Chapter 4 - Bagian 2

5.3K 409 99
                                    

Shinta melangkah memasuki halaman Universitasnya, ia berjalan mendekati Jill saat melihat sosok sahabatnya itu tengah berbincang dengan Geenan, tunangannya.

"Verine, akhirnya kau datang juga." Jill bergumam saat Shinta sudah sampai di depannya.

Shinta mengangguk sekilas, lalu menoleh dan tersenyum tipis pada Geenan ketika pria itu menyapanya. Geenan tampak mengangkat tangan kirinya dan melihat jam yang bertengger manis di sana.

"Jill, aku harus pergi sekarang..." Ucapnya. "Dan lagi, sepertinya nanti aku tidak bisa menjemputmu, aku memiliki rapat dan aku sibuk...."

Jill memutar bolamatanya.

"Memangnya kapan kau tidak sibuk?" Cetusnya, membuat Geenan terkekeh, lalu mengusap kepala Jill dengan lembut.

"Sebagai gantinya, bagaimana jika kita dinner malam ini?" Geenan menyahut, membuat Jill menatapmya dengan berbinar, lalu mengangguk antusias.

"Deal!" Balas Jill. Geenan tersenyum padanya sebentar, lalu berpamitan dan memasuki mobil. Mobil itu bergerak, dan melaju meninggalkan Shinta dan Jill berdua.

"Aku kagum pada caramu menaklukkan pria." Shinta bergumam. Jill menolehkan kepala ke arahnya, lalu terkekeh.

"Tentu saja, wanita harus lebih unggul dari pria, itu baru yang namanya keren!"

"Lain kali ingatkan aku untuk belajar darimu." Shinta mengangguk-anggukkan kepalanya, membalas tatapan Jill dengan serius. Mereka berpandangan untuk sejenak, sebelum akhirnya menyemburkan tawa secara bersamaan.

"Selera humormu buruk, Verine." Cetus Jill, sambil mengusap sudut matanya yang sedikit berair.

"Ya, cukup untuk membuat pagimu bahagia." Cibir Shinta, ia terkekeh. Mereka melangkah, berjalan beriringan menuju fakultas mereka.

Shinta melihat Jill yang sedang merogoh tasnya, lalu mengeluarkan sebotol air mineral, "Jill?" panggilnya.

"Apa?" tanya Jill, ia membuka tutup botol air mineral yang ia pegang, lalu segera meminumnya.

"Carikan aku seorang pria."

Tepat saat ucapan itu meluncur mulus dari bibir Shinta, Jill yang hendak meneguk air di dalam mulutnya, tersedak dan terbatuk. Shinta bahkan menghentikan langkahnya dengan khawatir, lalu dengan sigap menepuk-nepuk punggung Jill secara tergesa.

"Oh, Jill... berhati-hati untuk meminum nya," Shinta menggeleng-gelengkan kepalanya. "Inilah sebabnya kenapa aku selalu melarang untuk minum sambil berjalan!"

Jill memutar bolamatanya dengan jengah, "Kau pikir aku tersedak karena itu? Demi Tuhan, Verine! Aku tidak percaya bahwa banyak dosen yang mengatakan jika otakmu itu jenius!"

Setelah puas mengomeli sahabatnya, Jill menempelkan telapak tangannya pada dahi Shinta, hingga sang sahabat mengernyit dengan bingung.

"Huh, Apa yang kau lakukan?" Shinta bertanya dengan polos.

"Mengecek apakah kau memang terjangkit demam atau tidak!"

Shinta mendengus, lalu melepaskan tangan Jill dari dahinya, "Aku baik-baik saja, Jill. Kau sungguh aneh."

"Kau yang aneh! Ada apa dengan kata 'carikan aku seorang pria'?! Kau bertingkah seakan kau adalah gadis nerd buruk rupa dengan kacamata bulat besar, yang akan membuat para pria itu menjauhimu dalam jarak seratus meter!" Gerutu Jill, ia mengetuk-ngetuk dahi Shinta dengan telunjuknya sejenak, lalu melanjutkan langkahnya.

Shinta mengusap-usap bekas ketukan Jill pada dahinya, lalu beranjak mengikuti Jill, berjalan di sampingnya. "Kau serius sekali, aku 'kan hanya bercanda...."

The Prince Vampire : Empress Of The Pure BloodTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang