Part 29 - Will You Run Away With Me?

1K 176 35
                                    

Sekarang sudah jam setengah dua belas malam, dan Al mengutus Ujang untuk mencari martabak manis sampai ketemu dan membelinya untuk jadi kue ulang tahun Yuki. Ya habis mau gimana, dimana lagi mencari toko kue dan unuk beli birthday cake jam segini yang masih buka selain abang-abang martabak kan? Dia juga minta Ujang untuk membeli lilin angka dua dan delapan di mini market. Sebetulnya dia malu banget untuk ngasih Yuki martabak manis setelah mendengar kalau tunangannya baru saja memberikan surprise party di restoran mewah, tapi apa daya, dia bahkan nggak tau kalau Yuki mau datang malam ini jadi dia nggak sempat nyiapin apa-apa.

"Mas, ini martabaknya," kata Ujang yang akhirnya tiba juga setelah muter-muter mencari tukang martabak yang masih buka.

"Yaudah, bawa sini," Al buru-buru memanggil Ujang ke dapur untuk menyiapkan martabak itu mumpung Yuki masih mandi. Dan kini mereka berdua sedang memandang martabak manis diatas meja bar itu dengan ekspresi bingung. "Gue enaknya taro di piring apaan ya, Jang? Kita punya piring yang lebar dan bagus gitu, nggak?"

Ujang menggeleng lugu. "Nggak, Mas. Punyanya piring biasa semua. Yang plastik lagi."

Al makin pusing. Seumur-umur pindah ke rumah sendiri, Al paling nggak pernah mikirin soal peralatan dapur. Dia cuma punya satu lusin piring dan mangkok makan melamin dan satu lusin sendok and garpu dari Bundanya, kemudian enam cangkir kopi yang semuanya dia beli di Starbucks, dan beberapa alat masak yang dibeli cuma untuk masak indomie. Namanya juga rumah bachelor, mana pernah repot masak aneh-aneh di dapur. Tapi sekarang, dia jadi pusing sendiri, harus diletakan dimana martabak ini untuk dijadikan kue ulang tahun Yuki. Nggak mungkin kan dia biarin aja di kardusnya. Kesannya nggak niat banget.

"Gimana kalau ditaro di talenan aja, Mas?" ucap Ujang tiba-tiba.

"Mana, mana? Coba sini gue liat," kata Al membuat Ujang buru-buru mengambil talanan kayu dari rak piring dan memberikannya pada Al. Al langsung protes. "Hah? Lo mau taro di ginian? Jelek banget. Mana bau bawang lagi."

"Ya cuma itu aja, Mas, alas makan yang lebar. Masa mau di taro di mangkok? Udah lah, Mas. Nggak pa-pa, namanya juga emerjensi, taro disini aja. Sini, saya cuci dulu biar nggak bau."

Lalu setelah Ujang mencuci talanan tadi dan mengeringkannya dengan tissue, Al dan Ujang pun mulai menatap martabak itu diatas talanan. Setelah meletakan martabak itu ditengah-tengah, keduanya kembali menatap martabak itu lamat-lamat.

"Jelek banget," ujar Al putus asa.

"Mas, kita hias aja pake Nutella. Kan Mas Al punya, tuh. Pinggirannya gitu, Mas. Terus yaudah dikasih lilin, deh. Nggak pa-pa jelek, Mas. Asal enak."

Kemudian setelah menusuk lilin angka dua dan delapan diatas martabak, Al dan Ujang pun menyiapkan pisau dan korek api yang diletakan di sebelah martabak. Lalu setelah semua sudah siap, Ujang pamit kebelakang, meninggalkan Al yang kini duduk sendirian di kursi bar, menunggu Yuki keluar dari kamar tamu.

Dan tak perlu menunggu lama, kunci pintu kamar tamu terdengar di buka. Al buru-buru menyalakan lilin, dan tepat setelah kedua lilin itu sudah menyala, Yuki yang sedang sibuk mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk juga keluar dari kamar tamu dengan berbalut pakaian Al yang serba kebesaran.

"Mas, ini bajunya saya pinjem..."

"Surprise," ucap Al kikuk dan malu-malu saat Yuki mendapatinya berdiri di depan meja bar dapur dengan martabak yang dipasangkan lilin angka dua puluh delapan yang sudah menyala.

Yuki jelas terperangah dan kemudian tertawa. Membuat Al jadi salah tingkah. "Mas, astaga..." Yuki mendadak speechless saat dia sudah ada disebelah Al, menatap martabak garis miring kue ulang tahun pemberian Al. Dan speechless yang dirasakan Yuki sepenuhnya karena dia terlalu bahagia, tidak menyangka kalau Al ternyata tau kalau hari ini dia ulang tahun dan surprise ini, walau sederhana, tapi benar-benar amat manis.

Bridegroom(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang