7.) Gadis Aneh

65 36 13
                                    

Hppy reading🍃
.
.
.

- - -
Sementara Raya yang baru saja selesai sarapan, dia merasa mendengar suara-suara aneh dari luar rumahnya akhirnya segera keluar rumah dengan tak lupa berpamitan kepada ibunya dulu.

Raya tersentak kaget begitu membuka pintu rumahnya dan mendapati sosok yang dikiranya kuntilanak kesiangan menunggunya keluar rumah untuk menghantuinya karena bersamaan dengan itu, terdengar sebuah suara “you lose” yang membuat Raya semakin parno.

Mendengar suara pintu dibuka, Dhea bangkit lalu berbalik dan kebingungan melihat Raya sudah berda di sana dengan wajah cengonya.

“Lo ngapain di sana Ray?” tanya Dhea yang melihat Raya hanya diam di sana menatapnya.

“Ngak salah? Bukannya seharusnya gue yang nanya? Lo ngapain pagi-pagi gini udah ada di depan rumah gue? Terus tumben ngak ikat rambut, lo jadi tambah kayak kuntilanak kesiangan di sini.” Cerocos Raya panjang lebar saat menemukan kuntilanak kesiangan yang ternyata hanyalah Dhea berada di sana memakai seragam sekolah lengkap dengan tas dan rambut panjang di bawah bahu yang terurai.

“Emangnya ada kuntilanak secantik gue?” balas Dhea sambil mengibaskan rambutnya.

Raya terdiam sebentar.

Menatap Dhea.

Baru kali ini dia menemukan makhluk langka seperti Dhira yang menurutnya cukup aneh. Dia bisa berubah jadi pendiam, cerewet, manis, dalam jangka waktu yang cukup dekat, dan terkadang, ada satu waktu di mana Raya rasanya ingin menarik rambut perempuan itu.

“Baru pertama kali gue liat ada cewek se-percaya diri over kayak lo. Jadi sebenarnya ngapain ke sini? Minta sumbangan? Tanda tangan? Atau apa?” tanya Raya sambil berkacak pinggang.

“Lo mau ke sekolah kan?” tanya Dhea basa-basi, Karena memang  sudah terlihat sangat jelas dari Raya yang memakai seragam sekolah, tas, dan sepatu lengkap.

“Mau ke bulan, lo mau ikut?” Ajak Raya asal.

“Sekarang bulan udah ngak ada.” Balas Dhea

“Bulan selalu ada kok, sama kayak matahari. Meskipun terkadang mereka memang ngak kelihatan, tapi mereka selalu ada. Mungkin sekarang bulannya lagi sembunyi karena ada matahari yang menggantikan sementara, meskipun mungkin bulannya ngak mau digantikan, tapi matahari kan lebih kuat.” Raya terbawa suasana

“Ngomong apa lo?” Tanya Dhea cuek kemudian mengecek ponselnya untuk melihat jam, kemudian memasukkannya ke saku bajunya.

“Raya? Belum pergi?” Bunda Raya, Lily, tiba-tiba sudah berada di ambang pintu terlihat sudah siap berangkat ke kantor.

“Baru mau bun.” Balas Raya.

“Siapa? Temen kamu Ray?” Tanya Lily sambil melihat ke arah Dhea.

“Halo tante! Saya Dhira, tetangga yang tinggal tiga rumah dari sini sekaligus teman sekolahnya Raya.” Sapa Dhea riang sambil tersenyum.

“Oh temen ya Ray?” tanya Lily sambil tersenyum jahil ke Raya.

“Bunda ngak telat? Nanti di hukum lho.” Tanya Raya bermaksud menyuruh bundanya untuk cepat-cepat pergi.

“Iya-iya bunda pergi ya.” Pamit Lily sambil terkekeh pelan. Setelah mengunci pintu rumahnya, Lily lalu berangkat ke kantornya dengan mengendarai  mobil merahnya.

“Jadi, sebenarnya lo mau apa ke sini? Terus itu, tadi lo main game apa sampai-sampai bisa jadi kayak lupa dunia gitu?” tanya Raya.

“Cuma game tembak-tembak aja kok. Lucu, pada berdarah-darah.” Balas Dhea santai.

Innefable Pain [hiatus]Where stories live. Discover now