Adira :
Iya Ma

Adira membalas pesan tersebut lalu tersenyum lebar.

"Ngapa lo kesurupan?" tanya Amira bergidik ngeri.

"Kak Gilang, soal topi gue, gak usah lo beliin. Soalnya topi gue lagi dianter sama pangeran," ucap Adira disaat Gilang hendak melangkah keluar UKS.

"Sok juga pangeran pangeranan, lo sangka negeri dongeng? Tapi, alhamdulillah deh uang gue gak jadi ngurang."

"Kalo emang dasarnya pelit mah pelit aja," cibir Adira membuat cowok itu meringis.

"Udah sana sana kalian bawa tandu ke lapangan, upacaranya mau mulai tuh" ucap Gilang lalu cowok itu berlari menuju lapangan.

Beberapa anak PMR berpencar ke barisan perkelas, untuk berjaga jaga takut ada yang sakit atau pingsan. Begitu juga dengan Adira, tapi kali ini cewek itu nampak tak tenang menunggu topinya yang tak sampai sampai.

Matanya terus mencari keberadaan Febby, padahal upacara akan dimulai sebentar lagi, guru BK juga sudah mulai berkeliaran mencari murid yang tidak lengkap atributnya.

"Aduh, gue ke UKS ajalah," kata Adira,tangannya mulai berkeringat.

Bayangkan saja jika kalian anak baik baik yang tak pernah buat masalah, tiba tiba harus dihukum karena tak bawa atribut, apa perasaannya? Panas dingin, campur aduk pokoknya. Bukan lebay tepi emang kenyataannya seperti itu.

"Yaudah buruan Dir, kita cukup kok orang segini," ucap Amira, Adira mengangguk dan disaat cewek itu ingin melangkah matanya menangkap sosok bu Dini. "Kok gak jadi?" tanya Amira

"Ada bu Dini," ucap Adira sambil melirik guru itu yang sudah terlihat dari kejauhan.

Sepertinya hari ini tak berpihak pada Adira. Rata rata murid yang tidak beratribut lengkap adalah siswa, kalo masih ada siswinya sih gak masalah. Tapi bagaimana jika dirinya tertangkap sendiri sebagai siswi yang tidak beratribut lengkap, kan keliatan seperti murid nakal.

Bu Dini sudah mulai berkeliling di bagian kelas 11, dua orang siswa yang baris paling belakang ditarik bu Dini dari barisannya dan membuat barisan baru. Langkah Bu Dini mendekat, Adira terus merapalkan doa, berharap secepatnya yang dia panggil pangeran tadi datang menyelamatkannya seperti di cerita dongeng yang sering ia baca.

Tiba tiba tubuh jangkung seseorang berada dihadapannya, memakaikan topi berwarna abu abu dengan lambang SMA Starla di kepalanya. Adira mendongak, mendapati Febby yang sibuk membenarkan letak topi itu. Adira hampir saja menangis karena memikirkan topi yang tak kunjung datang.

"Gue cariin rupanya disini," kata cowok itu datar tanpa ekspresi. Setelah memasangkan topi tersebut, Febby berjalan pergi menuju barisan kelasnya.

Adira belum sepenuhnya tersadar, tangan cewek itu meraih topi dikepalanya sambil tersenyum.

"Ciee, pangerannya udah dateng," celetuk Amira yang masih berdiri tak jauh darinya.

"Apaan sih," balas Adira cuek, tapi dia yakin pipinya saat ini sedang merona.

***

"Sekitar dua mingguan lagi, sekolah ngadain persami di puncak. Semua diwajibkan ikut," ucap Adrian, ketua kelas itu sedang berdiri didepan papan tulis sambil membaca selembar kertas bersama Arif yang membawa tumpukan kertas.

Semua murid yang tadinya ribut karena jam kosong melanda, menjadi diam dan menyimak kedua cowok yang baru masuk kelas setelah dipanggil rapat dengan Osis katanya.

"Satu kelas harus berpartisipasi minimal 2 siswanya untuk perform disaat malam api unggun. Jadi kalian harus tentukan dari sekarang," tegasnya.

Murid Xl Ipa3 itu semuanya mengusulkan Adira dan Arif yang akan tampil malam itu. Karena bagi mereka, kedua orang itu sangat cocok jika harus berduet. Pertama Arif yang pintar main gitar, kedua Adira yang mempunyai suara bagus. Mereka berdua seperti bintang dikelas itu.

Adira dan Arif saling pandang, cowok itu mengeryitkan alisnya meminta jawaban. Lalu berjalan menuju meja Adira untuk membuat kesepakatan.

"Oke, gue sama Arif yang akan ngewakilin kelas kita" kata Adira memutuskan, setelah berdiskusi sedikit dengan Arif. Lalu teman temannya itu bersorak bangga.

"Jadi apa ada yang ingin ditanyain lagi?"

Putri menunjuk "Gue. Gue mau nanya, acara ini kelas apa aja yang ikut?"

"Sebenernya ini acara khusus untuk kelas Xl dalam rangka mengenal alam. Tapi untuk dua minggu kedepan kelas Xl Ipa dulu yang diluan berangkat baru minggu selanjutnya kelas Xl Ips" jelas Adrian, mereka yang mendengarnya hanya menganggukan kepala.

"Oh iya, pembimbing kita nanti ada anak Osis, beberapa guru, dan beberapa pembimbing dari luar" ucap Arif ikut menjelaskan.

Kemudian, cowok itu mulai berkeliling dari satu meja ke meja lain untuk membagikan kertas pemberitahuan kemah persami kepada teman temannya, semua tampak antusias menunggu hari itu datang.

"Jadi mau lagu apa?" tanya Arif yang sudah berdiri lagi disamping meja Adira sambil membagikan kertas terakhir.

Dia sengaja tidak memberikan kertas tersebut awalan, padahalkan sebelumnya, dia ada diposisi yang sama saat dirinya dan Adira diskusi kecil.

"Gak tau nih belum kepikiran," kata Adira sambil menerima kertas itu.

"Yaudah, dipikirin dulu. Ntar kalo udah ketemu lagu yang pas, kita mulai latihan," ujarnya

"Oke. Siap!"

TBC

Jangan lupa Voment, biar gak sider:))

My Ice Senior [Complete]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें