Part 5- Perbuatan Abraham

9.1K 750 13
                                    

Terimakasih untuk kalian yang masih baca sampai di part ini ❤️
.
Playlist: Can't Stop The Feeling - Justin Timberlake ft. Anna Kendrick
.
.
----------------------------------------------------------

Seminggu sejak 'tragedi' foto 'mengerikan' itu aku berusaha mati-matian untuk tidak berpapasan dengan Pak Abraham. Bukannya aku takut, aku hanya tidak ingin rasa geram yang terlanjur tumbuh di dadaku ini semakin menggila yang akhirnya membuatku tidak profesional dengan tugas terakhirku di Jurusan ini. Setiap kali Pak Abraham meminta waktu untuk membahas proposal, aku melimpahkannya pada Bella atau Dimas. Tentu saja dengan alasan skripsi atau penelitian.

Cukup masuk akal, kan? Itu batinku, sebelum hari ini lagi-lagi dihancurkan oleh dia.

"Sarah..."

aku merutuk pelan yang tentu saja tidak bisa di dengar siapapun selain setan dan Tuhan. Bagaimana tidak, orang yang selama seminggu ini kuhindari sekarang berdiri tak jauh dari mataku. Menatapku penuh tuntutan.

Pak Abraham si perusak mood.

Aku menoleh ke arah pintu kantor dosen tempat Pak Abraham berdiri sekarang. Harus kuakui sekali lagi bahwa tidak ada wanita normal yang tidak tertegun melihat salah satu makhluk Tuhan yang dengan gagahnya berdiri dengan kemeja hijau pastel yang lengannya tergulung rapi hingga bawah siku ini, dengan senyum manis nan mempesona dari kedua bibir merahnya yang ku yakin tidak pernah disisipi rokok itu.

"I-iya Pak" aku gugup setengah mati. Oh Tuhan, ini tidak seperti yang kurencanakan.

"Bisa bicara sebentar?." Pak Abraham berjalan mendekat. Aku semakin gugup. Kakiku secara otomatis muncur selangkah.

"Saya ada janji sama Putri mau bahas skripsi, Pak. Ini lagi mau ketemu di –"

"Saya tunggu jam 12 di Kantin Mang Kus." Pak Abraham berjalan melewatiku.

Tanpa kompromi. Tanpa minta persetujuanku.

Skakmat! Aku tidak bisa menolak sekarang. Pak Abraham berlalu begitu saja meninggalkan aku yang masih mematung di tempat yang sama.

5 detik...

10 detik...

1 menit...

2 menit...

"Heh!" Dimas dengan tepukan maha dahsyatnya berhasil menarikku kembali ke dunia nyata. Syukurlah.

"Apa sih!" rutukku kesal.

"Lo ngapain ngelamun depan pintu kantor dosen? Kesambet lo?"

"Berisik!" sekarang giliran aku yang meninggalkan Dimas yang tengah terheran-heran dengan tingkahku.

Bodo amat, Dim!

Aku terus berjalan menuju perpustakaan untuk membahas skripsi dengan Putri. See? Aku tadi memang tidak berbohong ketika bilang bahwa aku ada janji dengan Putri.

3 jam terlewat begitu saja. Waktu terasa berjalan secepat berkedip dan rasanya aku masih belum siap memindahkan tubuhku ke kantin Mang Kus untuk bertemu Pak Abraham. Segala cara kuupayakan agar pertemuan itu batal tanpa perlu repot-repot aku bertemu Pak Abraham. Sayangnya Dewi Fortuna sepertinya sedang ingin mempermainkanku.

Putri sudah berlalu ke kantin bersama siapa entah aku lupa. Kepalaku memandang sekeliling ruangan. Sepi. Tidak ada siapa-siapa kecuali aku dan Tulus yang sedang bernyanyi lewat ponselku. Perutku mulas. Otakku yang biasanya cerdas mencari alasan mendadak mandek. Kuputuskan untuk ke toilet sekedar basa basi atau kalau beruntung aku bisa buang hajat beneran.

DISTANCES BETWEEN USحيث تعيش القصص. اكتشف الآن