si Anak SMA

13.9K 1K 32
                                    

"Ganteng, kulitnya putih, jaketan denim, nah yang terpenting. Dia ting—"

Tuk!

"Woi!"

Renata meringis saat bantal berukuran sedang mengenai wajahnya yang tadi masih asik-asiknya mendeskripsikan soal brondong Aphrodite-nya kantor, kepada Aldo, si anak tunggal direktur utama.

Ternyata benar! Gosip yang merebak soal Irene yang digaet anak SMA sebagai pacarnya, terbukti, setelah beberapa karyawan kantor yang berniat menyelidiki, datang pagi-pagi hari ini dan mengintip sembunyi-sembunyi.

"Yang penting dia itu tinggi. Gak kayak lo! Pendek!"pekik Renata rusuh, yang akhirnya menghadiahi tumpukan balik kepada pria itu.

Ya ampun Ren, masa lo lupa dia itu bos juga? Tapi ya, bodo amat!

"Gak sopan ya anak buah,"tukas Aldo kesal sambil memijit pelipisnya pusing. Gimana sih masa iya pujaan hatinya ternyata udah punya pacar, ditambah lagi tersangkanya masih anak SMA?

"Menurut lo dia waras gak sih?"tanya Renata bingung. "Harus berapa kali gue baca biodatanya. Dia bener  kelahiran 91 dan umurnya sekarang 28 tahun!"

"Masa iya punya pacar 10 tahun lebih muda?"Renata membayangkan dengan ekspresi geli yang membuat Aldo kembali melemparnya dengan bantal lagi, kali ini.

"Tapi kalo anak juga gak mungkin. Orang KTP-nya belum menikah!"sahut Renata lagi. "Atau jangan-jangan...."

"Jangan-jangan apa?"Aldo memasang wajah serius saat perempuan itu mendekatinya.

"D-dia—"

"Dia apa?!"

Renata melencos saat tahu pria itu kelewat antusias mendengarnya, sampai nanti malah tidak bisa menerima kenyataan yang sebenarnya.

"Dia bocah 18 tahun juga, dan mereka seumuran."ujar Renata asal.

"Tau deh soalnya mukanya cantik banget awet muda. Gue mah bentolan jerawatnya juga gak nyampe,"pekik perempuan itu kesal.

"Tuh nyadar. Lo mah jelek-jelek aja kali,"ejek Aldo sembari melepas kacamatanya. "Minggir deh gue mau ngomong sama dia,"

"Eett sok berani!"sambar Renata sembari menghadang. "Mau ngomong apa emang? Suruh dia putus sama cowoknya?"

"Bukan urusan lo, udah awas!"tutur Aldo galak.

"Dih jadi lo pikir mentang-mentang anak bos terus lo bisa nyuruh dia seenaknya aja gitu? Ini masalah hati man, lo gak ngerti"sahut Renata.

"Ini juga masalah hati kali. Udah awas"tukas Aldo.

"Gak boleh! Pokoknya gak boleh! Do, cinta juga gak harus memiliki tau. Biarin mbak Irene bahagia!"

"Berisik sinting. Kayak gue mau ngapain aja?"Aldo mendengus malas sembari meninggalkannya.

Renata langsung mengambil kekuatan seribu langkah berlari mengikutinya. Pokoknya Aldo gak boleh seperti ini!

"Do, stop dong!"

"Aldo gue teriakin lo soal si mbak pujaan hati ya. Biar nih karyawan pada tahu lo kadang suka modus,"teriak Renata.

Aldo langsung menghentikan langkahnya kemudian berbalik ke belakang setelah mendengar ancaman perempuan itu dijam-jam kerja saat ini.

"SEBENARNY—"

"DIAM GAK???"Pria itu berlari cepat menutup mulut Renata sebelum ia membocorkan perihal itu.

"Lo mau ngapain si mbak, jujur!"

"Nyamperin doang gila, lo sinting ya bener-bener"

"Gak percaya!"

"Gue mau nanya bucket mawarnya udah dilihat belom, soalnya itu dari gue."

"Bu-bucket mawar ap—SUMPAH JADI ITU BUKAN DARI ADIK GEMESNYA????"teriak Renata heboh.

"Anak-anak udah pada ngegosipin. Kirain dari si doi, soalnya diletakin mbak Irene di vas samping tempatnya."

"Eh masa iya?"Aldo mengernyit.

"Ah mungkin si mbak gak tau itu dari siapa. Bisa aja,"

Semangat Aldo langsung turun.

"Udahlah, mbak Irene udah bahagia juga"

Aldo memandang sinis tangan Renata yang bergerak mengusap bahunya. "Mending kerja deh jangan ngeributin gue,"

Pria itu akhirnya memilih meninggalkan Renata yang mendengus kesal ditempatnya.

Ia berjalan menuju ruangan pemasaran tempat sang aphrodite-nya berada.

Jika ditanya berani? Belum. Aldo masih kurang percaya diri untuk mengungkapkannya langsung.

Saingannya terlalu banyak dan ia mengerti bahwa ia belum cukup mampu untuk dipilih Irene.

Fakta tentang Aldo Wijaya, putra tunggal manja yang hidupnya diatur oleh sang ayah, siapa yang tidak dengar?

Tetapi, anak SMA?

Benar kata Renata, apa perempuan itu masih waras?

Tiba-tiba sebuah tangan terpapar di pundak Aldo, dan hampir saja membuatnya berdecak lagi kalau tahu orang itu adalah Renata yang ingin menghentikannya.

"Apa s—"

"Om,"

Matanya terbelalak, badannya membeku.

Anak SMA. Ganteng. Kulitnya putih. Jaketnya denim. Yang terpenting, tinggi.

"K-ka—"

"Om tadi ada apa bicarain mama saya?"

Oke guys let's start!

Mommy's SecretWhere stories live. Discover now