Saat itu usianya genap 8 tahun. Luka-luka yang dulu selalu menghampiri tubuh mungilnya itu memang sudah lama hilang, tapi masih ada satu luka yang belum sembuh, atau mungkin tidak akan pernah sembuh.

"Tentu saja!" balas Dhea.

"Lalu apa kau juga akan melindungiku?" tanya Dhira lagi.

"Aku akan melindungimu, aku akan melakukan apa saja asalkan kau bahagia." balas Dhea sambil memamerkan senyum manisnya.

"Kalau begitu, jika ada orang lain yang bertanya siapa namamu, bisakah kau mengatakan bahwa kau adalah Dhira pada orang lain? Aku mohon...."

***

Dhira dan Raya duduk bersebelahan di dalam bus tapi keadaan terasa canggung karena perkataan Dhea tadi yang dianggap sedikit ambigu oleh Raya.

Dhea teringat sesuatu kemudian cepat-cepat membuka tasnya dan mengecek dompetnya, benar saja! Dia lupa mengisinya pagi tadi.

"Kenapa?" tanya Raya membuat Dhea mendongak dan memasang senyum lebarnya.

"Gue lupa bawa uang, dompet gue kosong. Boleh pinjam uang lo ngak? Besok gue balikin," balas Dhea.

Raya hanya menatap Dhea sekilas kemudian mengangguk membuat Dhea akhirnya bisa bernafas lega karena tadinya tidak bisa membayar bus.

***

"Ray!" teriak Dimas pada Raya yang baru saja masuk ke sekolah melewati gerbang.

"Kita sekelas lagi," sambung Dimas.

"Bosan gue sama lo terus," balas Raya sambil berjalan melewati Dimas begitu saja dengan Dhea yang masih mengikutinya di belakang.

"Kalian Sekelas?" tanya Raya pada Ryan dan Kevin yang memang juga berjalan di belakang Dimas tadi.

"Iya," jawab Kevin singkat.

"Dhiraa!" panggil seseorang nyaring dari arah belakang Ryan dan Kevin membuat mereka semua langsung menoleh ke asal suara.

"Rubyyy!" Balas Dhea tak kalah heboh.

"Halo kak Ryan, kak Kevin," sapa Dhira pada Ryan dan kevin tapi matanya hanya tertuju pada Ryan.

"Hai Dhira," balas Ryan.

"Dhira duluan," pamit Dhea sebelum akhirnya melenggang pergi menghampiri sahabatnya, Ruby kemudian menuju ke kelas mereka, 11 MIPA 1.

"Dia nyapa gue juga tadi?" tanya Kevin.

"Tapi kenapa matanya cuma ke Ryan doang?" sambungnya.

"Karena gue tampan?" Jawab Ryan dengan wajah polosnya yang di buat-buat.

Dimas tiba-tiba datang lalu menarik tangan Kevin. "Vin ayo ke kelas, ngak ada yang waras di sini," ucap Dimas sambil terus menarik Kevin menjuh.

"Kelas lo di mana?" tanya Ryan yang sudah ada di belakang Dimas dan Kevin. Dimas berhenti berjalan menyadari bahwa dia memang sedang menarik Kevin ke kelas Kevin, 12 IPS 2. Tapi yang baru disadari oleh dimas adalah dia tidak sekelas dengan dengan Kevin melainkan dengan Raya yang arahnya berlawanan dengan kelas Kevin dan Ryan, 12 MIPA 1.

"Raya mana?" tanya Dimas yang sudah tidak bisa menemukan keberadaan Raya di tempatnya tadi.

"Udah duluan ke kelasnya daritadi," jawab Ryan cuek kemudian melenggang pergi menyusul Kevin menuju kelasnya.

***

Seperti tahun-tahun sebelumnya, setiap awal tahun ajaran baru tidak ada pelajaran di hari pertama. Selain karena jadwal pelajarannya memang belum dibagikan, sekaligus menjadi kesempatan bagi murid baru untuk beradaptasi dengan teman-teman barunya.

Innefable Pain [hiatus]Where stories live. Discover now