Bagian 2

6.9K 234 0
                                    

Hidup memang sulit
Tak ada yang mudah bagiku
Hidup ku penuh dengan cobaan yang tak pernah henti nya datang
Aku ingin lepas dari segala cobaan dan rintangan itu, aku ingin bebas. Dharma...hanya kaulah yang menjadi tempat ku berlindung dan tempat ku mencurah kan segala isi hati ku.

Aku ingin selalu bersama mu, dimana pun dan kapana pun itu. Ku mohon, jangan tinggal kan aku. Tetap lah di samping ku, menemani ku, menjaga ku, menjadi tempat ku mencurah kan hati. Aku ingin dirimu menjadi ayah dari anak-anak kita nanti.
(Iptu Dinda berliana putri s.trk)

Iptu Dinda B.P pov
Aku duduk di bangku taman halaman rumah orangtua Dharma. Rumah bunda dan ayah adalah tempat aku menenang kan diri. Bunda dan ayah nya Dharma sayang pada ku sama seperti anak mereka. Aku merindukan mama, semoga mama baik-baik di sana ya ma....

"Nak, ini bunda buat kan teh manis melati. Kemarin bunda belikan di Ungaran" aku menoleh dan tersenyum pada bunda.
"Terimakasih bunda. Jadi merepot kan" bunda mengusap punggung ku.
"Tidak nak. Gak usah sedih ya, kamu disini saja sama bunda, ayah, Delima, dan Dharma. Ini juga keluarga mu nak. Bunda bangga sama kamu, kamu itu wanita kuat, hebat, tegas. Hati mu sungguh kuat sekali. Kalau bunda jadi kamu, mungkin bunda sudah kabur" aku tersenyum dan memeluk bunda.
"Makasih ya bund, sudah menjadi sosok ibu dari Dinda. Dinda sayang sama bunda, sama sayang nya pada mama Dinda" bunda mengusap kepala ku dan mencium dahi ku.

"Aku ikutan dong!!" Dharma berlari ke arah ku dan bunda sambil membuka tangan nya. Aku berdiri menjauh, sebelum Dharma sampai.
"Hih...dedek nih, malah pergi. Ikutan di peluk aku juga gak papa" aku bergidik sendiri.

"Bukan muhrim mas! Kamu sih mau nya meluk Dinda" omel bunda pada Dharma.

"Hehehe bunda sama Dinda sama aja. Suka banget ngomelin Dharma. Aku kaya anak tiri"

"Apaan sih Dharma? Jijik ih, kaya banci tauk!" Aku tak suka kalau dia belagak seperti Anata. Oh iya, Anata itu juga teman sati letting kami. Sahabat kami berdua, yang kelakuan nya bikin kami berdua kena hukuman. Dia sih sudah menikah, tapi masih suka godain aku.

"Mba Dinda, sama Delima aja!! Wlek, mas Dharma gak boleh peluk mba nya akuh" Delima memeluku. Aku pun membalas nya. Tinggi nya cuman se-dada ku saja. Aku yang ketinggian.
"Iya, biarkan mas sama bunda. Ayah mana dek?" Tanya Dharma pada Delima.
"Tadi lagi ngobrol sama mas...eh om Panji, katanya nanti nyusul" ada yang aneh dari Delima. Kalau nyebut nama Panji, salah satu ajudan ayah dia selalu gugup dan kikuk.
"Kamu ada main sama Panji? Jawab mas?" Pertanyaan Dharma sama seperti ayah. Aku menatap Dharma kesal.
"Jangan gitu ngomong nya, Delima belum tentu main belakang Ma..gak boleh soudzon sama adek sendiri" Delima langsung mencium pipi kiri dan kanan ku.
"Tuh, kaya mba Dinda napa mas? Dia baik, sabar, plus nya cantik lagi. Gak kaya mas yang galak, nyebelin, minus nya jelek hahaha" aku dan bunda juga ikut tertawa.
"Dasar adik durhaka kamu! Awas aja kalau gak ada mba Dinda, aku hajar kamu!"
"Wlek, gak takut!"

~~~~~
Bersambung...
Gimana? Vote and coment nya..
I always waitting  coment from you..
Eaak, kumaha?

Cinta Si PerwiraWhere stories live. Discover now