21. Kejutan...

130 7 0
                                    


*****

Jam 5.00? udah sesore ini, namun dia belum juga datang. Janjinya jam 4.00. Benar-benar ni orang.

Umpat kekesalan ku saat melihat jam tangan ku sudah hampir mengarah antara sudut tumpul dan sudut siku-siku.

"Ehem... Maaf kan saya tuan putri, saya telat."

Ujar seseorang pada ku yang datang tiba-tiba disaat ku sudah sangat bosan menunggu.

"Jangan jutekin aku donk, maaf! Tadi jalanan macet."

Tambahnya saat ku pura-pura mengabaikannya. Aku tidak marah hanya saja aku sedikit memberi pelajaran kepadanya.

Semenjak waktu itu hingga saat ini dia tidak berubah, selalu memakai sistem jam karet. Sebagai seorang wanita siapa gitu yang nggak kesel.

"Ya udah aku pasrah mau dikasih hukuman apa. Aku terima kok."

Ucapnya merayu ku.

Hihihi,,, dasar! Emangnya aku typical wanita yang mudah di rayu apa.

"Iya deh, iya. Ini salah aku. Maaf! aku janji nggak akan gitu lagi. Yah, aku serius nih. Tadi kerjaan aku banyak banget, belum lagi tadi ada pasien yang ngurusnya agak ribet... Please... Maaf ya, ngertilah bagaimana seorang dokter." ya cowok... Emang punya
skill merayu dari kakek moyangnya, ada aja alasannya agar dimaafin.

"Oke... Aku akan hukum kamu."
Jawab ku kemudian.

"Yah, kirain di maafin, malah ngasih hukuman."

"Kalau ada yang nawarin hukuman kenapa enggak."

Tutur ku dengan lagak marah sungguhan.

"Baik lah. Aku siap menerima hukuman dari Tuan putri."

Ujar nya dengan nada pasrah.

"Kamu kan cowok yang sangat pintar merayu dan menggoda."
Tutur ku memulai.

"Nah, itu kamu tahu! Jadi hukumannya apa?"
Jawabnya menantang.

" Kamu bawa bunga kan?"

Ujarku dengan gaya sok tahu, padahal belum tahu dianya bawa bunga apa enggak.

"Iya, tapi kok kamu tahu? Kan aku belum memberikannya sama kamu."

Yah, benar rupanya... Ternyata feeling aku gak salah kan.

"Tentu aja, aku tahu siapa kamu. Kalau tahu aku akan ngambek, kamu udah siap-siap dengan senjata rayuan mu."

"Hahaha... Kamu yah, ada-ada aja. Sok tahu kamu."

"Biarin, yang penting kamu bawa bunga sekarang. Ayo keluarin."

"Baik lah, tunggu sebentar."
Dia pergi beberapa detik, dan kembali dengan sebuket bunganya.

"Ini tuan putri angsa."

"Loh, kok pake angsa?."

"Iya, julukan bagi tuan putri yang galak seperti kamu."

"Hahaha..."

Tentu saja aku ketawa dengan julukan itu. Pas dibilang kata angsa aku kebayang saat hewan itu melihat manusia atau pun mangsanya, sambil memonyongkan mulutnya seraya berkata... Ngok ngok ngok"

"Jadi hukumannya apa nih?"
Ucapnya nggak sabaran.

"Ya elah sabar bentar napa. Hukumannya ialah, kamu yang pintar merayu harus bisa merayu ibuk yang lagi duduk sendiri disana."

Kata ku sambil menunjuk ke seorang wanita yang berusia separoh baya yang sedang duduk tidak jauh dari kami.

"Ha? Ibu tukang bersih-bersih taman ini?"

"Mau ibu RT kek, ibu negara ataupun ibu kandung, tersee..rah! Pokok nya kamu harus rayu ibu itu."

