Part 19

2.9K 322 1
                                    

(Nama kamu) tersenyum kecut menatap Zidny. Sekarang apa mau gadis itu? (Nama kamu) sudah tidak dekat dengan Iqbaal, dan bahkan sudah seperti orang yang tidak kenal saat ketemu pria itu.

"Mau lo apa sih!?" bentak Zidny. Dia melipat tangan menandakan kesombongan yang luar biasa. "Sekarang apa yang lo kasih ke Iqbaal, ampe dia gituin gue?"

"Maaf saya gak ngerti kak,"

"Lo gak usah polos didepan gue. Gue tau lo gimana, lo tuh munafik tau gak! Ngeri gue,"

Zidny memiringkan kepala menatap lekat gadis yang ada didepannya. "Iqbaal putusin gue!" serunya.

(Nama kamu) tertawa kecil mendengar Zidny. Memangnya apa hubungan dirinya dan Iqbaal meminta putus? Apa itu masuk akal?

"Napa lo ketawa? Ooo... Atau emang bener kalau yang nyuruh Iqbaal mutusin gue itu lo ya?!"

"Jadi orang bisa gak blak-blakan?"

"Eh! Fakta tuh!"

"Kak, tau kalian pacaran aja, saya nggak tau. Terus kalian putus, kok salahin saya?"

Zidny nampak bungkam. Dia masih mempertahankan posenya dengan tangan terlipat yang seperti enggan diturunkan. Sesekali menatap sengit ke arah adik kelasnya itu.

"Kurang ajar lo ya!" (Nama kamu) menahan lengan Zidny yang sudah bersiap menampar pipinya. Gadis itu benar-benar brutal.

"Saya gak salah, kali ini saya berhak ngelawan," desis (Nama kamu). Dia memutar lengan kanan Zidny membuat gadis itu meringis kecil. "Jangan suka nuduh orang tanpa alasan. Atau saya benar-benar akan menghancurkan kakak," tambahnya. Dia menghempas tangan Zidny dengan kuat.

Zidny menggeram dan kembali mencoba menampar (Nama kamu) dia kesal dengan adik kelas sepertinya. "Lo..!?" Zidny menahan nafas saat tangannya dihempaskan untuk kedua kalinya oleh (Nama kamu).

"Wajah nipu ya? Saya pikir kakak lemah lembut," gumam (Nama kamu) dengan senyum. Dia berjalan melewati Zidny yang menahan emosi.

Zidny bingung, kata-kata apa yang bagus dia keluarkan saat ini. Ia tidak menyangka kalau dia akan bungkam hanya karena adik kelasnya.

"Awas ya lo!!!" geram Zidny, dia berbalik dan sudah tidak melihat (Nama kamu) disana.

###

Erlin bertepuk tangan heboh mendengar cerita (Nama kamu). Luna hanya tersenyum sama seperti Marlah. Sedangkan Raylah, gadis itu diam tak membari banyak respon sedari tadi.

"Jadi Kak Zidny gimana?"

"Ya dia marahlah, yakali dia ngakak," balas (Nama kamu). "Bentar ya ada yang nelpon," jedanya. Abidzar nama pria teman sekelasnya itu tertera di layar ponsel, menandakan panggilan masuk dari dia.

"Siapa? Abidzar?" (Nama kamu) mengangguk kecil sembari bangkit dari duduknya dan berjalan keluar dari kamar Luna.

Teman-temannya hanya acuh dan kembali bercerita ngalor ngidul tentang seperti apa ekspresi Zidny saat labrakannya untuk (Nama kamu) gagal versi mereka masing-masing.

"Halo Bi?"

Tak ada sahutan dari seberang telepon. (Nama kamu) mengernyit mengecek kembali kalau sambungan teleponnya dengan Abidzar masih tersambung.

"Bi? Abidzar?"

"Eum, Bismillah!" ucap Abidzar lantang. "(Nam...) gue harus gimana ini? Gue suka sama lo,"

(Nama kamu) terkekeh kecil mengangguk sendiri seakan Abidzar bisa melihat angguka kepalanya. "Yaampun, gue pikir lo kenapa. Udahlah Bi, berapa kali sih lo bilang suka sama gue?"

"Kali ini beda, beberapa kali itu gue biarin lo gantungin gue kayak jemuran. Cowok juga butuh kepastian juga, gue mau kepastian lo,"

"Bi..."

"(Nama kamu) lo hanya perlu jawab jujur. Gue suka sama lo, mau gak jadi pacar gue?"

"Gue gak tau mau jawab apa,"

"Gantung itu sakit loh, apalagi digantungin. Yaudah lo jawab aja anggap gue bukan Abidzar yang minta buat jadi pacar lo, keluarin semua unek-unek lo,"

"Bentar gue mikir." hening beberapa saat. Sepertinya Abidzar juga enggan memotong pembicaraan (Nama kamu). "Sebenarnya, gue udah baper duluan sama orang lain. Bukan sama lo Bi, sorry,"

Terdengar Abidzar menghela nafasnya kasar. Ini yang (Nama kamu) takutkan. Dia takut kalau nanti seseorang sakit hati karenanya, dan Abidzar mengalami itu.

"Gue telat ya buat lo baper?"

"Baper bukan tanda cinta kok,"

"Jadi gue masih punya peluang?"

"Gak tau. Gue ragu soal itu,"

"Itu artinya gak ada peluang buat gue. Orang yang baperin lo udah ambil semua peluang, anggap aja gue cuma kalah waktu aja, biar kesannya gak jelek-jelek amat."

(Nama kamu) terkekeh kecil. "Iya, gue anggap gitu,"

"Iqbaal ya yang rebut semua peluang gue? Maksud gue Kak Iqbaal, mantan Zidny,"

"Lo tau darimana?"

"Gue Dilan si peramal aja deh. Gak usah Abidzar yang ditolak." terdengar tawa Abidzar. "Gue tau karena gue orang yang perhatiin lo. Semangat perjuangin Iqbaal lo, kalau lo capek gue masih mau kok,"

Nada sambungan terputus, baru (Nama kamu) menghela nafas. Apa sebegitu jelasnya kalau dia baper karena Iqbaal? Padahal dia sudah menyembunyikannya, bahkan ke pembaca sekalipun.

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang