3.) Satu Luka

110 80 50
                                    

Btw emangnya ada yang nungguin cerita ini ya?:' hshs
.
.
.
---

Nadhira Athalia, seorang gadis berusia 16 tahun. Teman sekolahnya mungkin menganggapnya sempurna, tapi itu tidak sepenuhnya salah. Karena memang Dhira adalah murid ranking 2 paralel di angkatannya yang membuat sebagian besar guru di SMA Bumi Pertiwi menyukainya. Tidak pernah terlihat sendirian apalagi kesepian, selalu di kelilingi oleh banyak teman, kehidupannya yang serba ada dikarenakan orangtuanya sebagai CEO perusahaan ternama, membuat setiap gadis iri padanya. Parasnya yang cantik, ramah kepada setiap orang, siapa laki-laki yang buta akan pesonanya? Mungkin hanya satu kekurangan yang dimilikinya, sifatnya yang selalu heboh dan bahasanya yang ceplas-ceplos tapi itu malah menjadi nilai plus karena sifatnya yang terbuka itulah yang menjadikannya disenangi oleh banyak orang.

Ya, itu tadi hanyalah pandangan orang-orang yang tidak sepenuhnya mengenal siapa Dhira. gadis yang hampir mendekati sempurna itu hanyalah sosok yang menggantikan peran Dhira di sekolah, sosok yang hampir mendekati sempurna itu hanya sosok semu yang tidak akan pernah menjadi nyata.

Nadhira Athalia yang sesungguhnya hanya bersembunyi di balik sosok Dhea. dissociative identity disorder (DID) atau yang lebih akrab di sebut sebagai kepribadian ganda, itulah yang dialami oleh Dhira.

Luka itu masih ada, terlalu sulit untuk menemukan kembali obatnya yang hilang bersama kenangan masa lalu itu juga. Satu-satunya cara bagi Dhira untuk setidaknya menutupi luka itu adalah dengan bersembunyi karena itu caranya untuk bertahan.

Saat itu, terlalu sulit baginya untuk menghadapi semuanya sendirian, hingga alam bawah sadarnya memaksanya untuk membentuk sosok baru yang akan menggantikannya merasakan semua rasa sakit itu.

***

Anak perempuan yang usianya masih sekitar 6 tahun lebih itu tengah duduk di lantai kamarnya, terlihat sedang menatap dirinya sendiri di dalam cermin. Anak perempuan itu melihat pantulan dirinya sendiri yang penuh luka hampir di sekujur tubuhnya, cahaya lampu yang remang-remang membuatnya terlihat lebih menyedihkan lagi.

"Halo, apa yang kamu lakukan di dalam sana?" tanyanya pada cermin.

"Kenapa tubuhmu penuh dengan luka?" lanjutnya.

"Kalau kau tidak mau menjawab, aku akan menemanimu saja di sini, namaku Dhea."

"Halo Dhea, aku Dhira." sosok dalam cermin itu akhirnya membalas.

"halo Dhira, aku akan terus menemanimu di sini sampai kau merasa lebih baik." Sambung Dhea sambil tersenyum lebar.

Sosok dalam cermin itu, Dhira hanya membalasnya dengan tatapan sendu.

***

"Ke halte?" Raya tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Lo siapa?"

"Apa?" tanya Raya kebingungan.

"Seragam sekolah kita sama tapi gue baru pertama kali liat lo, murid baru? Salam kenal, gue Dhea," balasnya sambil mengulurkan tangan dan tersenyum hangat.

"Lo siapa?" tanya Raya mengulang pertanyaan yang dilontarkan gadis disampingnya tadi.

Dhea tiba-tiba saja terlonjak kaget karena teringat akan sesuatu.

"Eh sorry gue Dhira, lo mau ke sekolah? Naik bus kan? Udah hampir telat, buruan!" Dhea langsung berjalan cepat meninggalkan Raya yang terlihat sedang kebingungan di belakangnya yang kemudia segera menyusul Dhea.

***

"kau pernah bilang kan, kalau kau akan tetap berada di sampingku sampai aku merasa lebih baik?" Tanya Dhira pada cermin.

Innefable Pain [hiatus]Where stories live. Discover now