25

9K 1.1K 55
                                    

Try to listen the cover. It's amazing.

Enjoy!

***

25

Eva, yang sedang berdiri termangu, matanya berkaca-kaca. Perasaan senang, terharu, sedih, dan lega membanjiri dirinya. Meluap-luap seperti sungai yang banjir.

Pedang perak pun ikut memberikan efek tertentu pada perasaan Eva.

Seolah gadis itu berpikir bahwa ia telah menemukan rumahnya yang hilang.

Sebuah istana megah berlapis emas murni di setiap mata memandang. Mulai dari gerbang luar yang terbuka lebar itu hingga tiga menara kastilnya, tidak ada yang bisa menandingi. Begitu lebar, begitu besar, begitu menjulang tinggi. Berdiri dengan begitu kokoh meskipun terbengkalai selama seratus tahun.

Di depan istana, terpampang halaman luas dengan air mancur besar di tengah-tengah. Air mancur itu dikelilingi oleh patung-patung kesatria.

Yang menarik adalah fakta bahwa air mancur itu belum mengering. Sampai sekarang. Membuat siapapun yang melihatnya terperangah sekaligus bingung.

Dalam halaman luas itu mereka bisa langsung menjumpai aneka ragam bunga mawar berwarna-warni mulai dari warna biru hingga merah. Kebanyakan warnanya justru didominasi warna kuning keemasan. Warna langka yang diminati Eva.

Tidak berubah. Semua masih utuh.

Bahkan Noir pun tak merasakan perubahan. Istana itu, rumah itu, betapa ia merindukannya.

Tepat di atas menara-menara kastil terpasang tiga bendera berwarna merah. Bendera yang sama yang dilihat Eva dari jauh kala itu. Jika dilihat lebih jelas, dalam bendera itu ada simbol mawar berwarna keemasan.

Simbol Roshelle de Rosemarie. Sama seperti yang terukir di pedang perak.

Noir meloncat turun dari kuda yang ditunggangi Eva. Gadis itu menyusul di belakang, ikut turun. Begitu juga yang lain.

Mereka kehilangan kata-kata untuk diucapkan. Satu-satunya yang mendorong mereka adalah keinginan untuk berlari dan mendekat sendiri. Menginjakkan kaki ke dalam lalu merasakan hawa dari megahnya istana sebuah kerajaan yang tak tersentuh selama seratus tahun.

"Aku... terharu." Raja Alvaro yang pertama kali berbicara di dalam lingkungan istana. Mengungkapkan perasaan meledak-ledak dalam dirinya.

"Istana ini, aku seperti...pernah melihat sebelumnya," gumamnya lagi. Tangannya menunjuk dari bawah ke atas bangunan besar itu. "Seakan-akan aku pernah datang kemari di masa lalu. Dèja vu? Atau, ingatan leluhurku? Bagaimana mungkin?"

Alan mengangguk cepat. Matanya berkedip berkali-kali lebih cepat. Masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Aku juga merasakannya," timpal Raja Alan. Mulutnya menganga. "Aneh sekali, aku merasa... rindu." Dia memanggil Noir yang berada jauh di depan. Kucing itu sudah menyusuri jalanan berlapis batu berkilau bersama Eva di belakangnya yang menuntun kuda. Mendahului mereka. "Apa ini yang kau rasakan?"

Noir menolehkan kepala ke belakang. Melihat Raja Alan. Ia lalu merespon dengan anggukan kecil dan kembali berjalan.

Raja yang dikutuk itu sangat ingin masuk ke dalam ruangan istana. Rumahnya yang sudah lama ditinggalkan.

Dari jauh, Noir mendengar Eva memanggil Lavia dan Raiga untuk mengurus semua kuda, mengikatnya di suatu tempat. Noir tidak menoleh ke belakang. Dia tidak berbalik sedikit pun dari pintu depan menuju aula istana yang setengah tertutup, menyisakan rongga kecil pada sekat pintunya.

Ayahanda, aku pulang. Aku pulang ke rumah.

Namun, kau sudah pergi jauh ke seberang, Ayahanda.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Where stories live. Discover now