Bagian 27

3K 121 5
                                    

Keseriusan serta kepercayaan lah yang menjadi dasar dari sebuah hubungan cinta
Jika tidak memiliki kedua hal itu maka percayalah, hubungan itu akan menjadi hubungan yang sering menimbulkan masalah

Akp. Dinda B.P pov

"Ada apa?" Tanya ku langsung.
"Dinda, jika kamu memilih Ikhsan menjadi pendamping mu... Aku akan mengikhlas'kan mu, asal kau bahagia" aku menggeleng 'kan kepala ku dan menatapnya semakin dalam.
"Bang, kenapa kamu bicara seperti itu? Aku tidak akan memilih Ikhsan bang. Hatiku sudah menetap padamu" Yona diam dan berdiri. Berjalan menjauhi ku.

"Ya, tapi mungkin setelah ini kamu akan memilihnya..."
"Tidak, apa alasan mu bicara seperti itu?" Aku pun ikut berdiri dan berhadapan dengannya.
"Cerita 'kan, aku tahu ada sesuatu yang di sembunyikan oleh mu" kata ku sambil terus menatapnya. Mencari sesuatu rahasia yang ia sembunyikan.
"Baiklah, kalau kamu belum bisa memberitahu ku. Aku akan pergi sebentar" aku pergi menjauhinya dan tangan ku sempat di tahan olehnya.

"Kemana? Biar ku antar" tawarnya padaku.
"Terimakasih, aku dan Lea akan pergi ke makam Dharma. Biarkan kami berdua, aku bisa" Yona diam dan melepas'kan tanganku.
"Jika ada sesuatu kabari aku" aku hanya mengangguk.

~~~~

Aku dan Lea akan memgunjungi makam Dharma. Ya, aku merindukannya juga Lea yang ingin tahu dimana tempat ayahnya disemayam'kan.

"Bunda, ini rumah ayah?" Aku tersenyum dan mengangguk. Lea pun ikut mengangguk, dan melihat sekitar taman pemakaman ini.
"Dimana rumah ayah bund?" Aku pun menuntunnya ke arah tempat disemayam'kannya Dharma.

Kami sampai di pusaran makam Dharma. Terpampang tulisan di batu nisan Kompol. Dharma Putra. Aku dan Lea berlutut di pinggiran makam Dharma. Kami berdua menabur'kan bunga dan menyiram'kan air mawar diatasnya.

"Ayah, Lea datang.... Apa kabar ayah? Lea ingin sekali memeluk ayah, dan merasakan kelembutan ayah..." aku mengusap punggung Lea yang sudah menangis sedari tadi. Sejujurnya, aku juga sama dengan Lea. Aku merindukan Dharma yang bisa menjaga dan menyayangi ku.
"Ayah, tenanglah disana ya... Lea akan menjaga bunda disini dan selalu mendo'akan ayah. Lea sayang ayah hiks.... bunda" Lea berdiri dan langsung memeluk ku.

"Lea sayang, kita harus kuat nak. Dulu ayah bilang, kita tidak boleh menangisi ayah. Ayah sudah tenang disana bersama Allah sayang. Ayah menyayangi kita, bahkan sangat. Namun mau bagaimana lagi? Ini sudah menjadi takdir nak... kita harus bisa merelakan ayah ya" ku peluk Lea yang masih saja menangis. Mungkin ini pertama kalinya ia mengunjungi ayahnya. Selama ini dia hanya bisa memandangi wajah ayahnya dari foto saja, dan hanya bisa mendo'akan ayahnya.

'Lea sering bertanya, bagaimana sifat ayahnya? Apa ayah menyayanginya? Kenapa ayah harus pergi terlalu cepat padahal Lea belum lihat ayah?'

Bahkan yang sering membuat ku menangis adalah, ketika teman - temannya mengejeknya. Kenapa harus seperti ini? Seharusnya dimana kami menjadi keluarga kecil yang bahagia, malah kenyataan mengatakan yang lain. Seadainya aku bisa mengatakan pada orang - orang yang telah mengejek Lea bahwa ayahnya sangat menyayanginya. 

"Kita berdo'a buat ayah yuk!" Aku mengalih'kan pembicaraan dan merapal'kan do'a. Setelah itu, aku mengantar Lea ke dalam mobil dan meninggal'kannya disana. Dia mengeluh capek, dan mengantuk. Sedang'kan aku masih ingin disini.

Aku mengusap batu nisan itu, dan mengeluar'kan seluruh isi hatiku. Mencurah'kan segalanya, walau Dharma tidak mungkin akan membalas ku.
"Aku sangat merindukan mu mas, dirimu yang selalu membuat ku tenang dan selalu menjaga ku setiap waktu..... Aku ingin kembali merasa'kan kelembutan dan kehangatan mu mas. Aku merindu'kan segalanya" aku memeluk batu nisan itu dan mengusapnya.
"Seandainya waktu bisa kembali di putar, aku ingin kembali berdua bersama mu sepanjang waktu. Hiks... aku ingin bersama mu lagi mas!!.... Aku merasa tidak adil mas, harusnya sekarang kita menjadi keluarga yang bahagia! Tapi kenapa kamu harus pergi! Hiks..." aku meremas rumput yang ada di atas makam itu. Aku sangat kesal.

"Kamu tahu? Lea sering menjadi bahan ejekan temannya mas, hiks.. aku ingin marah!! Kenapa Tuhan tidak adil padaku mas?....."

