28. Belum Berakhir

158 10 1
                                    

🙈 : Im.. Bisa tolongin Om gak?
😼 : Tolongin apa Om?
🙈 : Tante Kiya kan ngmbek tuh sama Om
🙈 : Jdi Om mau minta maaf
😼 : Trus Ima bisa tolongin apa Om?
🙈 : Om ada rencana. Tapi Ima mau bantu gak?
😼 : Mau Om...
🙈 : Nah Om mau pastiin dulu nih, Tante Kiya nya ada disitu gak?
😼 : Ada Om
🙈 : Seriusan???
😼 : Iya Om, tapi lagi tidur dianya
🙈 : Mashaa Allah Ima... Kamu bikin Om jantungan aja.
😼 : 😹😹
😼 : Jadi rencana nya apa nih Om?
🙈 : Om tulis disini tapi ntar chat nya di hapus lagi ya. Ima bisa kan?
😼 : Siip Om👍👍
🙈 : (....) Sedang menulis

*****

Semuanya udah beres.
Kali ini aku akan menggunakan kesempatan emas ini buat mengakhiri segala kegundahan ku.
Aku akan terus terang dengannya.
Aku akan menceritakan alasan ku menjauhinya selama ini, mengapa dulu aku membenci nya, dan akhirnya aku memutuskan untuk menikahi Lasmi.

Aku akan jujur padanya tentang perasaan ini, perasaan rindu ku yang telah aku derita selama 2 tahun ini.

Semoga aja berhasil. Aamiin ya Allah.
Ucapku optimis.
Lampion yang tertera permanen seakan mendukung latar ku pada malam ini. Hanya kesederhanaan seperti inilah yang bisa kulakukan.

Karena aku adalah diriku
Dirimu adalah hati ku
Hati ku adalah milikmu
Dan milik mu adalah aku
Aku adalah milik mu

Ditanganku sudah ada kalung berliontin jantung didalam jewelry box berwarna merah. Menggambarkan hati ku yang sungguh mencintainya.
Jam tangan sudah menunjukkan 7.15. Itu artinya sebentar lagi dia akan datang. Aku harus bersiap-siap sebelum dia keburu datang.

Aku pun bersembunyi dibalik semak taman. Sebenarnya bukan semak, tapi pagar dari tumbuhan yang ditata rapi di setiap lekukan tamannya.

Yes... Itu dia. Akhirnya datang juga.

Perasaan cemaspun menghampiri. Serasa semuanya akan berantakan.
Tapi optimislah jalan satu-satunya.
Aku pun menghampirinya.

"Adzkiya!"

Dia pun dengan perlahan menoleh kebelakang.

Mashaa Allah. Apakah benar ini dia?

"Loe? Jadi loe yang ngatur semua ini."
Ujar nya menyadari bahwa itu aku.

Aku pun tersenyum.

"Ish... Dasar Fahima! Tahu dia, ngapain aku kesini."
Ucapnya sambil melangkah pergi.
Tentu aku berusaha untuk menghentikannya.

"Adz,,, Adzkiya, tunggu!"

"Mohon jangan pergi."

"Ngapain kamu undang aku ke acara kek gini? Kamu mau bilang kalau kamu udah bahagia sama..."

"Lasmi"
Sambung ku mengetahui dia lupa akan nama seseorang.

"Iya itu."
Ujarnya sinis

"Oh... Iya lah. Aku sudah bahagia sekarang"

Kedua alisnya terangkat dan bibirnya tertaut, menjelaskan betapa kesalnya dia mendengar penuturan ku tadi.

"Tapi... Aku bikin surprise kayak gini bukan untuk Lasmi atau pun seseorang yang bernama Adzkiya, tapi buat dia yang sedang ada dihati ku."

Sekarang posisi alisnya berubah menyatu menggambarkan sebuah ekspresi yang bingung.

"Jadi loe mau punya istri lagi."

AdzKiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang