Bagian 16

2.9K 119 2
                                    

Siapa dia?
Kenapa aku selalu memikir kan nya?
Hati ku rasanya ingin bertemu dengan lelaki itu....
Tapi, entah dimana dia?
Dia telah membuat hati ku galau
(Akp Dinda berliana putri s.trk)

Akp. Dinda B.P pov
Aku menyiap kan sarapan untuk Lea. Semalam dia ingin aku memasak kan sesuatu untuk nya, dan pagi ini aku punya ide membuat kan nya salmon crim. Makanan favorit Lea.

Sudah jadi, ku taruh mangkuk krim sup itu dan ke lantai atas. Lea masih tidur, tadi nya mau di bangun kan. Tapi, tak tega melihat wajah nya yang lucu sedang tertidur pulas.

"Lea...bangun dek, sudah pagi" aku menepuk pantat bulat nya. Badan nya menggeliat, dan bibir nya menjadi sedikit terbuka seperti ayah nya saat ku bangun kan tidur.
"Lea, ayok! Bangun, anak bunda gak boleh malas! Cepat, bunda hitung. 1...2..."
"Uhm...iya buda Lea udah banun!" Lea bangun dan langsung duduk di kasur. Aku tersenyum dan mengcepu dua pipi gembil nya. Tak lupa, bibir nya sekilas.
"Lea cuci muka dulu, habis itu kita makan. Sini bunda gendong" aku menggendong tubuh Lea yang semakin hari semakin berat.
"Hihi buda belat ya gendong Lea?"
"Iya, kamu berat dek" ku duduk kan Lea di dekat westafel dan membasuh wajah nya.

Lea makan dengan lahap sup nya, aku juga sarapan. Lea sudah tak mau di usapi, kata nya sudah besar.
"Lea..hari ini kita mau lanjut liburan gak?" Tanya ku sambil mencuci piring.
"Mau buda! Kita ke mall ada buda, nda usah dauh-dauh" aku mengangguk.
"Yaudah, Lea mandi sama suster. Bunda mau beresin ini dulu"
"Ciap ndan!" Aku sempat kaget mendengar perkataan itu keluar dari mulut nya. Itu termasuk kosa kata baru untuk Lea.
"Lea, kamu sebut bunda 'ndan'?" Lea menyengir dan memeluk paha ku.
"Hehehe Lea cuka dengel om Dudi manggil buda 'ciap ndan'!" Aku hanya tersenyum dan menggeleng. Semua perkataan orang di sekitar, Lea selalu meresap nya di otak.
"Iya sudah, cepat mandi! Balik kanan grak!" Komando ku. Lea hormat, dan aku membalas.
"Pelintah lakcanakan! Bubal balisan dalan!"

                               ~~~~
Aku mengajak Lea ke Mall. Dia senang sekali, aku pun juga ikut senang kalau Lea senang. Beberapa foto ku ambil.

Aku sedang asik dengan kamera ku, Lea sedang bersama suster nya.

Bruk!!
Aku menabrak sesuatu yang besar, dan kokoh. Ku kira tiang, namun saat aku mendongak dia seorang lelaki. Tunggu, dia kan? Ayah nya Rara?
"Bapak?"
"Kamu?"

Kami saling berpandangan. Wajah nya memang sangat tampan. Iris mata nya berwarna cokelat, hidung nya bangir, bibir nya merah tipis, rahang nya kokoh.
"Ah, kenapa aku harus bertemu dengan mu?" Hati ku sedikit sakit dengan perkataan nya.
"Aunti! Rara kangen aunti!" Rara langsung memeluk kaki ku.
"Eh, Rara. Aunti juga kangen" aku berlutut di hadapan nya dan mencium pipi nya.
"Ayah, boleh aku main dengan aunti ini?" Tanya Rara pada ayah nya.
"Tidak Rara, kita harus cepat pulang. Ayah harus cepat pulang, tugas sudah memanggil ayah!"

Tugas? Apa benar dugaan ku, bahwa dia seorang anggota?
"Tapi ayah....Rara ingin bersama aunti ini dan anak nya. Rara bosan di rumah" rengek Rara.
"Rara, kamu pulang sama ayah saja ya. Nanti kapan-kapan kita main lagi, sama anak aunti. Ayah Rara kan harus tugas..." dia tetap menggeleng.
"Ayah, biar kan aku dengan aunti. Ayah pulang saja"
"Rara....kalau kamu tidak ikut pulang, nanti siapa yang jaga kamu? Lebih baik ayah titip kan kamu pada tante Rumi!"
"Aku tidak mau! Dia jahat! Pokok nya aku mau dengan aunti ini!" Rara langsung memeluk leher ku. Aku pun berdiri, menggendong nya.
"Pak, saya akan menjaga Rara. Saya tidak akan menyakiti Rara, saya janji akan menjaga nya. Bapak bisa pergi, nanti saya antar kan Rara ke rumah bapak. Atau pun bapak bisa menjemput Rara di rumah saya. Sekarang bapak pergi saja, tugas sudah memanggil. Saya paham pak, Rara akan baik-baik saja dengan saya" aku meyakinkan ayah nya Rara. Aku kasihan pada Rara jika dia harus sering di bentak ayah nya.
"Baik, saya titip Rara. Nanti malam saya jemput! Rara, ayah pergi jangan berbuat nakal nak" Rara pun menyalimi ayah nya, dan melambaikan tangan saat ayah nya menjauh.
"Aunti, Rara boleh main ke rumah aunti?" Tanya Rara padaku.
"Boleh, kita kesana ya. Anak aunti disana" Rara mengangguk.

"Lea! Sini, kita makan ya bersama kak Rara?" Lea tersenyum dan berlari memeluku.
"Iya buda, ayok!"