~~~

Author pov

Dinda masih tetap berada di pusaran makan Dharma, ia tak peduli walau langit sudah menunju'kan akan segera mengeluar'kan air hujan membasahinya. Ia juga tidak peduli dengan orang - orang yang memperhati'kannya. Orang beranggapan bahwa Dinda itu wanita yang depresi karena di tinggal'kan pacar / suaminya meninggal.

Seseorang dari kejauhan juga ikut memperhati'kan Dinda. Lelaki itu tidak asing lagi, dia Yona. Yona tahu bahwa Dinda pasti akan seperti ini. Yona pun semakin khawatir saat ia baru datang dan melihat mobil yang di pakai Dinda di dalamnya ada Lea yang tertidur. Hatinya pun ikut menangis melihat ini semua. Dimana, wanita yang ia cintai sedang merasa'kan sedih, kesal, dan menahan rindu.

Jika Yona bisa melarang Dinda, ia akan melarang. Namun mau bagaimana lagi, tadi di rumah Yona sudah membuat Dinda marah dan sekarang ia sedang melampias'kan kemarahannya.

Byurr....

Dinda menghenti'kan tangisannya, ia menatap langit yang mengeluar'kan butiran hujan yang deras. Tubuhnya sudah basah kuyup, namun ia masih bertahan disana. Kulit putih bersihnya pun terkena cipratan tanah merah yang membuatnya kotor.

Dinda masih diam, kakinya seketika menjadi lemas dan mungkin itu karena kakinya yang luka. Dinda terduduk di tanah, menunduk menatap tangannya yang terbuka dan menampung air hujan.

"Dinda..." sang pemilik nama pun merasa dipanggil. Ia merasa suara itu tak asing baginya, suara sang pangeran masalalunya ada di sampingnya memakai baju putih dan bersinar.
"Mm... Mas Dharma?" Dinda masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini. Sosok Dharma pun tersenyum dengan lembut, seperti dulu saat pertama kali bertemu.
"Mas, aku merindukan mu mas!! Apa kamu kembali? Ayo ikut aku! Kita bertemu anak kita, Lea. Dia ingin bertemu dengan mu" Dinda dengan susah payah berdiri dan mencoba menarik tangan Dharma namun nihil. Dia tidak bisa sama sekali memegang tangan Dharma.

Di kejauhan, Yona yang sedari tadi mengintai Dinda pun mulai menyadari bahwa Dinda mulai berlaku aneh. Dia seperti berbicara dengan seseorang, walau di hadapannya tidak ada orang sama sekali. Yona mendengar Dinda berteriak memanggil Dharma. Ini sudah tidak beres lagi.

Yona pun segera berlari secepat mungkin untuk menghampiri Dinda. Ia sampai, dan melihat Dinda frustasi memanggil nama Dharma. Yona langsung memeluk Dinda erat dan menyadar'kan Dinda.

"Dinda dengar aku!! Sadar Dinda!" Yona mengangkat wajah Dinda dan menatapnya.
"Hiks.. lepas'kan aku! Aku ingin bersama Dharma!!"
"Dharma tidak ada!! Dia sudah tenang di alamnya Dinda. Kamu hanya berkhayal!" Dinda diam dan terus menangis. Dinda mulai sadar bahwa yang dikata'kan Yona benar. Dinda langsung memeluk Yona erat.

"Maaf Yona, aku sudah berkhayal... hiks.." Yona pun hanya membalas memeluk Dinda dan mencium keningnya.
"Sudah, sekarang kita pulang ya" Dinda mengangguk dan mengikuti Yona.


~~~~
Bersambung....

Halo, maaf ya baru update
Karena kemarin' mau update
Tapi ada ujian, trus klo mau update lagi pasti ada halangan yang menggagalkan update.


Cinta Si PerwiraWhere stories live. Discover now