Part 10 - Back At You

1.2K 193 16
                                    


"Yuk, Yuki..." Stefan bisa merasakan tubuh gadis yang dia panggil namaya itu gemetar hebat dalam pelukannya sendiri. Barusan Yuki nyaris tertabrak mobil. Dan kini semua orang sudah mengerubungi mereka. Termasuk Leon, dan juga si supir mobil yang barusan hampir menabrak Yuki.

"Yuk, kamu bisa denger aku, kan?" tanya Stefan lembut. Yuki mengangguk tanpa sadar karena dia juga masih tidak sadar dengan apa yang terjadi. Stefan makin mengeratkan pelukannya pada Yuki, menenangkan Yuki yang masih shock dalam pelukannya dan gemetar hebat.

"Mas, gimana Mbaknya? Nggak pa-pa?" tanya si supir mobil pada Stefan panik.

"Masih shock, Pak. Tapi sepertinya nggak pa-pa. Yuk, kamu nggak pa-pa, kan?"

Perlahan Yuki mengangguk, "Nggak... Nggak pa-pa," jawabnya walau lemah.

"Apa perlu kita telepon polisi, Mas?"

Yuki menggeleng mendengar ucapan si supir. "Nggak usah. Saya nggak pa-pa," jawab Yuki lagi. Mencoba untuk mengembalikan kesadarannya sepenuhnya. Sekuat tenaga Yuki mencoba untuk bangkit berdiri sambil melepaskan diri dari pelukan Stefan. Tapi Stefan tetap merengkuh Yuki karena dia tau kalau Yuki belum mampu sendiri. Yuki sendiri juga memang tidak mampu menolak, dia sendiri masih sangat lemas dan shock.

"Sini, biar aku bantu," bisik Stefan saat Yuki mencoba berdiri. Setelah si bapak supir mobil barusan meminta maaf pada Yuki dan Yuki mengangguk memaafkan, Stefan kembali membantu menuntun Yuki untuk masuk kedalam Brownbag, meninggalkan kerumunan orang-orang yang dari tadi mengerubungi mereka.

Didalam Brownbag Stefan membantu Yuki untuk duduk di sofa dan buru-buru menyuruh Leon untuk secepatnya memesan air mineral untuk Yuki. Yuki sendiri masih diam sambil mencoba menenangkan diri dan jantungnya yang masih berdetak cepat karena kaget.

"Kamu beneran nggak pa-pa, Yuk? Nggak ada yang sakit, kan? Apa perlu kita ke rumah sakit? Kita ke rumah sakit, ya, sekarang?"

"Hah?" Yuki langsung menoleh pada Stefan dan mengerutkan kening. "Nggak, nggak. Ngapain? Aku nggak pa-pa, kok," tolak Yuki tegas.

"Kamu yakin? Beneran nggak ada yang lecet?"

"Iya. Lagian juga bukan urusan kamu kalau aku kenapa-napa. Nggak usah sok perduli, deh." Ketusnya Yuki sudah kembali, membuat Stefan menghela nafas panjang, sadar kalau Yuki memang sudah betul-betul baik-baik saja kalau sudah begini. Ternyata Yuki masih seperti ini, batin Stefan.

"Bukan sok perduli, Yuk. Aku memang betulan perduli. Aku khawatir banget kamu kenapa-napa. Kalau barusan aku nggak tarik kamu ke pinggir, mungkin kamu udah keserempet sama mobil itu."

"Terus? Kamu merasa kamu itu pahlawan, gitu? Okay, makasih atas bantuan kamu. Puas?"

"Yuk, please. Aku nggak ada maksud begitu. Kenapa kamu masih marah aja sama aku, sih? Aku bukannya mau sok pahlawan atau minta diucapin makasih. I just worry about you, that's all."

"Yaudah, if you just worry about me, you don't have to. Sekali lagi, makasih atas bantuan kamu. Ohiya, ini draft novel boss aku, kelihatannya sih masih nggak pa-pa. Kalau emang rusak, nanti aku bilang sama boss aku untuk e-mail soft copy-nya ke Leon."

"Yuk, please," mohon Stefan ditengah ucapan Yuki yang tidak digubris Yuki sama sekali. Yuki justru mencoba bangkit berdiri walau dia sendiri masih belum sepenuhnya on the right mind.

"Yuki, dengerin aku," Stefan menahan tangan Yuki, membuat langkah Yuki tertahan.

"Lepas, Stef. Nggak usah pegang-pegang," ucap Yuki kesal.

Bridegroom(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang