Tidy up.

41 4 2
                                    

◉✿✿◉
Even sometimes, the worst people
can change into the better ones.
◉✿༄✿༄✿༄✿༄✿༄✿༄✿༄✿◉

" Cih.. banyak sekali darah di sini.. " protes Darrel kesal.

" Yaudah kali... bersihin aja, toh lo yang suruh kita beresin ini semua kak. "

Mereka pun dengan gesitnya membersihkan darah-darah yang berceceran itu, juga membakar alat-alat dan bagian-bagian tubuh itu di sebuah tungku (chimney) di ruang tamu Irina.

" Burn it all! " Semuanya telah dibakar, kecuali satu, kepala Zach. Irina masih memeluk kepala Zach dengan erat, ia tidak rela membakarnya.

" Come on, Irina, lo harus lepasin itu, lo mau ditangkep polisi? Terus bikin mama lo makin khawatir? Gak kan? Let it go, Irina! " tegur Darrel sambil membelai kepala Irina dengan pelan untuk menenangkannya.

" No, gue gak ma— "
Direbutnya kepala Zach dari pelukan Irina dengan mudahnya.

"Burn it."

"But—"

"No."
Langsung dibakarnya kepala itu oleh Darrel.

"NOOO!!"
Irina menangis histeris tidak rela.

" Irina, don't worry,
lo masih punya Black Reaper sama gue,
you're not alone! Biar gue yang ngurus ini semua."  Darrel mendekap tubuh Irina sambil membelai kepala dan punggungnya.

" I-Iya.. "

" Sekarang kita rapiin rumah lo." ajak Darrel sambil membawa sapu dan kemoceng di kedua tangannya.

Irina yang bingung tidak tahu apa yang harus ia lakukan pun pasrah melakukan apa yang Darrel perintahkan kepadanya.

Malam semakin larut dan Irina masih saja tidak tenang dengan perlakuannya. Darrel yang peka terhadap raut wajah Irina itu langsung menghampirinya begitu ia selesai merapikan rumah Irina.

" Hei, lo masih gelisah ya, Rin?" tanyanya.

" I-Iya, kak. Gue jadi miris sendiri,
gue jadi takut liat rumah gue sendiri... "

" Gimana... kalo lo nginep aja di rumah gue untuk beberapa hari?"

" Hah? Ngapain? "

" Biar lo bisa nenangin pikiran lo sejenak.
Gue juga punya terapi buat itu. "

"Hmm... gue gak enak sih sama ortu lo kak. "

" Ortu gue? Mereka lagi di luar kota selama sebulan, jadi gue sendirian di sini. Di rumah gue sih cuman ada gue, adek gue sama babysitter-nya. "

" Hemm... ok... tapi masa iya gue sendirian nginep sana, kak?"  Irina masih ragu.

" Ya gak lah, Black Reaper juga boleh nginep kok. "

" Gue mah oke-oke aja, gue mah orangnya santuy. "
sahut Rebecca.

"Hmmm...." Irina pun mengangguk pasrah dan menurutinya.

"Nah gitu dong, hehe..."

๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑
Darrel, Irina, dan Black Reaper telah tiba di rumah Darrel. Irina terkejut kagum.

" Huaaaa.... besar kali rumah lo, kak! " Irina kagum karena rumah Darrel sangat besar dan sangat luas, luas rumah Darrel adalah 5 hektar.

" Woyadong, gue gitu lo! " sahut Darrel.

" Cih, pasti lo dapet rumah sebesar gini dari orang tua lo, " sahut Black Reaper meremehkan.

" Asem lu! Tapi mentang-mentang gue punya orang tua gue sultan gini, bukan berarti gue gak ada usaha atau gak kerja ya! " sahut Darrel dengan kesal.

" Terus apa pekerjaan lo? " tanya Black Reaper to the point sambil meminum anggur yang tersedia di ruang tamu.

" CEO di kantor cabang perusahaan bapak gue. " jawab Darrel santai.

Busssfffftt...!!
" Anjirrr!! " Black Reaper tidak sengaja menyemburkan anggur yang ia minum karena terkejut.

" Buset dah kak! " Irina juga ikut terkejut mendengarnya.

" Woi baju gue jadi kotor kan gara-gara lo, Per! "

" Hehe maaf-maaf. " Black Reaper terkekeh malu.

๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑
Irina dan Black Reaper masih menelusuri rumah Darrel yang sangat luas itu di tengah malam.
Mereka tidak ingat pada waktu tidur mereka.
Darrel menghampiri mereka.

" Belom puas juga liatin rumah gue? "

" Belom "

" Inget ini jam berapa dong, bukan cuma gue sama ortu gue yang tinggal di sini, ada orang lain juga woi! " tegur Darrel tegas sambil menunjukkan jam tangannya. Irina dan Black Reaper terkejut malu.

" Sini ikut gue. "
Darrel dengan langsung menuntun mereka ke kamar masing-masing.
Setelah memberi tahu di mana kamar Irina dan kamar Black Reaper, mereka langsung mengambil barang-barang mereka yang sedari tadi tertinggal di ruang tamu.

" Lo bisa bawa barang-barang lo sendiri? " tanya Darrel.

" Iya, gue bisa. Tawarin bantuan sana ke Irina, " balas Black Reaper.

" Sini gue bantu. " Darrel langsung mengangkat barang bawaan Irina ke kamar Irina.

๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑
" Makasih kak. Udah hushh... husshh...jangan ikutan masuk! "

" Hidih yang punya rumah siapa yang galak siapa! " Darrel menepuk jidatnya sendiri dengan kesal lalu memutuskan untuk pergi meninggalkan kamar Irina.
Namun lengan Darrel ditahan oleh Irina.
Ditariknya ia dan....cuppp! Diciumlah pipi kiri Darrel oleh Irina sambil berjinjit.
Darrel melongo dan mematung di tempat, sedangkan Irina langsung tersenyum dan masuk kembali ke kamarnya.

"UAANJAAYYY PIPI GUE DICIUM DOI CUYYY!!" teriak Darrel dalam hati dan akhirnya terbaring dengan girang di atas lantai di depan kamar Irina dengan sunyi.

To be continued...

๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑❃๑
Updated : Saturday [06/12/2019] 06.27 WITA

From author :
Jangan lupa buat
VOTE, COMMENT & SHARE ya! :)

—Note for readers :
Hi readers!
Maap lagi kalo author lama up nya karena author lagi nge-blank sama revisinya (aku bikin revisinya supaya biar gak begitu lame saat ceritanya dibaca oleh kalian para readers) sama tentunya, kesehatan author yang masih saja belum stabil, juga karena minggu-minggu ini author sibuk diterjang oleh UAS alias Ujian Akhir Semester T-T"

Tapi beginilah hasil dari revisi author =UwU=
Semoga kalian suka~!

Thanks for ur attention~!

Instagram :
@missherls
Like & Follow ya !

Sumber foto : Google

-Chica 🖤🥀
Have a great day ! :)
••\\—//GBU\\—//••

My Psychotic CrushWhere stories live. Discover now