2.) Markas

164 103 95
                                    

"lo nggak mabuk sama sekali." Dengan napas terengah-engah, Raya perlahan mendekat dan duduk di kursi depan irana.

"Gue nungguin lo." Irana menyodorkan satu gelas minuman ke hadapan Raya.

"Jangan buang-buang waktu di tempat sampah kayak gini Ran."

"Ran? Ran siapa? Gue Ana! Gue masih ana yang dulu. Dan lo masih Angkasa yang cinta sama Ana!" Irana membentak Raya.

"Jangan panggil gue kalau ngak benar-benar penting, jangan buang-buang waktu gue buat hal ngak guna kayak gini lagi, dan lo ... lo udah lama jadi hal yang ngak penting bagi gue, Ana udah lama hilang dari hidup gue Ran," setelah mengatakan hal itu Raya langsung beranjak pergi meninggalkan Irana.

"Ngapain sih ke sini kalau ujung-ujungnya pasti cuma pesan es teh dong?"

"Emang kenapa? Lo ngak suka ya kalau gue ke sini? Atau jangan jangan lo mau gue ikutan joget kayak orang kesetanan yang ada di sana hah?!"

Langkah Raya terhenti mendengar suara seseorang yang sepertinya tidak asing baginya, Raya mencari asal suara dan menemukan seorang gadis yang terbungkus piyama sedang berbincang-bincang dengan seorang barista.

"Hahaha gue bercanda kok, gue senang lo di sini karena setidaknya gue jadi punya teman bicara, bukan cuma ngeliatin orang yang kayaknya udah capek hidup kayak mereka-mereka itu," jelas barista itu sambil menunjuk ke keramaian pengunjung club yang sebagian sedang asyik melupakan masalah hidup mereka dengan minum dan sebagian lainnya yang berjoget ria seakan itu hari terakhir mereka hidup dan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.

"Raya stop! Gue belum selesai ngomong, Angkasa kembali!" teriakan Irana yang mulai histeris mengalihkan perhatian gadis dan barista itu.

"Kenapa dia?" tanya gadis itu.

"Palingan juga mabuk. Udah biasa kok ada yang seperti itu jadi tenang aja, lagian kalau ada kenapa-kenapa ada gue di sini kok," celetoh barista itu asal sambil matanya tak lepas menatap gadis itu. Tapi gadis itu sedang mencari ke mana arah pandangan mata pengunjung yang tadi berteriak itu dan matanya menangkap sosok Raya yang saat itu sedang menatapnya juga. Mata mereka bertemu satu sama lain untuk beberapa saat sebelum akhirnya Raya memutuskan untuk berbalik pergi dan tidak menghiraukan teriakan Irana lagi.

Dhira...?

***

F4nt4stic four (4)

Ryann
Kalian di mana? Gue udah dari
tadi nunggu sama Kevin

Kevin97
Lama.

AngksRaya
Sabar. Udah hampir sampai kok
Iya gue tau lo kangen gue vin.

Kevin97
Jijik

Raya memarkirkan motornya di depan rumah Ryan lalu kemudian berjalan menuju ke 'markas besar' mereka berempat yaitu tepat di rumah pohon di halaman belakang rumah Ryan yang bisa dibilang cukup luas. Raya berjalan perlahan ke arah rumah pohon yang mereka bangun bersama dua tahun lalu sambil menikmati keasrian taman yang memang ditumbuhi banyak tanaman hijau, menikmati kenangan indah satu tahun lalu bersama Ryan, Dimas dan Kevin sebelum kepindahannya ke Jakarta.

"Raya woy cepetan sini! Kevin kangen tuh," teriak Ryan tiba-tiba dari atas rumah pohon yang berada tepat di tengah-tengah taman

Raya langsung berjalan rumah pohon itu lalu menaiki tangga kayu yang juga mereka buat sendiri untuk bisa sampai ke rumah pohon.

"Dimas mana?" tanya Raya saat sudah berhasil naik ke rumah pohon tapi tidak menemukan keberadaan Dimas di sana.

Innefable Pain [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang