Part 8 - Under Circumstances

1.6K 200 22
                                    


Yuki masih belum bisa mencerna segala situasi yang terjadi padanya bahkan sampai dia dan Al kini sudah duduk didalam cafe bersebelahan, berhadapan dengan semua orang yang menatap mereka dengan tatapan terkejut. Selain itu juga jantung Yuki berdegup kencang karena tangan Al sedari tadi tidak berhenti menggenggam tangannya. Tangan Al yang besar dan hangat itu terus menggenggam tangan Yuki bahkan sampai detik ini, membuat Yuki rasanya sudah hampir sesak nafas karena gugup.

"Jadi, Yuki ini tunangannya Kakak, Kak? Cantik, ya. Kok nggak pernah dikenalkan ke Bunda, sih?" tanya Bundanya Al pada Al namun tetap menatap Yuki dengan senyuman lembut. Yuki terpesona melihat kecantikan Bundany Al yang anggun dan sangat awet muda itu. Bahkan barusan saat Al tiba-tiba 'mengumumkan' pertunangan mereka didepan semua orang, Bundanya Al langsung terkejut bahagia dan memeluk Yuki dna menciumnya, seakan mereka sudah saling kenal. Sementara Yuki bisa melihat dan tau kalau dari ekspresi Marsha, dia tidak suka dengan hal ini. Dari tadi dia diam disebelah El dengan wajah super bete. Yuki berusaha pura-pura tidak melihat. Serem.

"Aku mau tunggu sampai lamaran, Bunda. Memang kami belum kenal lama, baru beberapa bulan aja. Jadi memang cepet aja prosesnya," jawab Al dengan nada super duper datar, nggak ada bahagia-bahagianya. Sementara Yuki cuma duduk diam disebelah Al, tidak tau harus berbuat apa. Mau bilang 'enggak' juga kayaknya nggak mungkin deh dalam keadaan seperti ini. Jadi dia memutuskan untuk diam dan mengikuti apapun mau Al untuk ini semua.

"Terus Kak Al sama Kak Yuki ini jadi mau nikah?" tanya El.

Yuki jelas langsung terkejut. Tapi lagi-lagi Al yang lebih dulu menjawab. "Iya." Singkat, tegas, tanpa ba-bi-bu, dan tanpa mikirin perasaan orang. Disebelah Al, Yuki udah mangkel rasanya, ingin menjambak. Ini orang seenak-enaknya dia aja ya bikin perkara.

Dan setelah basa-basi beberapa saat, juga permintaan Bundanya Al untuk datang ke rumahnya Sabtu minggu depan pada Yuki yang cuma dijawab Yuki dengan 'iya, Tante,' gugup, Al akhirnya pamit pulang. Dia bilang kalau besok dia ada urusan pagi-pagi, jadi sudah harus pulang dan mengurus beberapa hal untuk besok. Dan entah kenapa, karena apa yang terjadi, perlakuan Al tiba-tiba berubah pada Yuki. Saat mobil Al tiba didepan lobby, Al dengan sangat gentleman-nya menuntun Yuki ke kursi bagian penumpang depan, membukakan pintu, membantu Yuki masuk kedalam mobil, kemudian menutup pintu dan dia berlari kecil ke sisi pengemudi lalu masuk dan mulai menyupir setelah pamit pada semua orang dari jendela.

Kemang menuju Menteng terasa bagai seabad ketika kali ini Yuki duduk di kursi penumpang bersama Al yang mengemudikan mobil. Jangan tanya apa yang mereka lakukan setelah apa yang terjadi barusan. Setelah mereka lepas dari pandangan semua orang, blash! Sifat Al yang manisnya ngalahin gula barusan itu langsung mendadak hilang. Sepanjang perjalanan yang macet dan lama banget itu, Yuki dan Al tidak saling bicara seperti apapun. Memang biasanya mereka tidak pernah banyak bicara, dan bahkan sering tidak bicara sama sekali sampai mereka sampai ke tempat ujuan, sih. Tapi kali ini, diamnya ini terasa menyiksa. Menyiksa Yuki yang rasanya ingin melompat keluar saja dari mobil. Tapi sebelum melompat, dia lebih dulu mendorong Al keluar dari mobilnya. Biar sama-sama mati sekalian.

Dan akhirnya, setelah beribu-ribu abad mereka terjebak didalam mobil bersama-sama yang membuat Yuki rasanya ingin meledak, mobil Al akhirnya sampai di depan rumah Al. Tanpa bicara, Al keluar dari mobil dan menutup pintu begitu saja. Meninggalkan Yuki yang masih tidak percaya dengan segala kejadian atau yang lebih pantas dibilang musibah yang baru saja menimpanya itu.

"Oh my God, sumpah, ya. Gue cekek juga tuh orang dari belakang lama-lama," ucap Yuki dengan nada mendesis saking kesalnya kemudian ikut membuka savety belt dan turun dari mobil, mengikuti Al untuk masuk kedalam rumahnya.

Didalam rumah, Al akhirnya mengambil ponselnya dari kantong blazer yang sudah berdering sejak tadi berkali-kali tapi didiamkan. Dan kali ini, da benar-benar menerima telepon yang dari Gika itu.

Bridegroom(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang