulutnya, menciptakan rasa candu luar biasa pada indera perasanya. Bunyi tegukan demi tagukan darah yang ia hisap menghiasi malam yang sunyi, membangunkan libido Rayzel yang lama terkubur. Lehernya yang memerah dilepaskan, wajah gadisnya menjauh, mata merah itu menatapnya dengan pandangan berkabut, seakan menyuarakan keinginan mereka yang sama.

"R-ayzel," Desahan kata itu nampak terdengar samar, memanggil namanya.

Rayzel mengangkat sebelah tangannya, menangkup wajah cantik yang memabukkan. Ia mendekatkan bibirnya pada bibir ranum sang gadis, menjulurkan lidahnya demi menjilat bekas darah di sudut bibir gadis itu. Shinta mengerang kembali dengan intim, matanya terpejam sejenak dengan bibir bawah yang tergigit. Reyzel meneguk ludahnya ketika pandangan menggairahkan itu tersaji dengan cara yang ilegal.

"Kau milikku, Shinta... Sepenuhnya!" Setelah ucapan itu meluncur mulus dari mulutnya, Rayzel menarik tengkuk Shinta. Bibirnya melumat habis bibir manis gadis itu.

Napas mereka bersahutan diiringi hisapan-hisapan bergairah. Lidah mereka bermain dengan alami. Shinta mendesah tertahan ketika tubuhnya direbahkan kembali ke atas ranjang. Rayzel mengecupi bibirnya berulang kali, lalu menaiki tubuh indah sang gadis yang pasrah dibawah kendalinya. Tangan Shinta terangkat, dan menjalar pada pinggang kekar pria itu, lalu mengusapnya berulangkali dengan gerakan menggoda. Rayzel menggeram tertahan ketika merasakan sentuhan gadisnya, ia kembali mencumbu Shinta bertubi-tubi, tangan kirinya tertarik, lalu menelusup ke dalam kaos yang Shinta gunakan. Tangannya bergerak intim, mengusap perut Shinta berkali-kali, menciptakan sensasi gairah yang menghantam.

Desahan Shinta semakin terdengar ketika Rayzel menjalankan lidahnya, meninggalkan jejak-jejak basah dari saliva yang tertinggal, terasa nikmat dan dingin. Bibir tipis sang pria kini bermain di lehernya, mengecup, menjilat. Shinta mendongakkan kepalanya dengan mata yang terpejam, memberi Rayzel kesempatan untuk mengeksplorasi lebih jauh setiap jengkal lehernya. Gairah ini menenggelamkan Shinta hingga ke dasar. Cumbuan yang Rayzel berikan padanya, membuat ia gila.

Rayzel menjilati leher lembut itu dengan rakus, ia begitu menikmati kenikmatan yang diberikan gadisnya. Ia menyukai setiap desahan intim yang keluar dari bibir ranum sang gadis. Ia menyukai bagaimana Shinta menggeliat dibawahnya dengan gerakan erotis. Rayzel mencium leher itu dengan intens, ketika aroma manis dari darah yang semakin tercium, melesak masuk ke indera penciuman. Rayzel mendongak sekilas, ia menatap wajah cantik Shinta yang nampak disinari cahaya bulan. Sangat indah, dan menawan.

"Mine!" Rayzel berbisik posesif, ia kembali menudukkan wajahnya, menjilati titik manis dileher Shinta lalu menancapkan taringnya dengan cepat, hingga membuat sang gadis terpekik seketika.

"Ah— Em, Lep-hasss...." Shinta berucap susah payah. Ia menggelengkan kepalanya dengan lemah, tangannya mendorong dada bidang Rayzel sekilas, mencoba menjauhkan pria itu dari tubuhnya. Shinta merasakan darahnya dihisap dengan rakus. Tubuhnya melemas, kedua tangannya terkulai tak berdaya di samping tubuhnya.

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang