Part 29 - Berharap Sebuah Penjelasan

5.1K 429 9
                                    

"Kamu lagi sakit, Ar. Kenapa harus ngantar aku, sih?"

Ucapan getasku sama sekali tidak bisa kusembunyikan, bahkan sejak saat Arka menyalakan mesin mobilnya.

"Yang tahu lagi sakit atau nggak itu aku, Na. Lagian kenapa nggak bilang kalau mau kerumah?"

Aku menoleh dan mendapati Arka mengemudi dengan tenang, meskipun aku masih bisa mendapati sisa-sisa emosi pada nada suaranya.

"Memangnya kalau mau jenguk temenku yang sakit, aku harus izin dulu?"

Entah kenapa, daripada menjawab pertanyaan Arka dengan baik, aku justru membalasnya dengan pertanyaan lagi, itupun dengan nada yang menurutku jauh dari ramah.

Arka cuma mengangguk menanggapi ucapan getasku barusan.

"Aku nggak papa, Na. Tadi juga bisa kontrol ke rumah sakit sendiri kok."

Penjelasan Arka justru memancing emosiku.

"Jemput ke bandara juga bisa, kata Ibumu tadi.."

"Na.."

Ucapan getasku kali ini ternyata hanya dibalas dengan panggilan singkat dari Arka kepadaku. Kali ini ia hanya menatapku sekilas.
Menyadari bahwa aku sedang bersikap kekanakan, aku memutuskan untuk tidak menganggapi.

"Kamu tadi langsung kesini setelah tahu aku sakit?"

Arka memilih untuk kembali bertanya. Nice move, Arka.
Alih-alih menjelaskan, ia memilih untuk membuatku bercerita. Sungguh kali ini aku baru saja merasa bahwa sama sekali tidak salah jika Arka menjadi seorang pengacara yang cukup bagus dan diakui kemampuannya.

Aku memilh menjawabnya dengan gelengan.
"Reyhan udah bilang, tapi aku masih repot dan baru bisa kesini sekarang."
Terpaksa aku berbohong.

Bagiku, keberadaan Bianca Halim saja sudah cukup untuk menjadi sebuah ukuran penolakan yang akan kuhadapi, apalagi jika aku sampai harus mengaku bahwa aku langsung meninggalkan pekerjaanku demi menjenguk Arka.

"Makasih, Na."

Aku menoleh dan mendapati Arka yang biasanya berwajah datar itu sudah tersenyum lebar kearahku.
Satu hal yang baru dan masih kusadari, ternyata aku masih sejatuh hati itu kepada sosok laki-laki ini.
Hal yang semakin menyakiti perasaanku saat ini.

"Makasih buat?"

"Ya setidaknya biarpun kamu repot, kamu masih mau kesini."

Aku cuma membalas mengangguk sambil tersenyum singkat.

"Sudah semestinya kalau seorang teman melakukan ini, Ka."

Mendengar ucapanku, entah kenapa aku baru menyadari jika senyum Arka kembali memudar.
Entah dimana letak salahnya dari ucapanku barusan. Toh memang benar hubungan kami ini hanya sebatas teman, dan memang sudah sewajarnya kalau seorang teman melakukan itu.

"Kamu nggak nanya soal Bianca?"

Seolah bisa membaca isi pikiranku, Arka kembali mengejutkanku dengan pertanyaannya.

"Kamu nggak harus menjelaskan kok, Ar."

Entah kenapa, dalam hati aku berharap Arka tetap pada pendiriannya dan memilih untuk menjelaskan tentang keberadaan Bianca Halim kepadaku.

"Iya, Na.."

Shit.
Arka ternyata justru menuruti mauku dan memilih untuk tidak menjelaskan apapun. Hal yang sejujurnya semakin menambah nyeri perasaanku.

Entah bagaimana aku harus mengakuinya, tetapi melihat bagaimana sikap pasrah Arka, aku tahu, ada kebenaran yang sesuai dengan isi pikiranku, dan sedang berusaha dijelaskan oleh Arka. Meskipun ia memilih untuk menunda penjelasan itu, dan membiarkanku menebak-nebak sendiri tentang kelanjutannya.

Burnt Bridge (Completed)Where stories live. Discover now