Chapter 3 - Bagian 1

13.4K 800 123
                                    

"A-apa? Vander apa yang kau katakan?" Wanita itu tercekat, airmata menetes di pipinya.

"Aku mengatakan jika kau harus menyingkir, bagian mana yang sulit dimengerti?" Jawab Rama datar, Sorot matanya menyorot dingin.

Sesaat, stelah ucapan itu meluncur mulus dari bibirnya, Rama merasakan tamparan keras pada pipi kanannya hingga wajahnya terlempar kuat ke samping.

Dari sudut matanya, Rama dapat melihat beberapa pengunjung Caffe tempatnya berada, menatap ke arahnya penuh minat ketika bunyi tamparan itu menggema nyaring.

"Teganya kau melakukan ini!" Suara isakan wanita itu membuat fokus Rama kembali padanya.

"Kau jahat!"

Rama terdiam sejenak, alih-alih berniat untuk sekedar balas mempermalukan, dengan santai ia justru kembali menolehkan kepalanya pada sang wanita. Kedua sudut bibirnya terangkat, mencetak senyum manis di wajah tampannya.

"Aku memang jahat." Ucapnya, dengan nada yang ceria. Matanya berbinar, seakan apa yang diucapkannya adalah sesuatu yang menyenangkan.

Wanita yang sesenggukkan itu tertegun dan membatu ditempatnya. Ia merutuki kebodohannya, karena sempat berpikir terlalu jauh bahwa Rama sudah bertekuk lutut dikakinya. Seharusnya ia sadar dan tahu diri, menilik bagaimana tabiat pria tampan di hadapannya ini.

Dengan wajah memerah wanita itu menghapus airmatanya, tangannya terkepal erat. Ia membalikkan tubuhnya dengan cepat, dan segera beranjak pergi meninggalkankan Rama dengan malu. Rama menatap pintu keluar yang menelan sosok wanita itu, kemudian mendesis. Ia menjalarkan sebelah tangannya pada pipinya yang terasa panas.

"Sialan!" Umpatnya pelan, seraya menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi. Bibirnya kembali terangkat dengan senang, mengingat bagaimana ekspresi wanita tadi benar-benar membuatnya merasa puas. Jangan ditanya kenapa, Rama hanya sudah sering melakukannya. Ia tidak punya alasan khusus, ia hanya suka melakukannya.

Ia kejam? Terserah apapun pendapat orang tentangnya.

Ia, Rama Calvander Gerald adalah sosok idaman para kaum hawa, seorang pria yang cerdas dengan ketampanan di atas rata-rata. Bahkan diusianya yang baru beranjak dua puluh tahun, ia sudah berhasil menjadi CEO muda terkenal, terlebih dengan kekayaan yang ia miliki sejak lahir, berpikir untuk jatuh miskin pun rasanya mustahil. Bagi para wanita di luar sana, menikah dengannya adalah sebuah kesempurnaan nyata di dunia.

Tetapi di balik itu semua, bukanlah sebuah rahasia jika banyak juga hati wanita yang sudah ia patahkan hanya demi kesenangannya. Dibalik sifatnya yang cenderung menghadapi semuanya dengan santai, monster itu tersimpan rapat di dalam dirinya. Rama benar-benar penggambaran sempurna untuk istilah Casanova itu sendiri.

"Kau sungguh keterlaluan, kau tahu?"

Pikiran Rama tersentak dan kembali ke alam nyata. Ia mengangkat kepalanya, lalu mendengus pelan saat melihat asal suara.

"Bukan urusanmu!"

Pria itu mendudukkan dirinya di depan Rama, ia memanggil pelayan dan memesan Espresso panas kesukaannya.

"Berhati-hatilah dengan karma, Vander." Ucapnya, tepat saat pelayan itu sudah menjauh dari meja mereka.

"Sudah ku katakan, itu bukan urusanmu." Sahut Rama datar.

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang