Aaarrrrggghhhhhh

Kertas! ke mana kuharus mencarimu! lagipula kenapa bisa tidak ada di sana. Tidak mungkin kertas itu terjatuh ditempat lain.

"Apa aku harus mengirimkan WA pada Akina?"

"Tapi, aku pasti akan dicap sebagai gadis ceroboh! malu dong."

Ah sudahlah, jika aku berjodoh dengan kertas itu pasti besok akan ketemu. Mataku sudah sangat mengantuk sekali lebih baik aku tidur saat ini.

🌹

Pagi ini aku ada kelas, lantas setelah sarapan aku bergegas memanasi mobil terlebih dahulu. Kali ini kedua makhluk mars berbeda kepribadian itu tidak ikut sarapan.

Semalam kata Reana, A' Didit mengirim pesan di WA, bahwa dia akan berangkat ke Bandung untuk menghadiri acara akikahan anak sepupunya. Dia bilang tidak enak jika tidak hadir, karena pada saat kedua sepupunya menikah dia tidak pulang ke Bandung jadilah dia merelakan tidak masuk kuliah sehari, lagipula kelasnya hanya sejam hari ini.

Sedangkan Arya, dia bilang dia masih berada di rumah Arif, semalam dirinya menginap di sana untuk latihan buat manggung hari minggu nanti dipernikahan Kakak Dhelia. Hhmm ... semoga dilancarkan!

"Re, titip rumah ya. Aku pergi sekarang."

"Uuhhh enaknya enggak ada mata kuliah! Hujan pagi-pagi gini, lanjut menghangatkan diri bawah selimut, tidurrr lalu pergi ke alam mimpi, terus ketemu Pangeran berkuda."

Dasaaarrrr!

Benar sih, hari hujan dikala pagi seperti ini enaknya ya tarik selimut dan tidur. Tapi ya, gimana dong. Mata kuliah hari ini full sampai sore, sangat tidak mungkin diriku absen, say no and thanku! aku harus rajin kuliah agar bisa lulus ditahun ke-3.

"Seraahh, Re. Seraahh!" teriakku bergegas menuju garasi. Dia terbahak-bahak di sana.

🌹🌹🌹

"Kenapa enggak sarapan di rumah Di? tumben sekali."

Arya yang baru saja mendaratkan bokongnya di kursi samping Akina langsung menoleh pada wanita berusia 50 tahunan itu. Lalu dia menggelengkan kepalanya.

"Lagian enggak ada Didit."

"Didit ke mana?" tanya sang Ibu padanya.

"Bandung. Ada urusan keluarga," jawabnya datar lalu meraih sepiring nasi goreng yang disodorkan adiknya itu.

Dia berikan senyuman pada adik kesayangannya dan mengucapkan terimakasih.

Akina mengangguk, 'Abang, Kina ingin bicara sesuatu nanti,' katanya dengan gerakan tangannya.

Alis Arya bertaut namun tak urung dia menjawab, "Sekarang?"

Kepala Akina menggeleng dan dia kembali menggerakkan tangannya, 'Nanti malam,' Arya mengangguk kembali.

Mereka menyantap sarapan dengan khidmat lalu setelahnya Akina bersiap meraih tasnya sedangkan Arya bersiap memakai jaket hijaunya, hari ini dia ada mata kuliah pada pukul 3 sore, jadi dia manfaatkan waktu untuk ngojek sebelum ke kampus.

Kedua adik-kakak itu menyalami punggung tangan sang Ibu lalu mengucapkan salam sebelum keluar rumah.

"Hati-hati Arya bawa motornya,"

Arya mengangguk lalu mempersilakan Akina naik ke motornya.

Setelah menempuh waktu sekitar 15 menit, mereka sampai di sekolah Akina lalu gadis itu turun dari motor dan mencium punggung tangan sang Kakak.

"Sekolah yang benar, jangan pedulikan orang lain yang tidak suka padamu karena kamu tak butuh orang yang seperti itu," ucap Arya kemudian mencium dahi Akina dengan sayang. Setelah Akina mengangguk dan melambaikan tangannya dia teringat masa ketika SMA dulu.

Ucapan yang dia berikan pada Akina tadi adalah ucapan yang sering dia berikan pada Radinka.

"Aku ingin berhenti sekolah di sini. Aku malu dan sakit hati karena mereka tidak menyukaiku, mereka mengatakan aku hidup karena uang haram."

Usapan dikepala Radinka dia berikan, dia menggelengkan kepalanya lalu, "Jangan pedulikan orang lain yang tidak suka sama lo, karena lo enggak butuh orang seperti itu."

Astagfirullah, Arya segera membuang jauh-jauh bayangan masa SMA dulu, dia tidak akan mengingat masa-masa itu. Tidak boleh! Dia tidak boleh lagi mengingat masa lalu.

Yang harus dia lakukan adalah membuat rasa benci Radinka tumbuh dihatinya agar gadis itu menjauh dengan sendirinya.

🌹🌹🌹


Datang ke kampus pagi-pagi ditambah hujan namun dosen mengirimkan pesan bahwa dirinya tidak bisa hadir dan meminta melanjutkan diskusi minggu kemarin. Jadilah kami berdiskusi sendiri saat ini.

Disela-sela kesempatan, aku membuka ponsel yang sejak semalam belum diaktifkan kembali.

Beberapa pesan WA muncul bergantian dan yang paling menarik perhatianku adalah pesan dari Akina. Segera saja kubuka

Akina
-Ayuk sudah buka kertas yang Kina kasih?

Duh ... haruskah aku berkata jujur bahwa kertas yang dia berikan hilang? Tapi bagaimana jika Akina mengecapku sebagai gadis ceroboh!

Akina
-Kina ingin tahu perasaan Ayuk.
-Yuk
-Ayuk marah kah?
-Maafkan Abang
-Abang enggak tahu kok kalau Kina bilangin ke Ayuk
-Ayuk

Pesannya berurutan hingga 15 pesan dia kirimkan padaku. Bagaimana aku menjawabnya! Dia menanyakan perasaanku? Dia mengatakan apakah aku marah? Apa yang harus kukatakan.

Apa yang harus kujawab!

"Radinka, lo kenapa?" tegur salah seorang teman di sampingku. Lalu aku nyengir dan mengatakan tidak apa-apa.

Kembali kunetralisirkan keadaanku, ingat Inka! Dirimu masih berada di kelas, oke! Huufftt, tarik napas, keluarkan. Putar-putar otak! apa yang harus kukatakan.

Apa aku harus pura-pura? Dan menjawab semua pertanyaannya? Iya, sepertinya aku harus pura-pura sudah membacanya saja.

Kuketikkan sebuah pesan dan mengirimkan padanya. Bereeeessss! pasti Akina akan percaya padaku dan tidak akan merasa cemas karena aku tidak marah.

Lagipula bagaimana bisa marah jika aku saja tidak tahu apa yang tertulis dikertas itu. Sampai subuh tadi kucari-cari kembali, kertas itu tidak ada!!


🌹🌹🌹


TBC

Makasih buat yang udah vote dan komen, Jazaakumullahu khoiron:))

Anjeni Meis
17 Nov 2018

Luka dalam Prasangka ✔Where stories live. Discover now