6. PERTEMUAN

6 0 0
                                    

"Syukurlah! Hanya kakimu yang tertabrak, Bella." Kata Alice. Sekarang mereka berada di rumah sakit. Kedua kaki Bella diperban. Mereka sedang menikmati biskuit (sebenarnya hanya untuk Bella) untuk penutup makan siang mereka. Kecelakaan itu sangat tegang. Untung saja hanya kaki yang terkena. Orang yang ditolong Bella sangat mencurigakan. Ia hanya tersenyum lalu pergi.

"Aku berharap Bella cepat sembuh." Ujar Elena. Bella mengangguk,

"Ya, aku juga berharap begitu." katanya dengan sedih.

"Kalau begini, apakah kita tetap harus menyelamatkan warga?" tanya Becky.

"Sepertinya begitu." Elena menoleh pada Bella. "Itu karena dia belum menemukan kekuatannya." Mendengar kata itu, Sarah teringat akan sesuatu. Ia bertanya,

"Omong-omong, apa kekuatanmu Elena?"

Elena memang selalu memerintah mereka saat melakukan penyelamatan. Tapi, Elena hanya menolong seperti manusia biasa. Dari awal bertemu, Sarah mengira Elena hanya wanita biasa. Tapi, dirinya yang penuh dengan rahasia membuat Sarah memiliki firasat bahwa Elena memiliki kekuatan dan senasib dengannya. Mungkin dia dihapus ingatannya, lalu diberi kekuatan, lalu dibuang ke pembuangan sampah. Entah oleh siapa dan bagaimana.

Mulut Elena terbuka, terkejut akan pertanyaan Sarah.

"Kau tahu aku menyembunyikannya,Sarah?" Tanya Elena. Tatapan lurus pada Sarah. "Ini memang waktu yang tepat. Tapi, aku akan kembali nanti."

Dengan cepat, Elena berjalan keluar, Sarah ingin menghentikannya tapi Elena sudah keluar.

"Huh! Lagi-lagi" Emily sudah sangat kesal.

~~~~~~

"Rencana berjalan sempurna." Kata seorang gadis berambut pirang kepada seorang wanita berambut hijau dan bergelombang.

"Oh,ya? Baguslah. Kau boleh pulang."

"Tapi bukankah---" kalimat gadis itu terpotong.

"Aku melihat 1124 keluar dari kamar itu." Kata wanita itu dengan menaikkan dagu. "Rencana akan semakin seru."

"Baiklah, kalau begitu.."

"Pulanglah."

Gadis berambut pirang itu membalikkan badan, berjalan, lalu berhenti.

"Ah, tunggu! Ivy, bagaimana dengan anak yang baru kecelakaan itu?"

"Terserah kamu, "

~~~~~~

Elena berada di kamar mandi. Ia punya rencana untuk mengejutkan mereka akan kekuatannya. Mula-mula, Elena memejamkan mata. Lalu, ia mengangkat tangan kanannya sejajar dengan wajahnya. Lalu, ia melambaikan tangan itu ke kanan. Lalu, munculah Elena yang kedua.

Elena kedua memiliki wajah yang bingung. Wajah itu sangat cocok untuk orang yang mengidap amnesia. Berbeda dengan Elena, yang sudah banyak menerima memori yang baru. Elena memegang lengan kembarannya, lalu berbisik di telinganya,

"Carilah kamar nomor 202. Jika sudah menemukannya, masuklah tapi jangan berbicara. Ada tempat duduk disana, duduklah dan jangan lakukan apa pun."

Walaupun pikiran kembarannya kosong, ia mengerti apa yang dimaksud Elena. Dia pun langsung keluar dan
melaksanakannya. Menurut Elena, rencananya sangat pintar. Ia mengerjai Sarah dengan membuatnya berpikir, 'ini bukan Elena yang kukenal'. Setelah beberapa menit, Elena akan masuk. Dan mereka akan terkejut bahwa Elena ada dua!

Namun, rencananya dihalangi. Saat Elena berjalan keluar, jalannya dihalangi troli rumah sakit.

Dan sebuah suara.....

"Ah! Astaga!" Sahut suara itu. Elena mengenal suara itu. Elena menoleh dan mendapati wanita berambut hijau yang bergelombang sepunggung. Tatapan Elena sekarang tajam karena dia adalah wanita yang sangat dibencinya.

"Ivy." kata Elena pelan. Ivy mencibir,

"IV, bodoh."

"Aku menamaimu itu karena nomor 4. Jadi, siapa yang bodoh sekarang?" lawan Elena. Ivy menghela napas.

