10. Hello, from the devil.

2.5K 318 264
                                    

Miss you guys,, so bad 😔🙏❤️😍

Happy reading guys!

---------------------------------------------

Iring-iringan mobil mewah itu berhenti disebuah lingkungan kelas menengah atas kawasan Gangnam.

Pria paruh baya dengan setelan hitam dan tatto berulir di tiap jengkal kulitnya nampak keluar dari Dartz Kombat USV anti peluru. Dengan gerakan cekatan, seorang pria muda yang dapat dipastikan adalah ajudan membukakan pintu mobil tersebut untuknya.

Ia menarik kerah jasnya sekedar merapikan bagian yang berkerut karena posisi duduknya yang terlalu lama. Mexico-Seoul bukan perjalanan dekat bukan ?

Ia melangkah dengan santai sesekali memutar cerutu cohiba behike khas Kuba ditangannya. Pria paruh baya itu nampak mengangguk kecil sesaat setelah seorang pengawal membisikan sesuatu di telinganya.

Hampir selusin lebih laki-laki dengan perawakan tegap dalam posisi siaga mengelilinginya. Bukannya tempat ia sekarang berada tak aman, tapi itu sudah jadi suatu kewajiban.

Kepala geng Mafia tentu punya banyak musuh, bahkan tidak menutup kemungkinan seorang penembak jitu sedang mengintainya saat ini di balik semak-semak di sekitaran perumahan tersebut.

Lagipula, bukan hanya kelompok miliknya yang ada di Negara ini, ada satu kelompok lagi yang menjadi rival berat miliknya. Untungnya, kelompok itu berkumpul di Busan.

Ia menekan bel salah satu rumah bercat merah bata dan menunggu respon dari sang empu pemilik. Dia masih punya tata krama, untuk tidak mendobrak pagar di rumah didepannya karena sang pemilik sudah lama tak ia jumpai. Tentu saja, itu bukan salam pertemuan yang baik setelah berpisah berpuluh tahun.

Setelah ditotal hampir lima menit ia berdiri, pintu itu masih tetap tak terbuka.

"Tuan Moon, apa perlu kami dobrak pagarnya agar anda bisa segera masuk." Bisik ajudan kepercayaannya, Lee Jin Wook. Sang tuan besar nampak terkekeh.

"Jangan begitu, aku sudah lama tak melihatnya. Tidak sopan jika menghancurkan rumahnya di pertemuan pertama setelah berpuluh tahun.." jawab sang Tuan besar sebelum kembali menekan bel rumah tersebut.

Tut...

"Siapa ?!" suara dari intercom itu terdengar tidak ramah.

"Lama tak jumpa, Kim Nara-ssi.."

Sejenak intercom itu hening.

"S-siapa ini ?" suara itu mulai terdengar melemah, jika dibandingkan nada sebelumnya.

"Ah, aku cukup kecewa kau lupa padaku. Bisa kita bicara sejenak di dalam ? karena jika tidak, mungkin para rekanku tidak akan senang." Pria paruh baya melirik ke arah para pengawalnya sejenak, sebelum kembali berdiri tegak menunggu pagar itu terbuka.

Tak selang berapa lama pintu pagar bercat putih itu terbuka, menampakan seorang wanita berusia 40,an dengan setelan cardigan berwarna abu gelap. Ia tampak memandang sengit lelaki itu dan rombongannya. Sejenak ia ragu untuk mempersilahkan pria itu masuk ke rumah miliknya.

Namun, ia berusaha terlihat tenang dan membiarkan pria paruh baya yang masih nampak sangat sehat itu untuk masuk dan duduk di ruang tengah.

"Rumahmu tampak nyaman Nara-ssi, Aku yakin putra ku tumbuh dengan baik di sini." Ucapnya sebelum duduk di salah satu sofa berwarna coklat sesekali mengitarkan pandangannya pada keadaan sekitar.

Nara nampak diam sebelum mengambil posisi duduk bersebrangan.

"Kau juga nampak sehat." Senyum kotak itu nampak khas, membuat sang wanita mau tidak mau berpaling karena gelenyar aneh di dadanya.

Just RoommateWhere stories live. Discover now