06 : Oben

24.8K 4.7K 531
                                    

         “Di mana rumahmu?”

Sekali lagi Sehun bertanya pada Soha, tapi Soha tidak menanggapi. Ia masih sibuk dengan ponselnya yang kehabisan daya.

“Sudah aku bilang ponselmu tidak akan menyala. Sekarang cukup katakan di mana rumahmu.”

“Aku akan naik taxi. Tinggalkan saja aku di sini.” Soha memasukkan kembali ponselnya, kemudian meluruskan kakinya yang terkilir. Ia meringis kecil saat melihat kakinya yang sekarang membengkak seperti kaki gajah.

Kini Soha meliliki dendam terselubung pada pengendara sepeda itu. Seharusnya Soha memberinya pelajaran. Berani sekali dia mencelakai keturunan terakhir keluarga Im.

“Dengar Nona, ini sudah jam 8 malam, dan tempat ini sangat jauh dari jalan utama. Tidak ada taxi yang lewat, kecuali kau memesannya melalui ponsel.”

“Kalau begitu pesankan untukku.”

Sehun berdecak, “Ponselku di Apartemen. Dan hei … kenapa sejak tadi kau menyuruhku ini itu? Aku bukan tipe pria bermental babu.”

“Aku akan membayarnya. Berapa yang kau minta?

Sehun hanya memandangnya tajam, lalu menghela napas sebelum menjauh dari bangku kecil tempat dimana Soha duduk. “Kau mau ke mana?” Soha berteriak.

Berani sekali pria itu mengabaikannya. Selama ini Soha selalu mendapatkan antensi, dan saat Sehun memperlakukannya seperti ini, Soha kehilangan kontrol.

Sehun tidak mempedulikan teriakan Soha. Pria itu mengambil helm-nya, lalu memasangnya dengan cepat. Soha tentu saja panik, dengan tertatih-tatih ia menyeret kakinya sampai di parkiran. “Hei! Kau berniat meninggalkanku?”

“Aku sudah menawarimu tumpangan, tapi kau tidak mau. Minggir!” Sehun naik ke atas motor.

Melihat hal itu, Soha langsung menarik jaket yang Sehun kenakkan. “Aku tidak bisa mengendarai motor.”

“Siapa yang menyuruhmu mengendarainya? Kau hanya perlu duduk di belakang."

Soha mendengus kesal, jika itu mobil Soha tidak berpikir dua kali untuk duduk di belakang. Tapi motor … Soha bahkan belum pernah naik motor.

“Bagaimana? Kau mau naik atau aku tinggal di sini?” Sehun membuka kaca helm-nya.

Sejenak Soha terpaku. Apakah semua pria memang terlihat keren saat menaiki motor? Karena sekarang Sehun terlihat keren dengan motor besar dan jaket jeans-nya.

“Terpesona, heh?” Sehun tersenyum meremehkan.

Senyuman sok tampan yang membuat Soha kesal.

“Jangan berlagak seperti kau pria paling tampan di muka bumi ini.”

“Aku memang tampan. Banyak wanita mendekatiku.”

“Aku juga cantik.” Soha tidak mau kalah, “Banyak pria yang mendekatiku.”

“Aku tidak bertanya.” Sehun menutup kembali kaca motornya, “Ayo, kau mau naik atau tidak? Jangan banyak bicara.”

Oke, sekarang persepsi Soha akan Sehun yang cool kandas. Pria itu menyebalkan. Dengan kesal, Soha berusaha menaiki motor Sehun, tapi karena kesusahaan, mau tidak mau Soha menerima uluran tangan pria itu.

Sehun yang melihatnya menyeringai dari balik spions. “Ini pertama kalinya Oben membonceng wanita. Kau harus pegangan yang erat.”

“Kau menamai motormu? Pria sinting.”

Sehun tidak menjawab, pria itu langsung melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Soha yang ada di belakang langsung berteriak sambil memeluk perut Sehun. Pria itu malah tertawa, lalu melajukan kembali motornya dengan kecepatan normal saat Soha mencubit perut Sehun dari luar.

The Proposal Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang