27. Menanti dalam Rindu

149 9 2
                                    

Aku sebagai Alfindra Renzha

Adzkiya..  Ternyata kamu masih sama seperti dulu. Tatapan mu masih tatapan yang serupa, selalu membuat ku gugup dalam mengatur diafragma ku.

Kali ini, bayangan mu berada tepat di dalam pupil ku. Dari sekian lama aku menunggu peristiwa ini terjadi. Dan sekarang hal tersebut terjadi.

Rasa tidak percaya menghantui ku? Bagaimana ia bisa ada disini?

"Udah tante... Om dokter, jangan bertengkar terus. Kasihan nenek, dia lagi istirahat."

Ucap seorang bocah manis yang berada disampingnya.

Aku baru tahu, jika dia seorang keponakan  dari wanita yang selalu membuat aku sesak olehnya.

"Udah Im, ayo kita pulang."

Ucap ketus si Cewe' itu. Jelas dari nada suaranya dia sangat kesal padaku.

"Ya udah Om, Ima pergi dulu..  Da da Om..!"

Tidak lama kemudian, mereka pun berlalu. Terasa agak berat melihat mereka pergi.
Tapi bagaimana pun aku tidak mungkin mencegah nya, karena dia seperti terlanjur kesal dengan ku.

Kenapa pertemuan ini begitu singkat?

*****


Keheningan diruangan ini. Hanya ada suara Elektro Kardiograf yang berbunyi sekali dalam beberapa detik. Menanda kan detak jantung Ummi masih bekerja.

"Ummi, kenapa bisa jadi seperti ini?"

"Bertahanlah Ummi! Aku mohon!"

Masih terasa hangatnya tangan Ummi. Namun, Ummi belum juga kunjung sadar dari masa kritisnya.

Tangan ku yang memegang tangan nya, ku sentuhkan kepipi ku. Aku meresapi bagian terdalam dari kasih sayang nya.

Bagaimana dia selalu memberikan kasih sayang nya kepada anaknya, meski terkadang cara itu terlebihan menurut kita.

Namun hakikatnya seorang anak, bagaimana pun orang tuanya kepada nya, namun bathin dia akan terus menyayangi mereka. Begitu lah yang aku rasakan saat ini.

"Ummi... Ummi tahu nggak? Barusan Dokter Bidadari nolongin Ummi."

Ujarku kepadanya. Aku tahu dia tak akan membalas ku ataupun menjawabnya.

Aku ingin menceritakan semua nya kepada Ummi. Bagaimana aku dan kebahagiaan ku yang sebenarnya. Bagaimana gambaran hati ku dan tujuan rindu yang sejatinya.

"Ummi, dia yang aku cinta Ummi."

"Dia yang selama ini mengunci hati ku. Bahkan untuk menerima Lasmi menjadi kekasihku aku tidak bisa."

*****

Beberapa jam pun berlalu. Sedari tadi aku bolak-balik untuk tetap stay dengan pekerjaan ku untuk menangani pasien lainnya. Hingga akhirnya aku kembali lagi keruangan Ummi dan mencheck keadaan Ummi untuk kesekian kalinya.
Namun, Ummi belum juga kunjung sadar.

Aku pun duduk mendekat ke tempat brangkar Ummi. Kembali aku menatap lekat-lekat wajah nya.

Aku ingat kejadian dua tahun lalu, dimana aku membatali pernikahan ku secara tiba-tiba dengan Lasmi.

"Ummi, maaf mi. Gara-gara ku, Ummi jadi begini. Aku bukan anak yang baik. Aku nggak bisa menuruti keinginan Ummi. Bagaimana pun cinta ku telah menjadi milik Dia mi, bukan Lasmi."

"Sekali lagi maaf kan aku Ummi."

Hening beberapa detik, terasa sebuah gerakan pelan. Namun aku sadar, itu bukan gerakan dari jari tangan ku. Tapi dari jari tangan beliau...

AdzKiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang