9.SEKUTU DAN PENGKHIANATAN

5 0 0
                                    

Becky P. O. V

"Jika pestanya 1 hari lagi.... " kata pria yang mengakui sebagai kakakku. Oh, bukan! Bukan dia yang mengakui, tapi wanita aneh yang bernama Elena mengakui bahwa pria itu adalah kakakku. Belum ada bukti bahwa dia kakakku.

Sejauh ini memang konyol. Kita hanya mengikuti wanita itu. Kita hanya bisa diam hingga semua memori hinggap di kepala kita.

KONYOL!!!

Apakah mereka bisa hinggap begitu saja? Apakah pria ini benar-benar kakakku? Beginikah rasanya amnesia?

Pria itu menurunkan tangannya setelah melihat jam tangannya.

".....ini jam 5 berarti kita akan tiba jam 5 juga, sedangkan pestanya dimulai jam 7," lanjut pria itu.

"Kalau begitu, kita berangkat sekarang, " perintah si wanita aneh.

~~~~~
"Ini...parkiran, bukan?" tanyaku. "Ini bukan parkiran yang tadi,"

"Ya! Tepatnya ini parkiran belakang. Ada 3 transportasi di sini," kata si wanita aneh, dia melanjutkan, "Ada motor, mobil jeep, dan tronton. Komplotan Rahasia, pasti berangkat dengan mobil jeep,"

"Wooow! Motor ini besar sekali,ya!" seru Kak Sarah.

"Tidak hanya besar, motor ini juga cepat," jelas.... ugh! Baiklah! Aku akan memanggilnya Elena, "sayangnya motor ini untuk tiga orang,"

"Hey! Kau terlalu lama! Ayo berangkat!" seruku.

"Baiklah! Edgar, kau di depan! Alice, Bella, Becky, kalian di tengah, Sarah di paling belakang."

Aku tidak terima ini.

"Tidak! Aku yang paling belakang!"

"Kau sendiri juga membuang waktu, nak!" Elena marah padaku. Hening sedikit.

Baiklah kalau begitu. Aku mengalah.

"Biarkan saja. Kita sudah membuang banyak waktu. Ayo kita masuk," kata pria itu.

Elena pun mengalah, "Baiklah. Tapi resikonya kau tanggung sendiri."

Aku sudah mengalah. Tapi, tidak apa.

Aku, dan Elena pun masuk. Dan kita berangkat.

~~~~~~

Awalnya hening, dan tidak ada apa-apa. Akhirnya, aku memulai pembicaraan karena menemukan pistol.

"Pistol siapa?"

Elena menoleh, "Jangan main-main,"

Baiklah, aku menurunkan pistolnya saat suara

DOR!

Terdengar

"Apa yang terjadi?!" Pria itu terkejut.

"Bannya terkena tembakan!" Elena tetap tenang.

Aku pun beraksi.

"Kak Alice! Buka jendelanya!"

Ia pun membuka jendela dengan wajah bingung. Aku langsung menuju kursi tengah.

"Hey! Kamu mau apa?!" sahut Emily.

"Apa yang sedang kau lakukan,nak?! Jangan gegabah!" sahut Elena. Matanya tetap fokus ke depan.

Wajahku sudah diluar jendela. Aku membidik pistol itu ke arah ban mobil musuh. Lalu, aku menembak, dengan tepat sasaran.

"Biar mereka rasakan balasanku." ujarku. Kepalaku sudah masuk kembali.

"Apa yang kau lakukan?!" sahut Elena. Masih fokus menyetir.

"Dia menembak ban mobil mereka."

"Aku tidak percaya bahwa adikmu ini benar-benar gegabah," ujar Elena.

Aku melihat ke belakang. Mobil mereka berhenti. Tapi, sepertinya tidak berakhir. Ada sesuatu yang melaju cepat ke arah kami.

"Motor! Motor itu sangat cepat!" sahutku

"Kita harus berhenti. Tidak mungkin kita sampai tujuan dengan kondisi ini,kan?" kata pria itu.

"Ya, kau benar," Elena sudah pasrah.

Elena menghentikan mesin dan kami disuruh keluar.

Sekelompok wanita mengepung kami. Dan salah satu wanita itu membuat Elena tercengang,

"Rebecca?! Apa yang kau lakukan?!

"Kita jelaskan ini di markas," kata wanita berambut pirang panjang itu.

Elena P.O.V

Aku tidak mengerti. Bukankah dia tau tujuanku? Kenapa dia menghentikanku?

"Rebecca! Kau mengkhianatiku?!" sahutku.

Rebecca berhenti lalu berbalik. "Tidak! Dengar! Pertama, orang-orang ini hanyalah ilusi yang dibuat oleh Vanilla,"

Aku menganga, "Jadi, tadi kau sendirian?!"

Rebecca menggeleng. "Vanilla ikut denganku. Motor-motor itu juga ilusi yang dibuatnya,"

"Sebentar, apa yang kau lakukan dengan Vanilla?" tanyaku.

"Vanilla bersekutu dengan kita," jawabnya.

Seketika orang-orang yang menangkapku menghilang. Seorang wanita mendekatiku sambil berkata,

"Kau benar-benar batu, 1124,"

Itulah Vanilla, wanita dengan rambut kuncir dua yang memiliki kekuatan ilusi. Ilusi ini akan menghilang ketika pemiliknya mendekat.

"Kau mengutamakan tujuanmu. Padahal di setiap tujuan pasti ada tantangan. Tujuanmu ini adalah sebuah misteri yang ingin kamu kuak. Padahal misteri itu bisa terkuak secara perlahan," jelas Vanilla.

"Pertama, aku melihat kau mengambil undangan pesta dansa yang merupakan ilusiku," kata Vanilla melanjutkan,

"Jadi undangan itu bohong?" tanyaku

"Ya," jawabnya. "Kecuali Komplotan Rahasia. Kedua, aku adalah salah satu anggotanya. Aku dipromosikan menjadi anggotanya kemarin malam. Ilusi surat itu merupakan niat jahat mereka. Tapi tidak lama, aku berkhianat karena aku mengetahui masa laluku,"

Tiba-tiba Sarah menyerbu Vanilla. "Masa lalu?! Di mana kau mendapatkannya?!"

"Tunggu! Sarah,tenang. Dengarkan Vanilla terlebih dahulu," aku menenangkannya. Vanilla menemukan masa lalunya adalah kabar baik bagi Sarah.

"Oleh karena itu, Rebecca dan aku menghentikanmu," Vanilla melanjutkan.

Tiba-tiba ada pertanyaan yang mencengangkan.

"Apakah kalian sadar Alice menghilang?" itu suara Becky.

Kami semua terkejut. Aku menoleh-noleh.

"Alice?!" sahut Edgar.

"Dan yang ketiga,"

Wajahku kembali menatap Vanilla.

"Aku berkhianat lagi,"

To be continued......

Amnesiac heroesWhere stories live. Discover now