23. Bukan Recehan

141 10 7
                                    

"Sudah, sudah... Stop..! Kenapa ini? Ada apa?
Kenapa kalian tiba-tiba membatalkan pernikahan ini?"

Ucap Mama Morenz yang sudah kesal dengan percekcokan ini.

Tentu saja suasana seperti ini membingungkan setiap orang. Pertanyaan besar yang dihiasai oleh emosi semata.

Kakak ku tak henti-henti nya mengajak ku pulang, sementara Mama dan Papa nya Morenz menagih jawaban atas masalah ini?

Aku hanya bisa menangis, kenapa kak Ira tiba-tiba seperti ini? Membatalkan sebuah pernikahan hanya karena lelaki itu. Astaghfirullah... Siapa dia? Apa hubungannya dengan pernikah ini?

"Mondy! Coba jelas kepada kami? Apa yang sebenarnya terjadi antara kalian?"

Papa Morenz pun mengambil alih dalam permasalahan ini. Karena diantara kak Ira dan laki-laki itu hanya ada perseteruan tanpa penjelasan.

"JAWAB PAPA, Mondy!!"

Bentak nya lagi.

Yah, masalah itu sepertinya tak lain adalah menyangkut tentang masalalu mereka. Kalau tidak, mereka tidak mungkin tak bersuara seperti ini, sementara dalam hati mereka ada kebencian.

"Kak! Jawab kak? Ada apa dengan semua ini?"

Dengan menahan isak ku, aku pun mencoba meminta penjelasan seperti yang di lakukan Papa nya Morenz.

Suasana panas dan menegangkan terjadi beberapa saat. Diantara mereka tidak ada satu pun yang berani membuka percakapan. Begitu pun kami yang hanya menikmati efek panas dari atmosfer ini.

Sampai pada akhir nya....

"Loe pergi dari sini!
Loe hanya akan merusak kebahagiaan orang lain."

Ujar dari seorang laki-laki yang membuat kami sangat terkejut akan penuturannya yang tiba-tiba itu ke Kakak ku, Ira.

Seperti nya mereka saling membenci satu sama lain.

"Kenapa? Apa kamu takut kalau kamu..."

Ketika kak Ira mencoba menentang mas mondy, dengan segera mas Mondy memotong pembicaraannya...

"DIAM KAMU!"

"PERGI DARI SINI."

Ucap laki-laki itu dengan nada menghentak.

Siapa yang bisa tinggal diam dengan keadaan ini. Tentu saja sebagai seorang pemimpin, Pak Gharmon pun naik pitam.

"Kamu yang diam MONDY!"

Ujarnya yang sudah berdiri dengan wajah memerah saat melihat tingkah anaknya membentak seorang wanita.

"Astaghfirullahal'aziim... Kenapa ini, nak."

Mama Morenz pun hanya mampu melemparkan pertanyaan yang sangat di tunggu jawabannya. Sementara kenyataan yang ada hanya lah bentrokan keras dari emosi mereka.

Hal ini tentu saja membuat aku, Morenz, Mbak Janny, Papa dan Mama nya Morenz menyimpan pertanyaan yang sama.

ADA APA, MENGAPA, DAN BAGAIMANA?

"Pa, Ma, dia dan adiknya nggak baik untuk keluarga kita."

Ucap laki-laki itu dengan angkuhnya sembari menoleh ke arah bokap dan nyokap nya yang berjarak dua meter itu.

Pembicaraan yang masih berlanjut...

"Renz, kali ini mas mohon. Batalkan pernikahan mu."

"Tentu saja. Pernikahan ini batal."

Kakak ku pun menambahkan denga sangat gusarnya.

"Cukup mas!"

Morenz pun menengahi segera.

AdzKiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang