“Ada apa, Bu?”

Mikoto duduk di samping Sakura, menggenggam tangan putri kesayangannya dengan lembut.

“Dua hari ini, Ibu ada acara reuni. Jadi Sakura tidak apa-apa, kan? Tinggal di rumah sendiri?”

Sakura menautkan alisnya, apa ada acara reuni yang memakan waktu sampai dua hari? Tapi Sakura mencoba berpikiran positif, mungkin saja reuni kali ini diadakan di luar kota.

“Baiklah, Bu. Hati-hati dijalan. Atau Ibu mau Saki antar?”
Mikoto menggeleng lembut, mengusap rambut Sakura penuh sayang. “Ibu sudah janji dengan teman Ibu, kami akan berangkat bersama.” Tolak Mikoto dengan halus.

Sakura mengerti, mencium tangan Mikoto dan mengantarnya hingga ke depan pintu. Setelah kepergian Mikoto, ponsel Sakura berdering nyaring dari ruang televisi, membuatnya harus berlari lagi ke dalam untuk mengangkat telpon.

Sakura terkesiap, nama’ Buntut Ayam’ tertera di layar.

“Tumbenan nelpon. Ada apa?” Tanya Sakura to the point.

Lihat saluran televisi no 109. Dan jangan berteriak setelahnya, aku tak mau ada suara ribut sekalipun aku tidak di rumah.”

Hanya itu, dan setelahnya Sasuke memutuskan sambungan telpon secara sepihak. Sakura menatap jengkel layar ponselnya, kemudian membantingnya dengan gemas keatas sofa yang tadi sempat di dudukinya.

“Bikin jengkel saja. Bilang kangen, kek. Apa kek? Kenapa Cuma menyuruh ku untuk diam? Dikira dia bakalan dengar gitu kalau aku menjerit? Memangnya suara ku bisa sampai ke Paris? His…Sasuke sialan.” Umpat Sakura kesal. Memungut remote dari atas meja kemudian menekannya dengan kasar, menukar channel  hingga ke nomor seratus Sembilan.

Terlihat sebuah stadium yang di penuhi penonton, cahaya dari light stik  memenuhi stadium tertutup itu hingga membentuk pencahayaan yang cantik.

Teriakan para penonton yang mayoritas perempuan  terdengar kala anggota MIC memasuki panggung. Sakura memutar mata bosan seraya menopang dagu ketika matanya menangkap sosok Itachi yang menebar senyum mempesonanya pada penonton.

Terlebih wajah lempeng Sasuke yang baginya hanya sok cool  itu membuat Sakura bernafsu melempar remot kearah televisi.

Sakura hanya bereaksi biasa saja, setelah ini pasti aplikasi obrolannya akan di penuhi pesan dari penggemar kakaknya. Sakura heran, yang idol itu kakaknya. Tapi kenapa teman-temannya selalu membuat Sakura harus terlibat dalam dunia fangirl  mereka?

MIC mulai menyanyikan lagu baru mereka. Sakura akui bahwa dance mereka memang harus diacungi dua jempol, terlebih menyanyi sambil menari itu bukanlah dua hal yang mudah jika dikerjakan secara bersamaan.

Lagu selesai, saat sebuah kamera terfokus pada Sasuke yang tampak kesulitan mengatur napasnya yang memburu. Sakura baru sadar ada yang ganjal dari gelang yang dipakai Sasuke.

“Astaga! Sasuke Uchiha! Itu gelang kesayangan ku, dasar wajah banci!”

Bahkan dari jarak sejauh ini pun, Sakura harus di buat naik darah akibat kelakuan absurd sasuke.

>>>

Sakura melipat kedua tangannya menatap ketiga manusia yang berdiri kaku di depan pintu rumah kebesaran Uchiha. Terlebih melihat koper yang mereka bawa dapat dikatakan sudah melewati batas normal untuk barang bawaan tiga orang. Sakura kian menajamkan matanya melihat wanita yang berdiri dibalik punggung Itachi.

“Siapa dia?” Tanya Sakura penuh selidik. Sedangkan Itachi hanya tersenyum kecut menggapi pertanyaan Sakura yang terkesan ketus. Dia sudah menduga, pasti respon Sakura akan seperti ini.

Sarden Sapling [✔]Where stories live. Discover now