Bag 1

14.2K 355 6
                                    

Iptu Dinda B.P pov

      Akan ku kejar kemana pun kau pergi. Akan ku cari dimana pun kau bersembunyi. Akan ku tunggu walau kau tak akan pernah kembali untuk ku.
(Iptu. Dinda berliana putri s.trk)

Entah lah, akhir-akhir ini aku sering nge-bucin. Ketularan anggota ku tuh si Mitha. Mitha memang polwan yang cantik, manis, dan lembut. Beda dengan ku yang galak, judes, dan kasar. Hidup dia enak, dapet endorse sana-sini. Kerja cuman foto cekrek..  dapet duit. Dia tuh polwan atau model sih? Bingung.

Drrtt....drrtt...
Ayah Garang

Ku lempar bolpen ku dan mengangkat telpon dari ayah.
"Halo yah?"
"Halo, dek kamu besok sabtu bisa pulang ke Bekasi gak nak?" Mau apa nih? Main jodoh-jodoh'an, atau mau ngajak ketemu doang?
"Memang ada apa yah? Kalau penting di usahakan untuk pulang"
"Ini penting dek, kamu harus pulang. Kamu tahu om Agus teman SMA ayah dulu?"
"Hem, ayah mau jodohin aku sama anak nya itu? Yang perwira tentara itu?"
"Iya, kamu pulang ya? Pokong harus pulang! Kalau nggak, sekalian gak usah pulang selama nya!"
"Baik yah"
"Yasudah, selamat bertugas"
"Siap"

Aku sedikit melempar handphone ku ke meja. Ku lipat tangan ku di atas meja, dan menyembunyi kan wajah ku di situ.

Ini zaman apa sih? Zaman uni Siti Nurbaya atau kids zaman now? Apa aku ini perawan tua? Sampai-sampai ayah memaksa ku untuk di jodoh kan. Ayah memang tak pernah mengerti isi hati ku. Ayah terlalu keras untuk memahami ku. Aku gak suka sama semua anak teman ayah. Hanya satu lelaki yang aku suka. Cuman Dia, yang ada di hati ku dari saat aku pendidikan sampai sekarang.

"Sstt!! Hei, kamu kenapa bengong aja dedek?" Aku mendongak, ternyata Dharma.
"Gak papa kok, kamu darimana? Godain polwan ya? Aku mau curhat..." Dharma menarik kursi dan duduk di sebelah ku.
Tangan nya mengusap rambut pendek ku dan selalu tersenyum.
"Ada apa? Cerita saja..." aku mengangguk.
"Tadi ayah telpon, suruh aku pulang ke Bekasi. Ayah mau jodohin aku sama anak nya temen SMA nya dulu Dhar...kamu tahu kan aku gak mau? Aku harus gimana lagi, aku sekarang mentok mau buat alasan apalagi" Dharma menarik ku ke dalam pelukan nya. Aku pun mengerat kan pelukan ku.
"Hem...sabar ya dedek, memang hubungan menggantung itu bingung. Sekarang, kamu mau ngomong apa? Kamu mau bilang kita pacaran juga, pasti ayah mu gak akan setuju dan gak akan percaya. Besok, aku ikut kamu pulang dek. Kalau ada apa-apa, aku akan ada di samping mu" aku mengurai pelukan kami berdua dan menatap nya. Aku tersenyum pada nya. Memang dia penyemangat ku sejak dulu sampai sekarang.
"Makasih Dharma"
"Eh, nanti pulang nya ke rumah bunda ya? Bunda bawain oleh-oleh dari Semarang"
"Bunda udah pulang nemenin ayah kunjungan? Lama juga ya seminggu" Dharma terkekeh pelan.
"Iya, nanti juga kalau kamu jadi istri ku temenin aku ya?" Aku mengangguk.

*Sabtu
Aku memakai dress bunga-bunga berwarna cokelat dan slig bag hitam. Rambut ku di biarkan tergerai, karena rambut pendak susah,di bentuk nya.

Ini dress bukan punya aku sih, lebih tepat nya punya Delima. Adik nya Dharma. Semalam kan aku bingung mau pakai apa, tapi Delima meminjam kan nya. Aku bersyukur punya adik kaya dia. Aku sayang pada dia seperti menyayangi adik kandung sendiri. Sejak dulu, aku anak bungsu tak punya adik.

"Din, sudah sampai. Ayo turun" aku mengangguk.

Aku berjalan masuk ke rumah terlebih dahulu. Dharma ku suruh duduk di teras. Aku masuk ke ruang tamu dan menyalami semua orang.

"Perkenal kan nama saya Dinda berliana putri" aku mengenal kan nama ku dan duduk.

"Baik, kamu cantik sekali nak" puji tante anik pada ku.
"Terimakasih tante" jawab ku dengan santun.

"Jadi bagaimana, dedek mau kan dengan Anggara?" Tanya ayah padaku. Aku menghela nafas.

"Beri saya waktu untuk berfikir"  jawab ku tegas.

Setelah keluarga om Agus pulang, aku seperti nya terkena sidang ayah. Aku duduk menunduk. Ayah berdiri dengan berkacak pinggang di hadapan ku.

"Apa yang kamu mau? Sudah berapa lelaki yang kamu tolak, huh? Beritahu ayah siapa lelaki yang ada di hati mu?" Aku diam. Aku tak mungkin memberi tahu bahwa Dharma yang ada di hati ku.

"Jawab ayah?! Jangan jadi pengecut!"

"Dharma" jawab ku singkat. Ayah mengangkat dagu ku. Menatap ku tajam.
"Kamu suka sama lelaki seperti dia? Apa yang kamu harap kan dari dia? Dia sama seperti mu! Apa karena pangkat bapak nya lebih tinggi dari Agus, huh?! Jawab ayah!"
Aku diam, aku bingung harus menjelas kan apa pada ayah.

"Baik, kalau kamu tidak mau menjelas kan. Sekarang kamu pergi dari sini!" Tangan ku di tarik ayah dan tubuh ku di dorong keluar rumah. Aku terduduk, menahan tangis dan amarah ku.
"Kenapa mau marah?! Ayah kira setelah kamu menjadi seorang polisi kamu akan menurut pada ayah! Ternyata tidak, kamu malah menjadi sombong dan tidak mau mendengar omongan ayah! Anak pembangkang!"
Aku menangis, air mata ku sulit untuk berhenti keluar.
"Pergi kamu! Menikah lah dengan Dharma! Ayah tidak pernah menyetujui kalian berdua!" Aku memeluk kaki ayah.
"Ayah...semua itu salah. Aku gak ada niatan untuk membangkang pada ayah...aku hanya tidak mau kalau cinta ku di paksakan" Dharma menarik ku.
"Baik, kalai itu mau bapak. Saya akan membawa Dinda pergi dari sini. Ayo, kita pergi"

~~~~
Bersambung...
Eaak, gimana cerita nya?
Maaf kan kalau jelek...

Cinta Si PerwiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang