9

10.6K 1.2K 23
                                    

Play the song. 

9

Tenda mulai dipenuhi keributan. Semua orang mengerubuni pembawa pesan itu. Simpang siur kekalahan Iridis menjadi pembicaraan kuat di Desa Pencuri. Eva menerobos keramaian itu. Melihat Eva yang kesulitan, Matilda mulai turun tangan.

"Tolong jangan berkerumun! Lebih baik kalian duduk dan mendengarkan!!" pinta Matilda tegas. "Sebagian keluar dari tenda ini! Kalian menunggu di luar saja. Berita ini akan menyebar setelah kami mendengar semuanya!"

Orang-orang mulai duduk, menuruti perkataan Matilda. Sebagian keluar dengan wajah bersungut-sungut. Eva jadi tak habis pikir, apa yang membuat Matilda begitu dihormati di sini. Padahal dia bukan pemimpin, hanya orang yang dimintai menyambut mereka.

Eva kembali menatap si pembawa pesan begitu semua sudah terkendali. Ia langsung menodong dengan pertanyaan.

"Jadi, apa itu benar? Iridis akan hancur? Katakan semua yang kau ketahui," katanya dengan suara tinggi. Dia tak tahan lagi. Eva mendekat dan mencengkeram kerah si pembawa pesan penuh geram, "Cepat katakan!! Kenapa hanya diam!!"

Pembawa pesan itu gemetaran. Seluruh ketakutannya tertumpah dari tangan hingga kaki. Namun bukan gertakan Eva yang membuatnya takut, melainkan tatapan Noir di belakang Eva.

"R-Raja!! Raja dari Roshelle de Rosemarie!!" teriaknya tiba-tiba. Jarinya menunjuk Noir. Kucing hitam itu hanya merespon dengan menggoyang-goyangkan ekornya. Eva melihat itu dan mengalihkan wajahnya pada Matilda. Menuntut penjelasan.

Matilda berdeham, "Seperti yang kau lihat, ramalannya memang benar. Tapi kumohon, katakan semua informasi yang kau miliki. Jika kau juga punya informasi mengenai korban dari timur, katakanlah segera."

"Ba-baik!!, Nyonya!" Pembawa pesan itu kembali pada tujuan utamanya. Dia masih gemetaran, tapi suaranya bisa ditangkap dengan jelas. "Pasukan Iridis, mereka...telah diadu dengan sihir! Mereka kacau dan menyerang satu sama lain, bukannya melawan tentara musuh. Saya mendapat informasi dari salah seorang yang masih di Iridis, lalu dia ikut bersama saya untuk kabur. Saya dan warga itu berusaha kemari segera setelah mengamati keadaan. Namun diperjalanan, kami terjebak. Ada sosok misterius mencoba mencekik kami. Anehnya, bukan tangan, tapi kepulan asap hitam yang membuat kami tercekik. Saya tak bisa menolong warga Iridis itu, dan hanya saya yang selamat."

"Itu penyihir..." gumam Matilda lirih. "Bagaimana caramu selamat?"

Pembawa pesan itu terlihat kebingungan, "Tidak tahu. Semuanya gelap! Saya pasrah saat ajal nyaris menjemput saya. Namun, saya mendengar suara pedang. Seketika saya bisa melihat kembali dan cepat-cepat lari ke dalam hutan berkabut. Saya hanya berpikir untuk segera lari menyelamatkan diri."

"Ah!" Pembawa pesan itu teringat sesuatu. "Ada kumpulan warga Iridis yang sedang kemari! Mereka sedikit terlambat karena membawa korban penuh luka parah. Saya sempat membantu mereka mengarahkan jalan menuju desa ini. Apakah pasukan kabut diturunkan? Tolong jangan menjarah mereka! Mereka sekarat dan tidak membawa apa-apa!"

Pasukan kabut? Menjarah? Jangan-jangan! Eva langsung terkseiap dan menghampiri Matilda, "Apa maksudnya pencuri-pencuri itu?!"

Matilda berusaha tetap tenang, "Ya, Nona. Tapi kami sudah mencegah mereka untuk menjarah orang-orang yang akan kemari. Seharusnya, itu tidak akan terjadi."

"Apa di desa ini tidak punya nurani?!" Eva mulai kesetanan, "aku muak mendengar semuanya di tempat ini! Oi pembawa pesan, katakan di mana kau menemui mereka?! Aku akan pergi ke sana!!"

"Semuanya tertutup kabut, Nona! Akan sangat sulit jika tidak bersama seorang dari kami!"

Dengan cepat, Eva menampar pembawa pesan itu, "Lalu kenapa kau tidak bersama-sama saja dengan mereka, hah?! Apa kau tolol?!"

Kepanikan melanda Matilda, "Nona! Jangan melakukan itu! Saya saja! Saya akan menyuruh seseorang menghampiri mereka!! Tolong tenanglah dan menunggu di sini!"

"Aku tidak percaya kalian!! Bibiku, ibu dan ayahku!! Mereka bisa saja terluka jika ada dalam rombongan itu!!"Eva lari cepat-cepat. Meninggalkan mereka di tenda.

Tidak tahan, Noir mulai turun tangan. Dia berdiri. Di hadapan semua orang, ia mengeluarkana suaranya.

"Evangeli Roshelle adalah orang yang kupilih. Jika dia terluka karena pergi sendiri ke sana, aku bersumpah akan mendatangkan bencana pada tempat ini. Lebih baik kalian bersikap bijak dan langsung turun tangan. Bisakah kalian melakukannya dengan benar?"

Semua orang di tenda itu membungkuk patuh. Matilda mengiyakan. "Kami mampu, Yang Mulia. Maafkan atas kesalahan kami. Segera, kami akan mengurusnya dan menjaga mereka serta Nona Evangeli."

Matilda bertepuk dua kali. Seketika dua orang berpakaian serba hitam dengan persenjataan lengkap datang. Mereka berbaris dan membungkuk.

"Kawal Nona Eva dan warga Iridis yang akan kemari. Jangan lakukan kesalahan!" perintah Matilda.

Noir mengeong. Ia turun dari meja besar dan melangkah perlahan keluar dari tenda. "Aku juga akan mengikuti Eva. Aku tidak bisa jauh dengannya."

"Kalian dengar itu. Raja dari Kerajaan Utara juga akan bersama kalian!" tambah Matilda, "lakukan yang terbaik!"

"Siap!"

Setelah mengirim mereka bersama Noir, Matilda berbalik. Ia berbisik pada seseorang yang menunggu di meja paling belakang. Seseorang itu terlihat memberi perintah dan menyuruh Matilda segera melaksanakannya juga. Matilda membungkuk hormat pada orang itu. Kemudian ia keluar dan memasuki tenda lain bertirai kuning keabu-abuan.

Setelah menyibak tirai dan masuk ke dalam, ia tersenyum. Matilda membungkuk sopan pada satu-satunya orang yang ada dalam tenda itu.

"Apa Anda membutuhkan sesuatu, Yang Mulia Ratu Renata?"

***

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Where stories live. Discover now