Anak itu mengangguk semangat.

Jaehyun yang melihat intraksi dua orang itu berdecih sinis.

***

          Setelah makan, Hana langsung kembali ke kantor dengan Alphard yang tadi mereka bawa, tapi kali ini Hana duduk di samping Jaehyun.

Pria itu tidak berbicara sepatah katapun, begitu juga dengan Hana yang tidak berani menoleh. Jangankan menoleh, menghela napas keras saja Hana tidak berani. Supir yang ada di depan juga sama seperti mereka, dia tidak bicara dan hanya fokus ke jalanan.

Jujur, Hana tidak terbiasa dalam kondisi hening seperti ini. Rasanya sangat tidak manusiawi. Setelah berpikir selama sekian menit, Hana berdehem lalu menatap Presdir Jung yang berada di sebelahnya. Jarak mereka tergolong jauh, karena mobil ini sangat luas.

"Jae Han sangat lucu," celetuk Hana.

Jaehyun menatapnya sebentar, setelah itu mengabaikannya.

Hana tidak menyerah. "Sajangnim... Kalau boleh tahu anda suka wangi apa? Besok saya akan mengganti parfum."

"Pakai yang menurutmu bagus, aku tidak menyuruh seseorang mengikuti seleraku. Asal jangan menyengat, hidungku sensitif."

"Apa anda menyukai aroma citrus? Seperti lemon mungkin?"

Jaehyun menatap Hana, "Aku lebih suka aroma laut atau wangi segar seperti udara di pegunungan."

Hana mengangguk. Pantas saja Jaehyun mengomentari wangi parfumnya. Parfum yang dipilihkan Bong Shim memiliki wangi buah yang terkesan fresh.

"Saya bingung harus memakai parfum apa."

"Apa kau mempunyai bau badan?"

Hana menggeleng, "Tentu saja tidak Sajangnim!"

"Kalau begitu jangan memakai parfum. Biarkan wangi tubuhmu tetap alami."

Hana menoleh ke arah Jaehyun, "Apa itu tidak masalah?"

"Tidak."

Hana mendesah lega. Setidaknya ia tidak perlu mengeluarkan uang lagi untuk membeli parfum. Well, sejak tadi Hana sudah berpikiran buruk, ia takut Jaehyun memintanya memakai Chanel atau Victoria's Secret.

"Kalau begitu saja tidak akan memakai parfum, Sajangnim." Hana tersenyum kecil.

Jaehyun tidak menjawab. Pria itu mengabaikan Hana dengan memalingkan wajahnya ke jendela.

Mobil bergerak cepat menembus jalanan kota Seoul. Tak terasa 45 menit Hana lewati dengan duduk di samping Jaehyun yang sibuk  melihat jendela, atau sesekali pria itu akan mengecek emailnya melalui iPad.

Saat mobil sudah berhenti di depan kantor Louisa Group, Hana langsung mengintrupsi Jaehyun. "Kita sudah sampai, Sajangnim."

Supir Park hendak membukakan pintu untuk Jaehyun, tapi pria itu menghentikannya. Ia memberi kode untuk meninggalkan Hana dan dirinya berdua di mobil.

"Ada yang perlu kita bicarakan." Jaehyun memasukkan iPadnya ke tas, kemudian menatap Hana dengan sorot yang lebih dingin dari biasanya.

Hana mengerutkan dahinya, kemudian memutar tubuhnya menghadap Jaehyun.

"Dengar Nona Hwang ... Aku tidak suka melihat seseorang memanfaatkan putraku demi kepentingannya. Jangan terlalu baik dengan Jae Han, kalau kebaikanmu itu palsu."

Hana menganga tak percaya, "Palsu? Apa yang sudah saya lakukan?"

Hana tidak melakukan apa-apa. Dia hanya membuatkan Jae Han makanan, menyuapinya dan bermain sebentar. Tidak ada yang spesial yang mereka berdua lakukan. Tuduhan Jaehyun sangat tidak mendasar.

Ne, SAJANGNIM!Where stories live. Discover now