[19] Yes Or Yes

6.4K 493 26
                                    

Irene tersenyum ketika pria yang berdiri di atas podium itu mulai membuka suaranya. Ah, pasti sangat gugup.

"Selamat malam semuanya,"

Aldo-nya menyapa para tamu dengan hangat. Dapat ia rasakan keresahan itu sedikit demi sedikit menghilang.

Irene seperti terhipnotis. Sangat ia akui bahwa penampilan pria itu malam ini berkali lipat terlihat lebih hebar daripada biasanya. Mungkin karena suasana dan situasi kondisi yang semakin membaik, menambah tenteram indra penglihatannya.

Sampai ketika Aldo menyelesaikan pidatonya dan orang-orang bertepuk tangan, Irene yang duduk dilingkup strategis dan dikelilingi orang-orang VVIP, hanya mengikuti. Sanking terlalu sibuknya memanjakan mata dengan menatap pria tampan yang menjadi pusat perhatian para tamu malam hari itu.

"You look more confident"ucap Irene saat pria itu duduk disampingnya.

"I got it because of you, thank you pretty"balas Aldo sambil mencium pipinya cepat.

"Ouch gosh, don't try to flirt me here"ucap Irene memperingatkan.

Aldo hanya tersenyum mendengarnya. Sesekali menyapa beberapa tamu yang baru datang.

Such a beautiful night.

Irene harus membuang wajahnya saat beberapa kali memergoki pria itu tak lepas memandanginya."Stop it,"

Aldo tertawa saat wanita itu marah dan memukul lengannya pelan. "CEO macam apa yang malah duduk tenang disini?"

"Get your place there!"suruhnya.

"Ah i'm on my zona nyaman. Why you don't understand?"

"Aldo"

"Okay hun, take a moment"ucapnya pergi setelah mengecup dahi wanita itu cepat sebelum ia marah lagi kepadanya.

Irene hanya menundukkan kepalanya malu saat mengetahui pusat perhatian orang-orang mengarah kepadanya sekarang.

"Jadi yang dipilih aphrodite perusahaan si bapak CEO?"

"Yaiyalah jelas. Yang paling tinggi posisinya dong"

"Halah, lo juga kalo jadi mbak Irene bakal begitu"

"Iya sih"

Wanita itu membuang wajahnya kesal. Mendengar fakta bahwa ia hanya berpatok pada 'uang' yang dipunya Aldo membuatnya tak cukup senang.

"Itu emang realita, bukan cuma sebagai standarisasi aja. Jadi wanita ya harus berpikir, capek-capek kerja dan jadi cantik untuk apa kalau gak reach her highest goals?"

"Gue yakin bukan cuma karena uang, Irene mau sama Aldo. Gue udah denger, brondongan Irene yang kalian gosipin itu ternyata anak angkatnya. Dia ngehidupin mereka berdua dengan kerja. She's really pretty not just face but also heart"

"Well I think so. This kind of love. Isn't it?"

"Sure"

Senyumnya mengembang sempurna setelah mendengar itu. Perasaannya mendadak lega mengetahui, masih ada mutiara diantara banyaknya terumbu karang.

Am I pretty? Really?

👠

"Azka gak ada niatan buat datang?"tanya Aldo disela makan malam mereka.

Irene yang tengah menyeruput minumannya hanya menggeleng.

"Udah izin katanya mau jalan bareng Aaliyah. Yaudah aku nggak ngelarang"

Mengetahui hal itu Aldo mengangguk mendengarnya. "Hm, have finished your dinner?"

Wanita itu mengangguk. "Wanna drink?"

"Just sirup. I told you to not drink anything else except it"

"Just tell me you are afraid if i'll get drunk"

"No, if you drunk, you can kiss me whatever you want and I approve this. I just won't you make a mistake when I'm doing something for you"

"Something like...? What?"

"Look at this,"

Aldo menunjuk ke arah sesuatu dan Irene mengikutinya. Namun tiba-tiba lampu mati dan semuanya benar-benar gelap.

Tetapi anehnya, tak ada yang teriak gelisah kecuali diri Irene sendiri.

Seolah ada sesuatu yang disembunyikan darinya dan ia tidak mengetahui.

"Calm down, they'll turn on the lamp"bisik Aldo sembari meletakkan sesuatu di gelas baru Irene.

Irene hanya mengangguk sembari mengapit tangan pria itu. Menunjukkan bahwa ia benar-benar takut dikegelapan seperti ini.

Tring

Lampu memang kembali menyala, namun tak semua.

Hanya neon lamp membentuk tulisan 'MARRY ME, IRENE' yang muncul dan membuat wanita itu menggertakkan giginya kesal. "Aish"

Aldo tertawa mendapat pukulan lagi dari wanita itu. "So the answer is...?"

"—Yes or yes?"tanya pria itu santai sambil memberikannya gelas yang telah ia masuki sesuatu tadi.

Saat Irene ingin meminumnya, ia tersenyum dan melepas gelas tersebut.

Tak ada sirup ataupun air jenis apapun yang dapat ia minum. Karena itu hanya berisi sebuah cincin putih berkilau yang sangat cantik jika dipasang ke jari manisnya.

"Yes or yes?"ulang Irene tertawa sambil memasukkan cincin itu ke jarinya. "Of course, yes."

"YES!"Aldo berteriak bahagia sambil memeluk wanita itu.

Tak lama kemudian, lampu serentak menyala, dan para tamu undangan yang telah disetting agar mengikuti prosedur, bertepuk tangan menyelamatinya.

"Congratulations, you two have to hold the reception as soon as possible"ucap Azka yang tiba-tiba telah berdiri tak jauh dari keduanya.

"You're a liar"tutur Irene pelan kepada Azka dan langsung dibalas peace olehnya.

"Because Azka needs the Real little Wijaya, don't you?"Aaliyah menimpali.

"Sstt. Let it be just their secret"pekik lelaki itu dengan nada berbisik namun kuat, sambil meletakkan telunjuk dibibir Aaliyah.

Irene hanya menggeleng-gelengkan kepala sambil tersenyum, sembari melihat Aldo yang menunjukkan jari manisnya yang telah dipasangkan cincin serupa dengan miliknya.

"Okay let's make a secret!"bisik Irene pelan kepada pria itu, dan langsung disambut hangat olehnya. Mereka berciuman dan semua orang dipaksa untuk menutup mata mereka. "CEO does anything their want,"




THE END

Terimakasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca cerita ini ❤

xoxo, a

Mommy's SecretWhere stories live. Discover now