Part 18

2.8K 326 14
                                    

"Udah lo gak usah masukin dalam hati ucapan Zidny, dari dulu emang dia terkenal blak-blakan," bujuk Abidzar. (Nama kamu) hanya mengangguk pelan dan kembali memperhatikan ujung sepatunya. "Masih dipikirin? Udah elah,"

"Gue gak mikir itu kali Bi,"

Abidzar mengernyit tak mengerti. Dia menatap (Nama kamu) yang sudah tertawa kecil. "Gue lagi mikirin kok lo peluk gue?"

"Mau tau gak?"

"Apa?"

"Gue meluk lo tuh supaya gak keliatan ngenes amat," Abidzar tertawa. "Lo kan tau sendiri kalau gue suka sama lo. Gak ada tuh orang yang ngebiarin orang yang dia sayang di jatuhin kek tadi,"

Baru saja (Nama kamu) ingin mencubit ganas lengan Abidzar, Luna, Erlin, dan Raylah duduk dihadapan keduanya. "Hayoloh, mau apain Abi lo (Nam...)" Erlin tertawa sembari menyerahkan sebotol air. "Gue juga ketemu Kak Iqbaal waktu beli air,"

Luna mengangguk "Lo sebenarnya ada masalah apa sih? Gosip lo yang kesebar tuh bilang kalau lo pho Kak Iqbaal sama Kak Zidny,"

"Nggak tau gue. Kalau gitu yang kesebar gitu aja. Males kkarifikasi," ujar (Nama kamu). "Oh iya, thanks ya. Terutama buat lo Bi, walaupun modus lo garing parah,"

Abidzar tersenyum dan menarik pipi (Nama kamu) gemas. Seandainya (Nama kamu) siap jatuh cinta kepadanya, mana mau Abidzar merelakan gadis manis ini.

"Lo berdua beneran jadian?" Erlin membuka suara. "So sweet banget pelukannya di koridor,"

"Eh, Marlah mana ya?" tanya (Nama kamu) menyadari kalau Marlah tidak terlihat, biasanya gadis itu akan mengintili Erlin kemana pun.

"Gak usah ngalihin kali (Nam..) lo jadian ama Abidzar?" tanya Erlin tak menyerah. Luna juga turut mengangguk dan sudah bersiap mengeluarkan pertanyaan introgasi.

"Nggaklah, ya kan Bi?" Abidzar nampak berpikir tapi tetap menganggukkan kepala.

"Hooh, doain ya,"

Erlin dan Luna tersentak kemudian tertawa bersamaan mendengar jawaban Abidzar. Pria itu kini mengedipkan sebelah matanya ke (Nama kamu) yang hanya mendengus kecil.

"Apaan sih lo pada kekanakan tau gak!" sentak Raylah. Dia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar kelas. "Ini tuh sekolah. Lo juga Bi, lo itu osis contoh buat siswa lain kok lo malah pelukan di koridor?" tantangnya sesaat sebelum keluar dari kelas.

"Kenapa tuh anak?" Luna mengernyit heran.

###

Zidny menarik tangan kanan Iqbaal berharap agar Iqbaal mengeluarkan sepatah kata pun. Sejak tadi, dia sudah berusaha membujuk agar Iqbaal berbicara padanya.

Sejujurnya, Zidny jengah saat ini. Dia tidak salah apa-apa tapi kenapa Iqbaal mendiaminya seperti ini? Kalau tentang labrak melabrak di koridor tadi, bukan salah Zidny jugakan? Dia hanya menjalankan peran sebagai kekasih yang di selingkuhi.

"Le.. Kamu kok dari tadi diam aja sih?" Iqbaal hanya menoleh sedikit dan tak menghiraukan Zidny. "Udah deh aku capek sama kamu. Aku salah apa sih Le?"

Seakan tak ada yang berbicara, Iqbaal hanya diam dan meminum air yang tadi dibelinya di kantin. Zidny menarik nafas dan dengan cepat mengambil botol air yang sisa setengah itu.

"Kamu dari tadi diem mulu. Aku tuh gak tau mau kamu apa? Kamu gak mikir perasaan aku gimana? Aku capek Baal! Capek," ungkap Zidny dengan satu tarikan nafas. "Kamu kenapa sih? Kalau kamu gitu kita putus aja," tambahnya lagi.

"Lo tuh yang kenapa Zid? Lo pikir lo doang yabg capek? Gue juga capek. Apalagi lo selalu bilang putus, udah pusing gue,"

"Kamu yang gak perhatiin aku,"

"Apa yang gak gue perhatiin? Gue udah berusaha buat suka lagi sama lo. Sekarang terserah, gue gak mau bujuk lo lagi buat gak putus. Kita putus!"

"Baal.. Kamu beneran mau putus?"

"Itukan mau lo? Dari awal kita balikan lo selalu ngancam putus di gue. Sekarang gue kabulin,"

"Kamu bener-bener udah berubah. Pasti karena cewek itukan? Kamu gak cinta lagi sama aku!"

"Kita balikan emang cuma ajang buat gue suka ama lo lagi. Tapi gue salah, gue udah ngerti mau gue sekarang apa. Gak ada lagi cinta gue ke lo,"

"Kamu suka ama dia? Di hari 1 bulan jadian kita? Jahat kamu Baal! Ini mensive balikan kita. Dan kamu ngomong suka sama cewek lain ke aku?" Zidny tersenyum dramatis dan menyandarkan kepalanya dibahu Iqbaal. "Aku gak mau putus,"

"Gue yang mau. Kita putus!" Iqbaal menarik tangannya dari Zidny dan berjalan pergi meninggalkan gadis itu.

Sekarang dia sudah tau apa mau hatinya. Alasan kenapa ia suka bosan saling berbalas pesan dengan Zidny, itu karena dia sudah tidak menyukai gadis itu, gadis yang setengah mati Iqbaal sangka masih dia suka.

Sekarang juga, dia tau kemana jalannya hati dia. Siapa gadis yang setengah mati dia sangkal tidak Iqbaal sukai.

Will Be Fine [Iqbaal Ramadhan]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang