Perfect Situation

998 134 6
                                    

"Uhhh ... not a bad day." – Jim Halpert

***

"Hah?! Lo udah punya pacar, Va?? Wah, gokil, diem-diem yaa ..." Seru Salsa heboh saat dia, Ranti dan Alva sedang makan siang bersama di takor. Alva baru saja menceritakan kepada dua sahabatnya kalau dia sudah berpacaran selama sebulan belakangan. Tentu saja berita ini langsung diterima secara heboh dan berlebihan oleh Salsa dan Ranti. Ranti sampai tersedak dan memelotot saking tidak percaya mendengar kabar itu dari mulut Alva barusan.

"Ngga diem-diem kali. Ini vokalis yang beberapa kali gue ajak nge-date. Kan gue udah cerita ke elo berdua," jawab Alva membela diri.

"Ceritanya sok ngga penting gitu minta dialihin terus! Tau-tau udah jadian aja," Salsa kembali menyerang.

"Ya gue kan emang ngga biasa ngomongin detail soal kayak gituan. Emang elo?" balas Alva balik.

"Kalian mainannya gitu sekarang. Ngga ngenal-ngenalin gebetan, tau-tau pacaran," Ranti memotong pertengkaran sengit Salsa dan Alva dengan suaranya yang memelas. Wajahnya cemberut. Banyak hal yang Ranti pikirkan setelah Alva bicara soal status barunya tadi.

Pertama Salsa, sekarang Alva. Apa kedua sahabatnya itu berpikir Ranti bukanlah tempat yang cocok untuk diajak bercerita soal hubungan percintaan ya? Ranti tidak begitu peduli dengan statusnya, tapi ternyata sedih juga kalau dilewati kabar seperti ini oleh sahabat sendiri yang nyaris setiap hari bertemu.

"Ah, elo sih, Sa. Pake jadian sama orang aneh kemaren itu. Gue kena juga deh nih," kata Alva.

"Dih, nyalahin orang. Sendirinya juga jadian sama orang aneh."

"Enak aja, tau dari mana cewe gue aneh?"

"Ya mana gue tau, dikenalin aja ngga pernah. Wee ..." Salsa dan Alva yang dari tadi sibuk saling membalas omongan merasa ada suara yang kurang. Mereka menengok ke Ranti yang wajahnya sudah super serius sendunya.

Saat Salsa hanya sibuk mengatai Alva, Ranti merasa semakin tertinggal oleh teman-temannya. Saat ini mereka sudah tidak melibatkan Ranti dalam kehidupan asmara mereka. Cerita saja sudah malas. Apalagi nanti-nanti ketika mereka makin memiliki kesibukan masing-masing.

"Duh, jangan cemberut dong, Ranti manis. Nanti mau gue kenalin kok. Anaknya baik, lo pasti suka," Alva mencoba menghibur Ranti.

"Kapan?" tanya Ranti seperti ibu-ibu yang menginterogasi anaknya.

"Sabtu ini. Pada bisa dateng kan ke kafe?"

"Dateng deh gue, udah ngga ada kewajiban lagi gue malem minggu," jawab Salsa tak acuh. Ranti dan Alva saling pandang, lalu pelan-pelan mereka menengok ke arah Salsa yang wajahnya sudah mati-matian menahan malu.

"Dia marah gue batal ikut ke Villa. Terus kita berantem dan ternyata bener, dia brengsek. Yaudah putus aja deh," jelas Salsa tanpa ditanya.

"Tapi lo ngga diapa-apain kan? Disakitin? Dikasarin gitu, ngga kan??" tanya Ranti khawatir. Salsa mengeluarkan cengirannya.

"Gue yang nyakitin. Pas dia mau nahan gue dengan mojokin gue ke tembok, gue langsung tending 'anu'nya terus gue kabur deh," kata Salsa bangga. Alva mendesah gusar.

"Lain kali temenan liat-liat dulu lah, Sa! Ngapain sih deket-deket ama orang kayak gitu ..." kata Alva senewen, seperti Bapak yang khawatir pada anaknya.

"Iya, Sa! Serem banget tau!! Udah pokoknya lo temenan sama siapa juga harus kasih tau gue deh!" kata Ranti yang kembali bertingkah seperti ibu Salsa. Salsa tersenyum melihat kedua sahabatnya.

"Iyaaaa ... I promise ..." Salsa mengiyakan ucapan Alva dan Ranti. Dalam hati Salsa semakin menyadari bahwa dia memang butuh filter untuk berteman dan berpacaran. Setelah pengalaman pacaran terakhirnya ini dia semakin merasa bahwa apa yang biasa Ranti bilang itu benar; Salsa terlalu mudah percaya dan terbuka pada orang lain yang mendekatinya. Beruntung dia memiliki dua sahabat yang selalu membantunya itu.

Crushing CurseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang