25. Tak akan pernah bahagia

136 9 2
                                    


Berkali-kali panggilan dari loe nggak bisa gue jawab. Maafin aku Adzkiya, Maaf banget! Mungkin kita emang nggak di jodoh kan. Aku tahu perasaan mu pasti sangat sedih. Tapi... jujur, konflik keluarga kita emang nggak bisa diselesaikan.

Drrrtt... drrrtt..

Lagi-lagi nada ponsel ku berbunyi. Aku tahu itu dari Adzkiya.

Angkat? Enggak? Angkat? Enggak?...
Angkat? Enggak.

Rasa ketidaktegaan mengusik pikiran ku. Dia pasti meminta penjelasan dari ku.

Apa yang harus aku jelaskan Adzkiya? Kamu pasti udah tahu jawabannya. Kita memang nggak bisa bersama.

Seusai ponsel itu berbunyi, Mas Mondy datang ke kamar ku. Dia pasti sangat khawatir jika aku masih berkomunikasi dengan Adzkiya meskipun lewat ponsel.

"Morezh!"

Ucap nya tiba-tiba nongol di pintu kamar ku.

"Iya Mas."
Jawab ku segera

"Kamu boleh mengangkat telfon Adzkiya, Tapi kamu jelasin ke dia bahwa pernikahan ini nggak bisa dilanjutkan."

"Apa kak?"
Tutur ku seakan membantahnya.

"Udah! Kamu bilang aja. Nanti jam 4 kamu harus siap-siap,  ngemasi barang-barang kamu. Kita berangkat ke Singapura jam 6 sore ini."

"Apa? Semendadak itu kak? Kakak tega banget!"

"Udah Morenz, kamu nggak usah banyak komen, lakuin aja."
Tegas kak Mondy.

"Kenapa kak? Kakak takut jika Fahima datang memanggil kakak dengan kata Papa?"

Paakkkk...

Tangannya yang tangkas itu pun telah mendarat tepat di tulang pipi ku.

"Jaga OMONGAN KAMU."
Ucap nya tegas.

"Kak, kakak salah jika niat kakak untuk kabur dari masalah ini. Seharusnya kak Mondy nyelesai'in maslah ini baik-baik, kak."
Tuturku menasehati.

"Udah lah Rens, nggak usah sok tahu dan sok dewasa kamu. Pokok nya malam ini kita harus berangkat. Titik!"

Ujar nya kemudian meninggalkan ku.

Aku tahu, ini sangat berat. Bukan hanya bagi ku namun juga bagi Adzkiya. Dia pasti sangat menderita....

Adzkiya, maafin aku... Aku bukan orang yang baik buat kamu. Sementara kamu selalu berpikir yang baik tentang ku. Kamu selalu sabar dalam menghadapi emosi ku, disaat ku sedang lelah dan sibuk dalam pekerjaan ku. Kamu selalu sabar jika aku mengabaikan mu. Tapi kali ini, aku harus meninggalkan mu.

Aku tidak tahu, Apakah akan ada wanita seperti mu ini yang akan menjadi kekasih ku, Adzkiya? Aku bodoh! Terlalu lemah dalam situasi seperti ini.

Semoga akan ada pengganti yang lebih baik dari diriku untuk mu Adzkiya. Kamu percayalah! Dia akan kembali untuk mu.

*****

Fahima baru saja pulang dari rumah sakit. Beberapa hari yang lalu ia terkena penyakit tifus dan dirawat sebuah rumah sakit swasta di Jakarta. Namun sayang nya aku tidak bisa menemani keponakan ku ini lantaran aku ada tugas di Medan selama dua minggu.

"Tante, kemaren pas Ima lagi dirawat di rumah sakit, Fahima ketemu sama dokter yang suangaaat baik. Tapi sayang nya, Dokter itu tidak merawat Ima, tante."
Ujarnya kepada ku.

"Lalu?"
Ucapku ingin mendengar kan ceritanya lebih lanjut.

"Tapi dia sangat perhatian sama Ima."

Dalam bayangan Fahima,

"Ma...maaf om dokter, saya tidak sengaja menjatuhkan vas bunga itu."
Ucap seorang anak itu dengan sangat merasa bersalah dan ketakutan.

"Iya, tidak apa-apa dek. Yang penting kamu tidak terluka kan."

"Gimana keadaan adek sekarang ada yang sakit?"
Ucap dokter itu dengan sangat khawatir.

"Enggak, om Dokter, Fahima takut sendirian di dalam kamar."
Ucap anak itu sedikit menahan rintih.

"Kenapa takut? Mamanya kemana?"
Tanya dokter itu.

"Mama aku katanya pergi sebentar beli makanan diluar, tapi sampai sekarang belum balik-balik juga."
Ucap anak itu sedikit memelas.

"Ya sudah, ayo om temani kamu nonton di dalam."

Ajak dokter itu. Kemudian dokter itu pun menggendong gadis kecil yang masih sangat lemah itu untuk masuk keadalam ruangan dimana ia dirawat.

"Ayah kamu dimana?"

Tanya seorang dokter itu. Tiba-tiba membuat Fahima jadi terdiam. Dia tidak tahu harus menjawab apa, sementara mamanya Fathira, tidak pernah memberikan klarifikasi tentang seorang ayah pada nya.

"Ayah? Ayah itu siapa Om?"

"Eh, maksud om, papa kamu. Kemana?"

"Fahima nggak tahu. Papa? Fahima belum pernah mendengar kata itu."

Ssrth...

"Terus apa kata om itu"

Ujarku penasaran dari cerita Fahima itu.

"Om itu terdiam tante, dan... Ima rasa, om itu ingin mengatakan sesuatu tapi... tidak lama dari itu mama datang. Yah, om itu langsung mengalihkan perahtian nya ke Mama, dan om Dokter itu langsung pergi, tante."

"Ooh... Gitu yah!"

"Ya sudah, Fahima mending istirahat dulu deh... Besok harus sekolah loh, udah lama kan nggak masuk!"

Ucap ku mengajak nya beristirahat.

"Baik tante."

*****


AdzKiyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang