13

10.5K 1.1K 46
                                    

so sorry for the long waiting ;)

anyway, enjoy this dark chapter. khu khu khu.

song added. listen to it.

ps. saya nggak tahu apa musiknya selama ini bisa diputar sambil baca atau tidak, dulu saya nyoba play lagunya terus scroll tulisan, lagunya mati otomatis. ada yang begitu?

kalau iya, berarti settingan wattpadnya sih. saya nggak bisa apa-apa hehe. ya udah nikmatin aja ;)

***



13

Nan jauh dari hutan berkabut, Kerajaan Frautzell dirundung kegelapan yang terus-menerus melemahkan jiwa manusia yang ada di lingkup wilayah tersebut. Satu per satu berjatuhan, lemas, tak berdaya, mereka kehilangan darah. Warga Kerajaan Frautzell menderita. Pikiran mereka telah disetir oleh kegelapan, dijadikan budak, dan dilatih menjadi prajurit.

Seorang wanita, paras rupawan, dengan pesona yang mampu meruntuhkan semua pria, melenggang dalam aula Istana Frautzell. Sisi bibirnya tertarik ke atas. Ia menghampiri sang penguasa daerah barat, yang sudah kehilangan kendali atas dirinya sendiri. Dia setengah sadar, karena pengaruh gelap dalam dirinya sempat melemah. Hanya sepersekian menit, karena pengendali kegelapan mengalami sesuatu yang ia tidak ketahui, raja kembali mendapati pikirannya. Tapi tetap saja, raja itu masih tidak bisa mengendalikan tubuh secara utuh.

"Yang Mulia Baltazar," panggil wanita itu, tertawa. "Jangan pernah menolak kekuatan yang saya berikan."

Baltazar menatap wanita itu beringas. Berkata dalam nada sedingin es. "Aku...tidak pernah...menginginkan...semua ini!!" teriaknya setengah merintih, "tolong hentikan."

Wanita itu mengulurkan kedua tangan ke depan. Perlahan-lahan, ia berjalan menghampiri sang raja, menangkup seluruh wajah pria itu. "Pem-bo-hong. Anda seorang pembohong, Yang Mulia."

"Saya mengerti, saya mengetahui, dan saya sudah mewujudkan keinginan tergelap yang ada di dalam hati Anda, Yang Mulia," jelas wanita itu tanpa melepas tangannya dari wajah elok sang raja. Satu telunjuk ia arahkan pada bibir Baltazar. "Mengelak tidak ada artinya~"

Baltazar meronta. "Lepas. Jika tidak~"

"Jika tidak, apa?"

"Aku akan menggigit tangan kotormu ini."

Wanita itu terbahak-bahak. Ia memainkan jarinya pada helai rambut keperakan milik Baltazar, mengeratkan tangannya. Kemudian, secara sengaja menancapkan kuku tajam jarinya pada sisi wajah sang raja.

"Silakan, Yang Mulia Baltazar. Suatu kehormatan jika seorang raja menggigit tangan makhluk kotor seperti saya ini. Lakukan, jika Anda bisa~"

Mata Baltazar menusuk-nusuk wanita itu. Mengerahkan seluruh kesadarannya untuk tidak hanyut dalam kegelapan lagi. Dia meronta, mencoba melepasakan diri. Tapi usahanya sia-sia. Tubuhnya seperti dirantai.

"Lihat, Anda tidak punya kemampuan untuk melawan," kekeh wanita itu. Penyihir kurang ajar yang memporak-porandakan tiga kerajaan besar. Penyihir yang tak lain konon menghancurkan satu kerajaan pada seratus tahun yang lalu. Penyihir beringas, yang tidak mempedulikan apapun selain awet mudanya.

Baltazar meringis. Kesadaran yang ia miliki perlahan mulai menghilang. Ia mencoba bertahan sekuat mungkin. Berteriak, "Di mana Xerandia?! Di mana juga Bernadetta?! Kau apakan istriku dan adikku?!"

Penyihir wanita itu melepaskan tangan. Ia menunjuk ujung timur aula istana. Seketika dua wanita keluar. Mereka berjalan perlahan dengan pandangan kosong. Tidak ada ekspresi.

"Mereka masih utuh. Saya belum melakukan sesuatu pada mereka," kikik si penyihir. Ia beralih meraba paras wajah Xerandia, istri Baltazar, dan Bernadetta, istri Raja Alan.

The Abandoned Kingdom - Black || Noir [END]Where stories live. Discover now