***

“Apa Nona Hana mabuk, Tuan?” Bodyguard Jaehyun-Baekho bertanya ketika nelihat Tuannya membantu Hana berjalan dengan tegak. Pria itu membukakan pintu untuk Jaehyun, lalu mengambil alih tas Hana yang dibawa oleh Jaehyun.

“Dia minum cocktail.” Jaehyun berseru kesal, lalu mambantu Hana menaiki mobil dengan menyangga pinggangnya.

“Saya bisa sendiri Sajangnim. Anda jangan menyentuh saya!” Hana memekik, membuat Jaehyun menjauhkan lengannya.

“Kau tidak bisa berjalan dengan benar.” Jaehyun kemudian mengikuti Hana masuk ke dalam mobil.

Wanita itu kembali mengeram rendah, lalu membaringkan tubuhnya tanpa malu dari kursi mobil. Hana yang ‘biasanya’ akan duduk tegak. Kini Jaehyun semakin yakin kalau Hana mabuk, mengingat pipi wanita itu sangat merah.

“Apa anda akan memecatnya?” tanya Baekho dari kursi depan.

“Entahlah … ini pertama kalinya dia tidak profesional. Dan juga hanya dia sekretaris yang berlapang dada aku suruh ini itu.”

“Saya kasihan melihat Nona Hana yang setiap hari bekerja keras. Jangan memecat dia, Tuan.”

“Pecat saja saya, Sajangnim. Pecat.” Hana bangun dari kursi, “Anda mempermalukan saya di hadapan Nick Young, padahal Nick Young tampan sekali.”

Jaehyun mengerjit, tapi karena sadar Hana sedang mabuk, Jaehyun memilih mengabaikannya.

“Kau tahu Baekho … Tuanmu ini tiba-tiba mengajak aku tinggal bersama. Dia sangat aneh. Bahkan kemarin dia menyentuh rambutku lalu mengacak-ngacaknya. Tuanmu ini tidak tahu kalau tidak hanya rambutku yang berantakkan, tapi hatiku juga.” Hana memalingkan wajahnya menatap Jaehyun dengan lirikkan tajam, “Apa maksud anda melakukan itu? Kenapa anda menyentuh rambutku, hah?”

“Dia kenapa?” Jaehyun menjauhkan tubuh Hana yang mendekat ke arahnya.

“Sepertinya Nona Hana terbawa perasaan. Kenapa anda menyentuh rambutnya, Tuan?” tanya Baekho, sembari fokus ke jalanan. Mobil sudah keluar dari hotel tempat mereka meeting.

“Dia terlihat seperti anjing yang penurut. Anjing pintar. Jadi aku mengelus rambutnya.”

“Waaahhh … anda jahat sekali. Saya tidak bisa tidur memikirkannya.” Hana kembali menyentak.

“Seharusnya aku tidak membiarkan dia memilih minuman sendiri,” ujar Jaehyun. Ia menatap Hana yang terkantuk-kantuk sambil berbicara dengan Baekho. Wanita itu membicarakan segala hal yang sifatnya tidak penting.

“Baekho-ssi, berapa lama kau bekerja di sini?” Hana kembali bersemangat. Jaehyun memilih mengabaikannya dengan fokus membalas email.

“Sekitar 2 tahun Nona.”

“Ahh berarti kau sudah kaya? Rose Eonni menyuruhku untuk bekerja selama 6 bulan, setelah itu resign saja. Katanya lebih baik membuka toko daripada bekerja dengan pria seperti Jung Jaehyun. Menurutmu kapan aku harus resign?”

Jaehyun menoleh dengan wajah tersinggung, “Pria seperti Jung Jaehyun?”

“Iya! Anda tidak berkaca Sajangnim? Anda menjadikan saya pesuruh. Saya bahkan tidak bisa makan siang dengan baik. Setiap saya akan menyuap makanan, akan ada dering telepon dari anda yang menyuruh saya megerjakan laporan. Terlambat satu menit saja, anda sudah protes.”

Hana menghela napas, “Karyawan yang lain ketakutan setiap anda lewat. Dewan direksi, semuanya takut pada anda. Baekho-ssi …  kau juga takut’kan pada Jung Jaehyun?”

Ne, SAJANGNIM!Where stories live. Discover now