Part 3 - The Proposal

1.7K 234 52
                                    

Suasana duka masih menyelimuti rumah Hito setelah semuanya kembali dari pemakaman. Bahkan langit pun juga ikut menitihkan air mata lewat hujannya yang tidak berhenti sejak Om Parlaungan pergi kemarin malam. Yuki mengantarkan secangkir teh hangat untuk Tante Rosa yang sedang di kamar bersama dengan Mamanya yang sudah tiba dari Surabaya pagi tadi bersama dengan Marcel. Mendengar kabar bahwa Om Parlaungan sudah berpulang, Mama Yuki buru-buru memesan tiket pesawat dan meninggalkan Surabaya pagi buta untuk menemani Tante Rosa yang dulu juga melakukan hal yang sama padanya ketika Papa Yuki meninggal.

"Tante," Yuki mengetuk pelan pintu kamar Tante Rosa yang setengah terbuka, setelah itu dia masuk ke dalam kamar dan meletakan cangkir berisi teh hangat itu di nakas sebelah kasur. "Diminum ya Tante tehnya."

Tante Rosa mengelus pipi Yuki dan tersenyum sendu. "Iya. Terima kasih ya, Anakku," ucapnya lembut dan dibalas Yuki dengan senyuman.

"La, tamu-tamu udah pulang? Apa masih ada orang diluar?" tanya mamanya.

"Udah pada pulang sih, Ma. Tinggal temen-temennya Sarah aja lagi pada di kamarnya Sarah." Yuki kemudian menatap mamanya Hito yang masih menangis sambil memeluk foto almarhum suaminya itu.

"Kalau Hito dimana, Yuki? Kasian dia belum tidur dari tiga hari yang lalu urus-urus pemakanan Bapaknya. Coba disuruh istirahat dulu dia, Nak. Kasian kali Tante lihat," kata Tante Rosa pada Yuki.

"Iya, Tante. Nanti Yuki ngomong sama Hito biar dia istirahat, ya. Yaudah kalau gitu Yuki keluar dulu ya, Tante, Ma, mau bantuin Nasya masak di dapur." Sepeninggalnya dari kamar Tante Rosa, Yuki menghampiri adiknya yang sedang duduk di ruang tamu sendirian dengan tablet PC-nya. Barusan dia sedang bersama dengan Hito, tapi sekarang Hito malah nggak ada. Dia kemudian menjitak kepala adiknya gemas.

"Lo ngapain? Situasi lagi berduka gini malah sempet-sempetnya mainan gadget. Enggak sopan!" tegur Yuki pada adiknya.

"Siapa yang main, sih? Gue lagi pesen tiket kereta bat besok kita pulang, tau. Kan Teteh sendiri yang nyuruh."

"Ooh gitu. Yaudah, sori, sori. Tapi Bang Hito mana, Cel?"

"Bang Hito ke teras. Lagi kasih makan Pino dan Lodi," ujar Marcel membuat Yuki mengangguk kemudian menepuk pundak Marcel sebelum meninggalkan adiknya menuju teras belakang. Di teras belakang, Yuki mendapati Hito duduk di teras belakang rumahnya sambil menemani kedua anjing kesayangannya yang sedang makan itu. Dia menatap langit yang hujan dengan wajah sendu. Kedua anjing kesayangannya bahkan tidak bisa mengobati hati Hito yang bersedih. Yuki menghela nafas panjang lalu menghampiri sahabatnya itu dan duduk disebelahnya.

"Hei," sapa Yuki membuat Hito mendongak.

"Hei," sahut Hito saat Yuki duduk disebelahnya.

"Kok sendirian, sih? Kedalem, yuk."

"Enggak, ah. Pengen disini dulu gue."

"Emang enggak laper?" tanya Yuki sambil ikut membelai Lodi, membuat Hito menggeleng kecil. "Nasya lagi masak, tuh. Enak, lho."

"Iya. Nanti gue masuk. Gue sekarang mau cari angin dulu disini, bentar aja."

"Gue temenin, ya?"

Hito tidak menjawab, namun Yuki tau kalau Hito memang ingin dia temani. Maka perlahan Yuki mendekati Hito dan merangkul lengannya dan menggamnya lalu menyenderkan kepalanya ke bahu Hito. Hito juga ikut menyenderkan kepalanya ke kepala Yuki dan mereka begitu dalam keheningan. Yuki tahu apa yang dirasakan Hito, dulu juga dia mengalami hal itu. Dan Hito juga selalu setia disampingnya seperti ini.

Kalau mau diingat-ingat, memang bukan Stefan yang selalu disampingnya, namun sahabat karibnya inilah yang terus menemani Yuki dari hari-kehari bahkan sampai rela menginap di rumah Yuki bersama Nasya untuk menemaninya ketika Papanya Yuki meninggal. Dan sekarang Hito sedang ada dalam posisinya dulu. Ini membuat Yuki menyadari kalau dia juga harus melakukan hal yang sama untuk Hito. Menemaninya dan mendampinginya hingga sahabatnya itu membaik.

Bridegroom(S)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang