Es Krim Spesial

67 13 4
                                    

Senin pagi awal bulan Juni cukup cerah. Aku berjalan sendiri menuju ke sekolah melewati taman. Karena rumahku tak jauh dari sekolah, jadi aku bisa berjalan dengan santai. Lagipula hari senin adalah hari yang kusuka karena sekolah pulang lebih awal. Kulihat dari kejauhan nampak seseorang yang ku kenal. Orang itu adalah Ray, dia adalah teman SMA-ku. Ia baru saja turun dari bis.

"Hei!" teriakku.

"Hei Ray...!" teriakku lagi sambil menghampirinya.

"Oh, hai Radit! Aku kira siapa." Sapa Ray. Dia membenarkan sedikit letak kacamatanya. "Maaf ya kacamataku agak berembun, AC busnya terlalu dingin."

"Santai saja, lagipula itu gak masalah kok."

Aku dan Ray berjalan bersama menuju sekolah. Sembari menyusuri jalanan Midway, kami membeli segelas kopi hangat. Aku tahu ini adalah bulan pergantian menuju musim panas, akan tetapi cuaca disini memang dingin saat pagi hari. Bahkan rasanya seperti pagi hari di musim dingin.

"Kak, kopinya dua ya!" ucap Ray

"Oke, tunggu sebentar ya!"

"Punyaku pakai gula sedikit aja ya kak." Ucapku.

Kami berjalan sambil meminum kopi yang kami beli tadi. Tanpa sadar kami sudah sampai di sekolah. Aku pamit darinya.

"Aku duluan ya Ray."

"Baiklah, sampai jumpa!"

Kelasku masih sepi, hanya ada satu anak disitu, yang paling rajin yaitu Jessy. Ia memang anak yang menurutku aneh karena tak banyak perempuan seperti dirinya.

Tidak.

Aku tidak suka padanya.

Aku hanya heran, ada saja orang seperti dia.

Selain rajin, ia juga dikenal sebagai anak yang paling percaya diri yang pernah kukenal. Ia tak peduli apa kata orang selama dirinya benar.

"Pagi, anak nakal!" sapanya dengan nada meledekku.

"Pagi, juga nenek lampir. Hehe..." balasku sembari duduk di kursiku.

Kebetulan tempat dudukku berada tepat dibelakangnya sebab agar ia mudah mengawasiku. Aku sebenarnya merasa tak nyaman berada di kondisi seperti ini. Ini seperti berada di dalam sangkar, bisa bergerak tapi tak bisa bebas.

Yah, hari ini harusnya berjalan dengan semestinya.

***

Pelajaran hari Senin biasanya akan selesai lebih awal dan tentunya aku akan bisa cepat pulang kerumah. Tapi saat aku berdiri ingin berjalan pulang, Jessy mencegatku.

"Mau kemana?" tanya Jessy.

"Mau pulang lah kemana lagi." Jawabku.

"Kau tak ingat? Kau ini masih dalam pengawasanku."

"Bruhh..." Aku menghela napas. Hampir lupa dengan yang satu ini. "Ayolah, besok aja ya?" Kataku sambil memohon. "Maksudnya jangan hari ini."

"Gak bisa. Kau harus ikut. Hari ini juga!" Ucapnya, mutlak. Aku merasa aku tak bisa lagi membantahnya.

"Yaudah lah.... terserah kau aja." Jawabku dengan pasrah.

Sial hari ini aku harus ikut bersama Jessy lagi. Padahal aku berencana untuk menyelesaikan game kamen riderku. Dibanding sama dia, pasti aku disuruh membaca buku-buku sejarah di perpustakaan. Itu hal yang paling menyebalkan. Aku sudah membaca 2 buku sejarah yang masing-masing tebalnya 300 halaman. Tapi tidak ada satupun materi masuk ke otakku. Aku menghela napas.

THE TRAVELERS : UTOPIA (Rehat) Where stories live. Discover now