19

8.3K 1K 39
                                    

19

Siang hari telah berganti malam. Eva beserta para raja dan ratu juga kedua pengawal telah menjelajah hingga bagian tengah hutan kabut sebelah utara.

Semakin ke utara, semakin lebat pepohonan yang nampak. Itulah yang dirasakan Eva juga lainnya. Sinar matahari yang masuk semakin sedikit, digantikan kabut tipis di manapun mata memandang.

Tentu saja, pedang itu belum ditemukan. Mereka sudah tahu bahwa akan sulit mencari benda perak itu. Pastinya bilah pedang itu ada di bagian terdalam hutan yang tidak bisa digapai secara normal bahkan oleh seorang penjelajah sekalipun.

"Sebentar lagi malam," Alan yang sudah tak tahan akhirnya bersuara. Dia sedikit melirik Raiga yang masih tersenyum seperti orang gila. "Lebih baik, kita mendirikan tenda di sini. Jika diteruskan, entah monster macam apa yang bisa ditemukan Rayarka."

Mereka semua tertawa ketika mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

***

Ketika melewati semak-semak berduri, kuda yang ditunggangi Eva dan Raiga merasakan kehadiran sesuatu. Raiga, dengan kharisma yang ia miliki, menghentikan kuda dan turun. Eva tentu saja kebingungan.

"Nona, saya ingin mengecek hewan apa di balik semak-semak itu," kata Raiga. Dia mengeluarkan pisau pendek juga tali yang lumayan besar.

Raiga memang suka berburu. Jadi, sedikit saja mengetahui pergerakan hewan, entah besar atau kecil, dia takkan ragu untuk menangkapnya.

"Tidak perlu! Raja Alvaro, Raja Alan, juga Ratu Renata telah mendahului di depan," ujar Eva mencoba menahan keinginan Raiga. "Lalu, kau juga tak tahu hewan apa yang ada di balik semak belukar itu. bagaimana jika ternyata hewan itu seekor anak babi hutan? Jika bisa, kita tamat, Rayarka!"

"Saya pernah menangkap macan tutul," Raiga kemudian menunjukkan lapisan pakaiannya, "dan dia sudah menjadi pakaian yang hangat dikenakan. Jangan khawatir, Nona. Jika hewan ini bisa disantap, maka akan menjadi menu makan malam yang sedap."

Eva menepuk dahi. Ia langsung menoleh pada Lavia. "Lakukan apapun untuk mencegah saudaramu ini, Rayarna!"

Lavia mengangkat kedua tangan. "Maaf, Nona. Tapi, itu sudah jadi kebiasaan Raiga. Biarkan saja dia karena dialah ahlinya."

Raja Alan menoleh ke belakang, merasakan bahwa Eva, Raiga, dan Lavia tertinggal karena sesuatu. "Ada apa? Apa kalian menemukan pedangnya? Atau hal lain?"

"Berisik sekali, ada apa di sana?" timpal Ratu Renata menambahkan. "Jika tidak penting, mari bergegas! Sebentar lagi petang!"

"AKH!"

Eva panik. "Apa yang kautemukan, Rayarka?!"

"Jari saya tertusuk duri."

Sekarang Eva menyesali kehawatirannya.

Setelah beberapa saat, terdengar suara daun gemerisik yang semakin keras. Terlihat Raiga yang dengan kalem mengayunkan pisau pendek. Laki-laki itu kemudian melemparkan tali dan membuat simpul hingga hewan tangkapannya mengeluarkan suara 'kiik' yang sangat melengking.

Melihat itu, raja dan ratu yang sudah berada di depan akhirnya menghentakkan kuda untuk mundur. Penasaran dengan apa yang ditangkap Raiga.

Rayarka menoleh dan tersenyum lebar. "Lihat apa yang saya dapat, Nona!" tangannya terangkat. Terlihat dia memegangi seekor binatang berbulu putih.

Binatang itu seukuran Noir. Matanya merah menyala. Tapi aneh, tidak ada yang tahu apa jenis hewan yang ditangkap Raiga.

Sekilas terlihat seperti kelinci. Telinganya lebar dan besar. Namun, hewan itu memiliki taring yang mencuat keluar, bukan dua gigi besar di tengah layaknya kelinci biasa.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Where stories live. Discover now