Part 5

3.6K 356 2
                                    

Rafto terbahak bersama dengan Ojan saat berhasil membajak hp Iqbaal. Keduanya nampak asyik berkutat dengan benda pipih itu sehingga tak menghiraukan Iqbaal yang sudah memikirkan strategi apa yang akan dia pakai untuk mengambil hpnya lagi.

"Udah gak di read lagi," keluh Rafto. Ia memukul kecil ponsel Iqbaal membuat si empunya geram dan dengan cepat merampas ponselnya.

"Santai dong, hp mahal ini," Ojan mendengus dan berbalik badan kearah depan. Mengikuti Ojan, Rafto melakukan hal yang sama seperti sudah tak ingin menjarah ponsel milik Iqbaal lagi.

"Eh tapi Baal, lo jangan kaget liat mahakarya gue dengan Rafto ya," desis Ojan tanpa membalikkan badan. Iqbaal yang mendengarnya pun dengan cepat membuka lookscreen ponselnya.

Line:

Iqbaale:Add back ya,

(Nama kamu): udah kak
(Nama kamu): kelas kosong ya?

Iqbaale: Iya gak belajar nih. Biar bisa chat ama lo. Lo juga lagi gak ada guru ya?

(Nama kamu): Iya kak,

Iqbaale: Jam istirahat bentar gue mau ngomong ama lo

Iqbaale: Kok lo gak read?

Iqbaale: Masih hidup gak?
Iqbaale: Lagi ngantin ya?
Iqbaale Sebagai orang ganteng harga diri gue turun karena spam ke lo.
Iqbaale: Read sabi kali

Iqbaal terbelalak saat melihat roomchatnya dengan salah satu adik kelasnya. Jadi ini yang di maksud mahakarya ala Ojan dan Rafto? Apa kedua temannya itu sudah tidak waras?

Line:
(Nama kamu): Sorry kak, lagi ada sedikit gangguan

Ingin sekali Iqbaal menjambak rambut kedua temannya tapi diurungkan niat itu mengingat jika yang main jambakan kebanyakan kaum hawa.

"Abisnya lucu sih kalau ada rumor yang beredar, 'Iqbaal kini tengah dekat dengan salah satu adik kelasnya yang berstatus murid baru dan mencampakkan Zidny yang telah menyabet gelar murid lama' kerenkan?" kekeh Rafto.

Iqbaal mendengus kecil dan menarik nafas. Sepertinya memang ia harua sabar mendapat dua teman konyol seperti Rafto dan Ojan.

Ia menatap nanar layar ponselnya yang hitam, seketika matanya membulat saat satu pesan masuk di ponselnya.

Line
(Nama kamu): Mbak, gue dapet. Buruan, jemput gue di sekolah gue tembus. Cepet!!!

Seolah tersihir oleh pesan singkat dari (Nama kamu), secepat kilat Iqbaal berlari kearah koridor bawah dimana letak kelas juniornya itu.

Beberapa pasang mata menatapnya heran. Dalam hati ia sedikit merutuk kenapa tidak semua anak pergi kekantin?

"(Nama kamu) mana?" tanyanya. Ia melongokkan kepalanya seolah bertanya tadi hanya basa-basi semata.

Dibangku tengah, Iqbaal melihat (Nama kamu) duduk kaku dengan muka pucat. Seorang temannya nampak bersusah payah menawari gadis itu sesuatu.

"(Nama kamu) ayo pulang," ujar Iqbaal.

(Nama kamu) mengedipkan matanya beberapa kali seolah tak percaya bahwa yang berdiri didepannya ini adalah Iqbaal. Dia mengecek ponselnya dan tersadar kepada siapa dia mengirimkan pesan konyolnya itu. Bukan ke Meri melainkan ke Iqbaal.

"Gue tau lo lagi malu banget. Tapi gue mesti gimana?" tanya Iqbaal. (Nama kamu) hanya meringis tak berniat menjawab Iqbaal.

"Sorry ya kak, tapi gue salah kirim pesan? Itu untuk kakak gue,"

"Emang lo masih mau tetap disini? Entar malah makin banyak, biar gue anter lo balik," tegas Iqbaal. Dia menarik tangan (Nama kamu) agar gadis itu bangkit dari duduknya.

"Lo mau bikin gue tambah malu dengan jalan dalam keadaan gini?" desis (Nama kamu). Iqbaal menatap rok bagian belakang gadis itu.

Iqbaal menatap seisi kelas (Nama kamu). Tak ada siapapun selain teman (Nama kamu) yang Iqbaal tak tau itu siapa. "Tunggu bentar ya,"

(Nama kamu) mendengus kecil. Dia benar-benar telah membuat harga dirinya dihadapan Iqbaal hilang, sama sekali tidak menyangka kalau dihari keduanya bersekolah hal bodoh seperti ini terjadi.

"(Nam..) lo beneran yakin gak something dengan Kak Iqbaal?" selidik Raylah yang sedari tadi diam melihat kehebohan yang diciptakan Iqbaal.

"Gak ada Raylah, lo kan tau sendiri gue masih sangat baru disini,"

"Tadi kata Marlah, lo juga dicari ama Kak Iqbaal sama Kak Rafto. Kok gue gak yakin ya kalau lo gak ada sesuatu."

Baru saja (Nama kamu) ingin menjawab perkataan Raylah. Dipintu kelas sudah berdiri Iqbaal membawa paperbag hitam. Didalam kepalanya (Nama kamu) berusaha menebak-nebak benda apa yang kira-kira dibawa Iqbaal agar bisa meredakan malunya.

"Nih celana olahraga gue, lo pakai aja dulu." ujarnya. Kemudian berbalik kearah pintu dan menutupnya kembali.

(Nama kamu) ternganga tidak percaya membuat Raylah menyenggol tangannya. "Buruan dipake, terus lo pulang sana,"

Kini, bukan lagi cuma perutnya yang nyeri. Bibirnya juga seakan kelu karena menahan senyum. Serta dadanya juga terasa terhimpit membuat ia seolah sesak nafas. Iqbaal membuatnya merasakan hal aneh.

Hae!!! Pliss vote dan komen ya? Ku sangat menantikan voment kalian sebagai bentuk penghargaan cerita pertamaku :)

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Where stories live. Discover now