"Jadi, kau mengkhianati Tuan lagi,ya?" tanya Ivy mengalihkan pembicaraan. Dia tidak ingin dibilang bodoh.

"Ya, tapi aku berjanji agar membawa mereka kepada Tuan. Aku berjanji." Elena berbohong. Ia mengulang katanya untuk meyakinkan Ivy. Walaupun Ivy tidak mudah dibohongi, Elena melakukan itu guna memancing Ivy. Elena ingin kabur untuk menghilangkan kembarannya. Tapi, tanpa mengetahui, Ivy mengikuti gerakan Elena dengan matanya. Saat Elena ingin berlari, dahan pohon yang sangat besar menutupinya dan Ivy berada di depan dahan-dahan itu. Inilah kekuatan Ivy.

"Ups, kau tidak bisa lari, sayang." Kata Ivy dengan centil.

Elena sekarang terjebak. Di belakangnya tidak ada jendela, hanya dinding. Karena itu, Elena memilih untuk bertarung. Elena mulai membangun ide. Dahan-dahan yang muncul dari dinding sangatlah tebal dan kuat. Tidak mungkin menghancurkannya dengan kekuatan manusia biasa.

"Kau tak akan kalah dariku, Ivy." Kata Elena sambil mengambil pisau dari sakunya. Pisau itu selalu disembunyikan dari Hogward bersaudara sejak awal bertemu.

"Pisau?" Tanya Ivy dengan tatapan meremehkan. "Aku akan selalu menang dengan kekuatan ini!" Katanya dengan sombong.

"Kau tahu pisau bisa menjadi gergaji?" Tanya Elena, memancing Ivy lagi. Mendengar itu, Ivy menatapnya dengan lurus. Dengan cepat, Elena berlari menuju Ivy dan menyayat lengan kanan Ivy. Sebuah kecepatan ninja. Ivy pun meringis.

"Aku turut mengasihanimu karena kebodohanmu." Kata Elena yang sekarang berada di belakang Ivy. "Kau punya kelemahan,kan? Dan bukankah aku sudah mengetahuinya, Ivy?"

Kelemahan Ivy adalah jika dia menumpahkan darah, maka tanaman yang dia munculkan akan layu sedikit, seperti orang lapar. Maka, jika dia menumpahkan banyak darah, tanamannya akan semakin layu hingga tidak kuat menahan manusia.

"Memang ini kelemahanku. Tapi, dahan-dahan ini sangat tebal. Butuh waktu lama menyayatku hingga mati." Entah kenapa setelah itu, Ivy tertawa keras. "Tapi kurasa tidak butuh waktu lama untuk tidur."

Elena terkejut. "Huh?"

Mendengar itu, Ivy menjadi kuat. Ia membenturkan Elena ke dinding dan mencekiknya. "Aku ke sini karena alasan. Aku disuruh Tuan untuk mengawasimu agar kau tidak mengkhianatinya lagi. Dan aku melihatmu, bersama para pahlawan yang kau bawa kabur." Ujar Ivy menyeringai.

"Dan, sampai di sini, aku memiliki rencana. Aku memakai obat tidur untuk biskuit mereka." Seringaiannya melebar. "Kau juga memakannya,kan?"

Elena ingin berteriak. Tapi, Elena tahu kalau itu tidak mungkin. Wajahnya membiru karena kekurangan oksigen. Dia akan mati.

"Sayangnya bukan tidur, tapi pingsan"

Akhirnya, Ivy melepasnya. Elena merosot dan terbatuk-batuk. Kepalanya sangat pusing. Elena pingsan.

~~~~~~~
Beberapa jam kemudian......

Bella membuka matanya, ia tidak tahu berapa lama dia tertidur. Bella merasakan pusing, matanya masih berat untuk di buka.

Berhasil membuka matanya, Bella melihat sesuatu yang tidak dipercaya. Ia melihat seorang wanita. Bukan Sarah, bukan Elena, bukan kembarannya.

"Kau siapa?"

"Tenang saja, kita ini berteman,"

"Berteman? Kau siapa?? Dimana kembaranku??"

"Mereka aman. Tapi untuk saat ini, kau bersamaku dulu, ya?" wanita itu sepertinya mengeluarkan sebuah suntikan.

Mata Bella membulat.

"T-t-tidak. T-tidak!" Bella berteriak dan bergerak tidak keruan.

Wanita berambut pirang itu mendekat hingga dia memegang erat lengan Bella.

"TIDAK!! TIDAK!!"

"Disuntik itu seperti digigit semut," wanita itu menyuntiknya dengan wajah yang kejam.

"TIDAAAAAAKKKKK!!!!"

To be continued.....




Amnesiac heroesWhere stories live. Discover now