"Tuan muda, makanannya sudah siap."

Hana meletakkan mangkuk tersebut di atas meja yang sudah dipenuhi berbagai jenis makanan. Hana bisa melihat lopster dan kepiting saos pedas yang begitu menggugah selara. Terpujilah orang kaya yang bisa menyantap hidangan laut yang terkenal mahal.

Sejujurnya Hana belum makan siang, tapi tidak apa, Hana bisa menahannya.

"Suapi Jae Han Noona." Anak itu merengek.

"Jae Han, makan sendiri!" Jaehyun memplototi anaknya. "Kau pergi saja, tinggalkan kami bedua."

Hana membungkuk, tapi Jae Han tetap pada pendiriannya. Anak itu melompat dari kursi lalu menarik lengan Hana.

"Jae Han duduk!" perintah Jaehyun mutlak.

Hana mengerang, drama apa lagi ini?

Mata kecil Jae Han langsung berkaca-kaca. Hana yang tidak mau kejadian tadi terulang lagi, langsung berjalan ke meja makan untuk menyuapi Jae Han. Anak itu jika ditentang kemauannya---walau  sedikit saja---sudah akan menangis. Hana berusaha memakluminya karena Jae Han masih kecil, dan anak itu baru saja ditinggal Ibunya.

"Saya tidak keberatan Sajangnim. Biar Tuan Muda saya saja yang suapi."

"Bukan masalah itu, tapi anak itu akan semakin manja dan suka memberontak," decak Jaehyun. "Kali ini saja kau boleh disuapi, Jae. Besok Appa tidak mau melihatmu seperti ini lagi."

"Ne, Appa." Jae Han menunduk.

Beberapa pelayan langsung menyiapkan makanan ke piring Jaehyun dan menuangkan air untuk Tuannya. Sedangkan pria itu sendiri tidak mau repot-repot mengurus semua itu. Dia hanya menatap lurus ke arah Jae Han dan Hana.

"Siapkan juga makanan untuk sekretarisku," kata Jaehyun.

Hana menoleh, "Tidak perlu Sajangnim. Saya bisa---"

"Ini sudah sore. Sehabis menyuapi Jae Han kau makan." Perintah Jaehyun tak terbantahkan.

"Sekretaris itu apa?" tanya Jae Han dengan nada kesusahan menyebut kata sekretaris.

"Orang yang bekerja langsung untuk Appa. Seperti Mark Ahjussi," jelas Jaehyun dengan simple agar Jae Han mengerti.

"Noona sekretaris?" Jae Han bertanya setelah menelan makanannya. Anak itu makan dengan baik, hingga membuat Hana gemas saat menyuapinya.

"Iya, saya sekretaris."

"Jae Han sering ke kantor Appa, tapi Jae Han tidak pernah melihat Noona," ujarnya dengan kepala yang sedikit dimiring-miringkan. Bibirnya mencebik, tanda dia sedang mengingat-ngingat.

Hana terkekeh geli, sebenarnya Jae Han anak yang manis. Dia hanya perlu diperlakukan secara lembut agar mau menurut. "Noona baru bekerja tadi pagi," jawab Hana.

"Ah... Nama Noona siapa? Namaku Jung Jae Han. Nama panggilannya Jae Han." Anak itu mengulurkan tangannya. Nada bicaranya yang patah-patah terkesan lucu.

Hana tersenyum menyambut uluran tangan kecil Jae Han. "Nama saya Hwang Hana. Tuan muda bisa memanggil saya Noona Hwang atau Hana, apa saja boleh."

"Jae Han juga!" Anak itu mencebik. "Panggil Jae Han saja, jangan Tuan muda."

Hana menatap Jaehyun meminta persetujuan, dan setelah melihat Tuannya itu mengangguk, Hana akhirnya mau memanggil Jae Han tanpa embel-embel Tuan muda.

"Nanti Jae Han akan lebih sering ke kantor untuk bermain dengan Noona."

Hana mengangguk, "Boleh... Tapi habiskan dulu makanannya."

Ne, SAJANGNIM!Where stories live. Discover now