[1] How it's began

10.8K 931 78
                                    

"Om tadi ada apa bicarain mama saya?"

"Apa? Mama?"

"Iya Irene Atmojo. M-ma—"

Aldo membulatkan matanya saat mengetahui bahwa lelaki lajang dihadapannya ini mengaku sebagai anak dari aphrodite-nya, bukan pacarnya!

"Alazka!"

Keduanya menoleh. Menemukan Irene yang tengah berlari menuju mereka, dengan rambut hitam yang melambai di udara.

Terlihat jelas, bagaimana paniknya perempuan itu saat mengetahui sang Alazka tampak sedang berbicara dengan Aldo Wijaya, si pewaris perusahaan.

Alazka salah tingkah. Lelaki berusia 18 tahun itu memijat pelipisnya pelan, menunduk ke arah sang ibu.

Irene menarik tangannya cepat, menjauh dari posisi Aldo yang bungkam atas terbongkarnya rahasia dibalik sosok perempuan yang sulit digapai itu.

Sang dewi telah mempunyai anak.

Irene adalah seorang ibu.

Perempuan itu telah melahirkan anak, 18 tahun yang lalu.

Lalu, apakah ini salah?

Tentu. Selain diluar dari penalaran, ini bisa dianggap masalah serius bagi perusahaan.

Sudah jelas bahwa pegawai tetap disini dilarang menikah sebelum tiga tahun bekerja, jika ingin mendapat bonus dan promosi yang cepat.

Irene telah mengajukan diri untuk persyaratan tersebut dan ia tengah menikmatinya sekarang.

Perempuan itu baru satu setengah tahun disini, dan itu adalah hal yang lancang jika terbukti melanggar perjanjian.

Irene bisa dipecat!

Tidak. Tidak boleh. Aldo belum sempat mengungkapkan apa-apa, namun perempuan itu bisa saja lari dari jangkauannya.

Aldo harus bergerak, jika tidak ingin sang aphrodite pergi meninggalkannya.

Pria itu berlari mengejar ketertinggalannya dari Irene yang telah berada di parkiran, mengantar sang anak yang akan pergi.

Dari kaca helm tersebut tampak sileut mata Alazka tidak bisa lepas dari Aldo yang tak jauh dari posisi mereka.

Motornya distater kuat, sebelum akhirnya remaja belasan tahun itu pergi meninggalkan kawasan kantor.

Irene menutup matanya. Terlalu menyesal untuk menyadari bahwa ada orang yang telah mengetahui isi dari rahasia terbesarnya.

Dan orang itu adalah Aldo Wijaya, yang tengah mengetuk-ngetuk ujung sepatu, dengan alis yang naik sebelah.

"Just follow me, right now."

Sial! Sekarang ia dalam masalah!

👠👠

"Irene Atmojo, 29 Maret 1991. Lulusan FEB UI, berdarah Minang-Makassar, namun sejak kecil sudah tinggal di Jakarta. Jelas-jelas KTP-mu disini belum menikah, jadi omong kosong macam apa ini?"

Perempuan itu tersentak setelah menerima layangan berkas identitas dirinya dulu ketika mendaftar di perusahaan ini. Terlebih hal itu dilakukan oleh Aldo, yang sempat ia pikir menaruh perasaan yang sama kepadanya.

Tetapi sayangnya ia salah. Aldo marah besar, dan Irene berada dalam masalah.

"Kamu pikir ini main-main?"

Suara sarkas Aldo yang terdengar membuat rahang Irene tercekat. Ia memungut cepat berkas tersebut kemudian mengembalikannya ke atas meja.

"Maaf pak, tetapi saya bisa jelaskan,"

"Jangan omong kosong Irene. Jelas-jelas dia mengaku sebagai anakmu. K-kam—"

Aldo terpaku ketika melihat perempuan itu tersimpuh ke lantai memegang kakinya. Demi Tuhan ia tidak berniat membuat Irenenya serendah ini.

