1. Keep Moving

63 28 12
                                    

Memberi ruang antara kenangan dan perasaan seharusnya menyembuhkan luka, dan berharap kenangan itu sedikit demi sedikit telah memudar. Tapi kenyataannya tidak, setiap kali Adora terbangun dari tidur seakan kejadian itu baru terjadi kemarin. Sukar rasanya melupakan hal yang telah terjadi. Ingin rasanya seolah-olah kenangan itu tidak pernah ada. Seperti berhenti bernafas, maka putuslah kehidupan. Untuk sesaat Adora mampu meredam kegelisahan kenangan yang muncul kembali, karena Adora harus bergegas untuk menemui Ademar di rumah sakit.

Ya Ademar adalah alasan Adora melepas genggaman nya dengan orang-orang yang ia sayangi. Dia memilih hidup bersama Ademar bukan untuk tujuan pribadi. Tapi ada hal yang belum sempat ia jelaskan tetapi sudah mendapat penolakan dari berbagai pihak.

Tapi untuk saat ini mereka hidup cukup aman dari penolakkan yang mereka terima. Dan Adora akan menemui Ademar di rumah sakit hari ini. Sebelum pergi ke rumah sakit untuk menemui Ademar, Adora menyempatkan diri untuk memberikan tugas presentase ke kampusnya. Disaat saat sulitnya, Adora menyisihkan waktu, tenaga dan uangnya untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi. Untuk mencapai hal itu, ia harus membagi waktunya untuk bekerja paruh waktu.

Sesampainya di kampus, Adora langsung menuju ruang kelasnya.

"Hei, manusia batu. Apasih yang ada dipikiranmu. Kau lupa hari ini kita ada persentasi dosen kesayanganmu?" ujar Lana, salah satu bahkan satu-satunya manusia yang diperdulikan Adora dikampusnya. Mereka bertemu pertama kali di kantor marketing apartement. Pada saat itu Adora dan Ademar baru pertama kali menginjakkan kaki di kota. Dan Lana memberikan tumpangan kepada mereka sampai mendapat tempat yang pas dengan kemampuan Adora dan Ademar. Bahkan Lana satu-satunya yang mengetahui kisah mereka berdua saat ini.

"Kau tahu, ingat untuk bernafas saja suatu pencapaian dalam hidupku, mana mungkin aku memikirkan hal lainnya," jawab Adora sambil mengeluarkan hasil resume nya.

"Kalau begini, aku ingin pensiun muda menjadi alarm mu, masih mending kalau dibayar," keluh Lana sambil memandang lurus kearah sahabatnya itu.

"Kau tahu bagaimana perasaanku saat kau curhat denganku sampai jam 4 pagi dan bukan itu saja kau bahkan menghabiskan semua mie instanku dan diiringi tangisanmu yang tidak masuk akal itu? Jangan mengungkit hal-hal aneh, dalam sekejap kau ku buat bangkrut untuk membayar seluruh mi instant ku selama 4 tahun belakangan ini," ujar Adora seperti ibu yang mengingatkan jasa orang tua kepada anaknya.

"Hei kau tahu kalau aku bercandakan?" tanya Lana lesu.

"Iya tadi itu aku juga bercanda, tapi kalau kau ada waktu tolong kau perkirakan mi instan ku ya," tawa Adora menggoda temannya itu.

Dengan asiknya dua sahabat ini bercengkrama, tiba-tiba ketua himpunan mahasiswa mereka terlihat sibuk mondar mandir ruangan kelas ke ruangan dosen.

"Hei pak Direktur, kau kelihatan sibuk sekali, aku muak melihatmu seperti pesawat ulang alik," sapa Lana kepada Derek, ketua himpunan mahasiwa tersebut.

"Halo Lan, aku lagi disuruh bagian staff mahasiswa untuk mengambil beberapa data kampus, untuk mahasiswa pindahan lusa," awab Derek.

"Itukan baru lusa, dan kau kan seharusnya mengadakan rapat untuk himpunan mahasiswa, memangnya tidak ada orang lain yang bisa menggantikanmu?" tanya Adora.

"Sudahlah, mungkin yang lain lagi sibuk persiapan untuk ujian akhir semester, dan aku membuat resume singkat untukmu," sambil mengulurkan tangannya Derek memberikan Adora buku resumenya.

"Kau membuat ini? Untuk ku? Baiklah tidak ada alasan ku untuk menolah yang satu ini," ujar Adora datar.

"Wahhh, sepertinya pak direktur masih usaha setelah gugur beberapakali meluluhkan hati si manusia kepala batu ini," goda Lana kepada Derek.

ADOR(E)AWhere stories live. Discover now