Part 14

3.1K 314 4
                                    

"Zid, hari ini gue gak bisa jalan sama lo," tutur Iqbaal. Dia menatap Zidny yang sudah memelas sembaru memilin ujung seragam sekolahnya. "Gue antarin lo balik ya? Tapi entar sore kita gak usah jalan dulu. Gimana?"

"Yaudah deh, aku ngerti kok kalau kamu sibuk." jawab Zidny. Dia bergelayut manja di lengan kanan Iqbaal. Beberapa siswa memandang keduanya dengan berbagai macam bentuk tatapan.

-

(Nama kamu) menghentakkan kakinya bergantian karena kesal. Meri berjanji menjemputnya tepat waktu, tapi sudah 30 menit dia menunggu hawa kehadiran kakaknya itu pun tidak terasa.

"Gue anter lo balik ya?" dia mengangguk dan dengan malas naik keata motor Abidzar. "Udah jangan cemberut, kode cium?"

Abidzar terkekeh geli saat merasakan pinggangnya di cubit oleh (Nama kamu), sepertinya ini usaha melupakan tersulit bagi Abidzar. Bagaimana tidak? Menurutnya, makin hari (Nama kamu) bertambah manis saja dan membuat ia makin jatuh cinta. Abidzar jadi penasaran, kepada siapa gadis ini jatuh cinta hingga dia tertolakkan?

"Kalau sampe di rumah Mbak Meri cuma leyeh-leyeh. Bakal abis dia sama gue," gumam (Nama kamu). Dari spion motor, Abidzar dapat melihat jelas ekspresi gemes yang ditunjukkan (Nama kamu).

"(Nam...) gue bener-bener suka sama lo, gue mesti gimana?" ekspresi gemes (Nama kamu) yang ditunjukkannya tadi berubah drastis menjadi kaku.

"Ehey.... Apaan sih lo Bi, becandaannya ampir bikin gue nyungsep dijalan," candanya.

Abidzar tersenyum samar. "Mau gue tambah gak?"

"Apanya?"

Tanpa menunggu persetujuan dari (Nama kamu), Abidzar menarik gas motornya ke bawah agar lebih cepat. Sontak gadis itu memekik dan menarik jaket kulit Abidzar dengan kuat.

"Bi.... Jangan balap elah, gigi gue kering entar!!!!"

###

(Nama Kamu) pov's

Aku menatap Iqbaal tanpa berkedip sama sekali. Bahkan, retina mataki sudah sangat perih. Gue bisa!! Koarku semangat dalam hati.

1...2...3...

"Ahhh.... Curang!!" pekikku saat Iqbaal dengan santainya membuang nafas secara kasar sehingga angin terasa keluar dari kedua lubang hidungnya dan membuat mataku berkedip.

"Hahaha..." gelak tawa terdengar dari samping kami berdua. Tempat duduk Teh Ody, dokter gigi cantik dan pastinya kakak Iqbaal.

"Teh gimana dong?" tanyaku, yang entah sudah sejak kapan nama panggilan yang awalnya 'Dokter' berubah menjadi 'Teteh'.

Teh Ody berpikir sebentar dan menatapku dan Iqbaal secara bergantian. "Eum... Iqbaal yang menang. Hore!" ujarnya sembari bertepuk ria.

"Yah gak boleh gitu, diakan curang. Kenapa coba nafasnya kuat-kuat sampe anginnya masuk ke mata," tolakku tidak terima dengan keputusan akhir Teh Ody.

"Secara teknis sih, emang Iqbaal yang menang. Kalian aja tuh main tatap-tatapannya kebawa perasaan ampe muka deket banget kayak mau, ehem-ehem aja...." Aku berdigik ngeri menatap Iqbaal yang menyesap jus tanpa bersalah sama sekali.

"Yaudah terserah deh," akhirnya aku pasrah walaupun masih belum menerima kekalahan dari senior seperti Iqbaal. Tapi yang dikatakan Teh Ody memang benar. Mungkin, aku terlalu bawa perasaan waktu bermain tadi sampai tidak sadar kalau jarak antara wajah Iqbaal denganku sangat dekat.

Aku menggeleng kecil, membuang semua pikiran dan perasaan seperti diaduk dalam dadaku. Mataku kembali melirik Iqbaal, kakak kelas itu memang seperti mengambil semua daya tarik magnet sehingga dengan mudah membuatku menatapnya terus-terusan.

"Gue emang ganteng," ucap Iqbaal sadar akan tatapan yang kuberi padanya.

"Iii... Udah deh," dengusku kecil. Suasana senyap mengisi meja kami. Bahkan sepertinya, restoran ala Jepang ini mendukung hawa hening di restoran dengan memutar lagu mellow dari salah satu musisi Indoneia.

"Oh iya Le, kok kamu gak ajak Zidny?" tanya Teh Ody membuka suara.

"Emang kenapa Teh?"

"Enggak, heran aja. Mauan aja kamu Teteh ajak ketemu sama (Nama kamu) padahal kamu sendiri punya pacar," jelas Teh Ody. Aku tertohok sedikit, entah karena apa. Dengan rakus ku raih gelas matcha yang sudah dingin dan meminumnya.

"Aku udah putus. Kan Teteh tau sendiri," hampir saja aku menyemburkan isi mulutku seandainya tak mengingat sedang duduk berhadapan siapa.

"Beneran? Teteh kira kalian balikan,"

"Enggak. Udahlah, Teh. Jangan bahas lagi," ucap Iqbaal mengakhiri sesi kepo ala Teh Ody.

Iqbaal beralih menatapku sejenak dan menyimpan sepotong yakiniku yang sudah ia beri saus wasabi.

"Makan yang banyak, lo jangan kurus," ujarnya. Bagai hewan peliharaan aku hanya mengangguk kecil.

"Eh, padahal Teteh loh yang punya urusan sama (Nama kamu) kok jadi kamu yang kayak pemeran utamanya ya Le?" kekeh Teh Ody.


Haee... Mungkin ini update aku sebelum bergulat dengan kertas ujian semester. Jadi aku bakal vakum dulu ampe ujian aku beres dan bisa berleha-leha manjahh.
Dan terima kasih banyak atas voment kalian... Ku tersanjung, karena ini juga cerita pertama tapi kalian sambut dengan hangat berasa udah kek punya pengalaman😂
Okey maapkeun cuap-cuap alay dariku. Coment dan vote yang banyak lagi ya, soalnya jadi kesemsem pas nulis dan tau kalau ceritaku ditungguin orang, kan semangat nulisnya!!

POKOKNYA, SELAMAT MENYAMBUT AWAL DESEMBER DENGAN PAS MANTEMANKUH

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Where stories live. Discover now