"Saya tidak meminta kamu memohon hingga seperti ini. Saya hanya sulit perca—"

"Maaf pak jika anda menganggap saya melanggar perjanjian perusahaan. Tetapi saya punya alasan untuk melakukannya"

"Kamu MBA?"

Irene yang terbelalak langsung menggeleng cepat. "Tidak. Saya menikah dengan sah,"

"Dengar ya Irene, saya hanya butuh penjelasan yang berdasarkan fakta. Bukan kebohongan yang makin kamu katakan semakin besar"

Irene menghela nafasnya berat sebelum akhirnya mengangkat wajahnya menatap Aldo. "Lalu apa yang akan bapak lakukan jika saya mengatakan yang sebenarnya? Memecat? Atau bahkan melaporkan saya ke polisi?"

"Kamu memalsukan identitas dirimu kan?"tanya Aldo random yang masih asik menerka-nerka. "Lantas apa yang anakmu pikirkan tentang sikap sang ibu yang menyembunyikan kenyataan, padahal ia adalah darah dagingmu sendiri namun seolah bukan siapa-siapa?"

"Saya tahu bapak adalah anak tunggal dari tuan Wijaya tetapi anda tidak berhak mencampuri urusan pribadi saya"

"—jika anda mengecap saya tidak tahu diri dan merasa tidak senang sekarang, maka dengan penuh hormat akan keluar dari perusahaan ini"

"Sebesar-besarnya saya meminta maaf,"

Irene membalikkan tubuhnya namun terhenti ketika sebuah tangan menahannya. "Siapa dirimu sebenarnya?"

Perempuan itu terdiam sejenak.

"Alazka memang anak saya. 18 tahun yang lalu, saya melahirkannya. Dari rahim saya."

Ucap Irene tiba-tiba setelah menangkap sesuatu yang tidak asing dari ruangan tersebut.

Aldo membulatkan matanya. "18 tahun yang lalu? Diusiamu 10 tahun?"

"—saya masih bisa berpikir-pikir lagi jika kamu cerita kepada saya. Apa yang kamu bilang, apakah benar?"

"Oh come on, Irene. Anakmu masih SMA dan biaya hidup di Jakarta bukan susah,"pekik Aldo sembrono.

"Dengan syarat bapak tidak akan membocorkan rahasia ini kepada siapapun, dan menjaganya hingga anak saya lulus kuliah?"Irene menatapnya dengan penuh harap. "Hanya sampai kuliah. Setelah itu saya dengan senang hati angkat kaki dari sini"

Aldo tersenyum misteri. "Karena kamu masih terlihat sebagai sosok ibu yang menyayangi anaknya, kita bisa menuliskan perjanjian ini di atas kertas putih. Bersedia?"

Irene menerima juluran tangan pria tersebut sesaat setelah mengangguk mengiyakan. "Baik. Dengan catatan biarkan masing-masing pihak menerapkan sebuah catatan maupun peraturan kepada sang lawan pula. Adil?"

Aldo tersenyum miring, menggerakkan kepala.

1] Hanya akan mendengar sekali dan tidak berlaku pengulangan kalimat.

2] Tidak berusaha merekam atau melakukan sesuatu dengan tujuan melanggar perjanjian.

3] Tidak mengungkit hal ini di tempat umum, ataupun tempat lainnya.

4] I don't think you must believe in my story but I tell you the truth.

That was true, so don't ask why, just let it be.

"Saya wanita 43 tahun yang melahirkan Alazka ke dunia diusia 25. Dia adalah anak saya satu-satunya dari suami sah saya yang telah meninggal pada umur 30 tahun. Saya tidak mencoba untuk berbohong kepada dunia, namun dunia yang mengharuskan saya untuk berbohong kepada semua. Hidup ini keras dan saya tahu tidak ada yang mau menerima perempuan dengan usia yang setua ini. Tetapi kenyataannya mengapa saya harus repot-repot mengurus itu semua ketika saya mengaku berusia 15 tahun lebih muda saja, masih banyak orang yang percaya termasuk anda"

Aldo menelan ludah skakmat. Apa tadi? 43 tahun?????!

Mommy's SecretOnde histórias criam vida. Descubra agora