Aku mengajak Lea dan Rara makan. Sambil menunggu pesanan, kami bertiga mengobrol. Eh, ralat berempat dengan suster.
"Ayo, sekarang Lea kenalan sama kak Rara" Lea itu sifat nya sama dengan ku. Tak punya rasa malu yang tinggi, pada siapa saja dia mau asal kan dia baik.
"Hai kak, nama atu Lea peya abidail" Rara tertawa pelan.
"Hihi nama kamu lucu dedek" aku juga ikut tertawa melihat pipi Lea merah.
"Hahah iya, dedek Lea kan masih cadel. Nama nya itu Lea freya abigail kak" jawab ku.
"Ouh, iya. Nama kamu bagus, cantik seperti wajah kamu" jawab Rara.
"Oke, nama kaka ciapa?" Tanya Lea.
"Nama kaka Rasha Anandita"
"Wah nama kaka badus banet, tapi badusan puna Lea dong...hahah" semua pun tertawa.

                                ~~~
Lea dan Rara sudah tertidur di kamar ku. Aku sedang menelpon beberapa anggota ku, juga atasan ku tentang pemindahan tugas ku. Aku akan pindah antara ke Bandung dan Surabaya. Yah, aku happy aja. Jadikan pekerjaan sebagai ladang ibadah.

Tok tok tok....

"Masuk bik!" Aku sudah tahu siapa yang mengetuk.
"Bu, ada pak Dudi" aku mengangguk.
Aku langsung turun ke bawah. Pakaian ku, ya begini. Dudi sudah biasa melihat.

"Dud! Gimana?" Tanya ku sambil menyalami nya.
"Apa nya bu?" Aku menatap nya sinis. Kumaha si Dudi téh.
"Lho, kamu kesini mau ngasih surat pemindahan saya kan?" Dudi tersenyum sambil melirik wanita di sebelah nya.
"Oh iya bu, sudah ada. Saya juga kemari, mau mengenal kan calon istri saya" aku tersenyum dan mengangguk. Aku dan calon istri Dudi bersalaman, dan cepika-cepiki.
"Nama kamu siapa?" Tanya ku.
"Saya Annisa bu, senang bisa bertemu dengan ibu. Kata mas Dudi ibu hebat, dan jarang ada di rumah" aku mengangguk.
"Dudi itu bisa aja, saya mah ada di rumah kok. Kalau malam, kalau siang di lapangan. Kok kamu mau nikah sama Dudi?" Tanya ku sambil mempersilakan duduk.
"Hem...ya karena cinta bu" jawab nya.
"Oke, nanti kalau pengajuan kalian bakal di tes. Tapi gak sama saya, saya mau pindah tugas soal nya" dia mengangguk. Dia manis dan cantik.
"Iya bu, tapi kata mas Dudi dia ikut ibu pindah"
"Iya, dia yang mau. Saya sih ayok aja, ajak dia. Dia itu asik orang nya, cuman gitu...agak nyebelin" Annisa terkekeh.
"Iya, bu..."

Kami pun mengobrol bersama. Ya, Dudi itu sudah ku anggap saudara walau pangkat kami jauh berbeda tapi aku tidak mau membedakan. Mereka pamit, dan ada tamu lagi. Ayah nya Rara.

"Masuk pak, saya bangun kan Rara dulu" dia mencegah tangan ku. Jantung ku langsung berdebar, ah aku ini kenapa?
"Rara sudah tidur? Biarkan saja dia tidur, kalau di boleh kan...Rara boleh menginap disini?" Tanya nya lembut. Hati ku berdesir mendengar nya berkata lembut.
"Bo..boleh saja pak, apa bapak tidak ingin pulang bersama Rara?" Tanya ku balik.
"Ya...sebenar nya, saya juga ingin menginap disini. Di rumah, ada ibu saya dan wanita yang akan di jodoh kan dengan saya. Saya tidak suka pada nya, makanya saya meminta untuk di izin kan menginap disini"
"Baiklah pak, bapak boleh tidur disini. Bapak bisa tidur di kamar tamu, disana. Mari saya antar, agar bapak bisa langsung istirahat" dia mengangguk.

Ayah nya Rara ku antar sampai ke kamar tamu. Dia menaruh ponsel dan kunci mobil nya di nakas. Oh iya, aku belum berkenalan dengan nya.
"Pak...nama bapak siapa?" Tanya ku dengan gugup.
"Saya Yona prasetya negara" nama nya gagah sekali, seperti orang nya.
"Baik, saya Dinda berliana putri. Kalau begitu saya keluar, kalau ada apa-apa bisa panggil pembantu. Selamat malam" aku keluar dan menutup pintu kamar.

Suara nya yang berat, sedikit serak, dan enak di dengar. Seperti suara Dharma. Ah, aku ini kenapa sih? Aku kembali jatuh cinta? Masa aku jatuh cinta dengan lelaki keras seperti Yona. Oh no! Baik, sekarang aku tidur.

~~~~~
Bersambung....

Gimana neh cerita nya?
Seru gak?
Baik, coment yak, aku jawab kok.

Siapa yg malming? Acung napa dah.
Jangan sampai kalian kaya aku, anak rumahan. Setiap hari ngerem di kamar, baca buku, novel. Udah itu doang. Gak ada yg istimewa. Mana tadi di ejekin Jones coba dih! Aku tuh bukan jones, single. Malmingan beli novel sama ayah dan mama, abis itu baca. Cuman novel yg nemenin aku....

Abaikan curhatan si dedek osan :')

Sekilas info, sebenar nya bagian ini panjang. Berubung ada novel baru jadi, besok aja yah. Atau mau sekarang?

Cinta Si PerwiraWhere stories live. Discover now