"Ahai... Cuma menggoda seorang ibu mah, gampang...! Kamu aja bisa aku goda, apa lagi ibuk itu... Kecill"

Jawab nya meremehkan.

"Ya udah, lakukan...!"

Dengan segera dia menyamperin ibu itu. Aku hanya melihat nya dari kejauhan. Aku tidak tahu apa yang mereka bicara kan.

Namun apa yang terjadi... Bukannya Morenz yang kembali kepada ku, tapi wanita tua itu yang malah menghampiri ku.

Iya, dia menghampiriku dan....

"Non, non seorang dokter ya..."
Tanya ibu itu sambil cengir.

Spontan aku mengangguk dan menjawab

"I, iya.."

Jawab ku sedikit gerogi.

"Pantesan aja, non mampu mengobati hati tuan Morenz. Ini dari seseorang yang mengaku hatinya dicuri oleh non."

Ibu itu memberi kan aku sebuket bunga tadi. Jelas saja yang menjadi sutradara nya si Morenz itu. Terlihat dari bagaimana ibu itu blepotan dalam berbicara.

"Dasar... Kok aku yang kena batunya?"

Sepintas aku pun langsung melihat ke tempat ibu ini berasal. Namun... Tidak ada dia disana. Kenapa tiba-tiba menghilang? Dan ibu itu juga pergi begitu saja.

Tapi ada sasuatu di buket bunga itu. Secarik kertas...
Aku pun membukanya, ada beberapa kalimat tertera didalamnya.

Aku berpikir beberapa saat, seperti jaman Siti Nurbaya saja pake ngirim-ngirim surat segala. Padahal udah ketemu juga.

Aku pun membaca isinya...

36 bulan sudah lamanya kita saling mengenal, namun baru 18 bulan terakhir aku merasa dekat dengan mu. Baru 12 bulan ini aku merasa takut kehilangan mu, baru 6 bulan kemaren aku nggak bisa jauh dari mu, dan baru 6 jam tadi aku berjanji untuk membahagiakan mu, namun kini aku berubah pikiran. Satu hari lagi, aliyas besok aku akan melamar mu.

Will you marry me?

Aku mencintai mu bukan karena cantik mu, ataupun siapa dirimu, tapi aku mencintai mu karena sifat dan akhlak mu. Izin kan aku menjagamu hingga ke Jannah Nya Allah...

Pulanglah... Akan ada taksi menjemput mu di depan. Naiki lah, aku akan mengawasi mu dari jauh.

Sungguh! Aku tidak bisa melukiskan betapa bahagianya hari ini. Surat itu. Aku tidak bisa memberikan sepatah kata apapun. Hanya merenungi apakah ini nyata atau sebuah ilusi semata?

Entah apa itu. Yang penting aku merasakan kesenangan yang tak terhingga.

****

Mashaa Allah... Terimakasih ya Allah.... Banyak kesulitan yang aku dapati dua tahun ini, namun engkau memudahkan segalanya pada hari itu.
Hari dimana aku bertemu dengannya ditaman ini pada dua tahun yang lalu....

Pada saat itu, aku mendapati kabar kepulangannya dari Singapura. Dan dia menghubungi ku lewat sebuah telepon bahwa dia akan menemuiku di taman ini.

Disana kami menceritakan segala pengalaman kami setelah tidak berjumpa selama 3 bulan.

Aku pun juga menumpahkan isi hati ku, kesedihan ku, dan kegalauan ku saat pemberhentian magang itu kepadanya, hingga dia memberiku semangat, menyuport ku, hingga di suatu hari dia memberikan ku kesempatan bekerja sebagai training dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di Singapura.

Hanya memakan waktu lebih kurang setahun, aku mendapatkan title dokter itu. Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah. Itu semua selain berkat kak Ira, tapi juga dari nya.

Terimakasih Yaa Allah, semuanya karena mu. Tak kan terjadi hari seindah ini, kalau bukan karena Mu yang mengaturnya.

*****

AdzKiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang